Sukses

Melihat Kinerja Keuangan Empat Emiten Bank BUMN Sepanjang Kuartal I 2022

Empat bank pelat merah telah mengumumkan kinerja keuangan kuartal I 2022. Berikut hasilnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten perbankan merilis laporan keuangan untuk periode tiga bulan pertama di 2022. Termasuk empat bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Empat bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia atau BRI (BBRI), Bank Negara Indonesia atau BNI (BBNI), dan Bank Tabungan Negara atau BTN (BBTN). Simak uraian kinerja masing-masing emiten bank berikut ini yang dikutip Sabtu (30/4/2022):

Laba

Secara konsolidasian, BRI memimpin dengan pertumbuhan tertinggi. BRI Group berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 12,22 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Angka itu naik 78,13 persen yoy.

Disusul Bank Mandiri yang berhasil mencetak laba bersih konsolidasi Rp 10 triliun sepanjang kuartal I 2022. Angka tersebut tumbuh 70 persen yoy. Selanjutnya ada BNI yang mencatatkan laba Rp 3,96 triliun atau tumbuh 63,2 persen yoy.

Terakhir, BTN yang mencatatkan kenaikan laba sebesar 23,89 persen yoy dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni Rp 774 miliar.

Penyaluran Kredit

Secara garis besar, kenaikan laba bank-bank tersebut ditopang oleh kenaikan kredit. Sejalan dengan pemulihan ekonomi di tengah kasus Covid-19 yang kian melandai.

Bank Mandiri mencatatkan kenaikan penyaluran kredit tertinggi sepanjang kuartal I 2022. Yakni secara konsolidasi naik sebesar 8,93 persen yoy, mencapai Rp 1.072,9 triliun.

Selanjutnya BRI yang menyalurkan kredit secara group sebesar Rp 1.075,93 triliun atau tumbuh 7,43 persen yoy. Disusul BTN yang berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 277,13 triliun meningkat 6,04 persen yoy.

Kenaikan penyaluran kredit bank pelat merah paling rendah dicatatkan oleh BNI, BNI yang tumbuh 5,8 persen yoy menjadi Rp 591,68 triliun di kuartal I 2022.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

DPK hingga Aset

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) tertinggi dicatatkan oleh BNI yang tumbuh 8,4 persen yoy menjadi Rp 692,7 triliun di kuartal 1-2022. Disusul BRI dengan pertumbuhan 7,39 persen yoy mencapai Rp 1.126,50 triliun.

Selanjutnya DPK Bank Mandiri yang menembus Rp 1.269,0 triliun atau tumbuh 7,42 persen. Sayangnya, nasib serupa tak dialami oleh BTN yang justru mencatatkan penurunan DPK menjadi Rp 290,53 triliun dari Rp 294,91 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Aset

Pertumbuhan aset tertinggi dicatatkan Bank Mandiri. Hingga Maret 2022, aset Bank Mandiri membukukan aset senilai Rp 1.734,1 triliun, atau tumbuh sebesar 9,47 persen yoy. Di posisi selanjutnya ada BRI Group dengan kenaikan aset 8,99 persen yoy menjadi Rp 1.650,28 triliun.

Disusul aset BNI yang tumbuh 8 persen yoy menjadi Rp  931,98 triliun di kuartal I 2022. Sayangnya, selain penghimpunan dana pihak ketiga, BTN kembali mencatatkan penurunan aset. Nilai aset BTN per akhir Maret 2022 yakni Rp 367,51 triliun, turun 2,19 persen yoy.

 

3 dari 4 halaman

BI Prediksi Penyaluran Kredit Baru pada Kuartal II 2022 Tumbuh 79 Persen

Sebelumnya, berdasarkan hasil Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan secara kuartalan (quarter to quarter) penyaluran kredit baru pada kuartal I 2022 tetap terjaga dan tumbuh positif.

Hal ini terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kredit baru sebesar 64,8 persen, meski lebih rendah dari SBT 87,0 persen pada kuartal; sebelumnya. Pertumbuhan kredit baru terindikasi terjadi pada seluruh jenis penggunaan, tercermin dari nilai SBT yang tercatat positif.

“Pada triwulan II 2022 penyaluran kredit baru diperkirakan tumbuh lebih tinggi, terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 79 persen,” kata Kepala Grup Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan, dalam keterangan resmi BI, Kamis (21/4/2022).

Standar penyaluran kredit pada triwulan II 2022 diperkirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar -0,4 persen, berbeda dengan 3,3 persen pada kuartal sebelumnya.

“Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perkiraan penurunan suku bunga kredit yang dilakukan oleh sebagian bank,” ujarnya.

Selain itu, hasil survei menunjukkan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit ke depan. Responden memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 9,3 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan 5,2 persen pertumbuhan pada 2021.

“Optimisme tersebut antara lain didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit,” pungkasnya.

 

4 dari 4 halaman

BI Catat Kredit Perbankan Tumbuh 6,65 Persen per Maret 2022

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatat, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 6,65 persen secara year on year (yoy) per Maret 2022. Dia menuturkan, angka pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya.

Dia menyampaikan, pertumbuhan kredit ini terjadi di berbagai kelompok bank, segmen kredit, dan sektor ekonomi termasuk subsektor prioritas. Khususnya kredit UMKM seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi dan rumah tangga.

"Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat sebesar 14,98 persen (yoy) pada Maret 2022, khususnya bersumber dari kredit mikro dan kecil," kata Gubernur Bank Indonesia dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - April 2022, Selasa (19/4).

Sementara dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar seiring menurunnya persepsi risiko kredit. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit dan DPK pada 2022 masih sesuai prakiraan, yaitu masing-masing dalam kisaran 6,0 sampai 8,0 persen dan 7,0 sampai 9,0 persen.

Perry menambahkan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Februari 2022 tetap tinggi sebesar 25,85 persen. Kemudian, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap terjaga, yakni 3,08 persen (bruto) dan 0,87 persen (neto).

Untuk itu, BI memastikan ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap. "Intermediasi perbankan pada Maret 2022 melanjutkan perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujar dia.