Sukses

S&P Dongkrak Prospek Peringkat Astra International Jadi Stabil

S&P Global Ratings menilai prospek stabil PT Astra International Tbk mencerminkan prospek peringkat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings merevisi prospek atau outlook peringkat tiga perusahaan Indonesia seiring prospek peringkat utang Indonesia dinaikkan menjadi stabil dengan peringkat BBB/A-2. Perusahaan tersebut antara lain Pertamina, PLN dan PT Astra International Tbk (ASII).

S&P merevisi prospek peringkat tiga perusahaan Indonesia tersebut menjadi stabil dari negatif. S&P Global Ratings menilai prospek stabil PT Astra International Tbk mencerminkan prospek peringkat Indonesia. Peringkat utang dalam mata uang asing BBB+ dan peringkat mata uang rupiah A-. Hal ini seiring peringkat Astra di atas peringkat Indonesia dan leverage yang rendah serta arus kas yang kuat.

S&P menilai, perseroan memiliki fleksibilitas keuangan dan memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya tepat waktu. Pada saat yang sama, S&P percaya Astra International akan tetap terkena risiko transfer dan convertibility (T&C) Indonesia, mengingat sebagian besar operasi di Indonesia. S&P juga melihat kemungkinan besar perusahaan akan menerima dukungan keuangan dari grup Jardine sebagai anak perusahaan yang sangat strategis.

"Kami berharap PT Astra International Tbk dapat mempertahankan posisi kompetitif yang sehat dalam bisnis utamanya, menghasilkan arus kas yang tangguh dan mempertahankan leverage rendah selama 12-24 bulan ke depan," demikian mengutip keterangan tertulis S&P 500, Rabu (4/5/2022).

S&P Global Ratings dapat menurunkan peringkat PT Astra International Tbk jika menurunkan peringkat di Indonesia. S&P juga dapat menurunkan peringkat Astra International jika pihaknya deteksi signal tanda berkurangnya kepentingan Astra bagi induknya yang berarti melemahnya dukungan. Kemudian rasio utang terhadap EBITDA perseroan tidak termasuk jasa keuangan melebihi 3 kali.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

S&P Naikkan Outlook Indonesia Jadi Stabil, Pertahankan Peringkat BBB

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) meningkatkan Outlook Indonesia menjadi Stabil dari sebelumnya Negatif dan mempertahankan peringkat Republik Indonesia pada BBB (Investment Grade) pada 27 April 2022.

Dalam laporannya, S&P menyatakan bahwa revisi ke atas outlook Indonesia menjadi stabil didasarkan pada perbaikan posisi eksternal ekonomi Indonesia, konsolidasi kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Pemerintah secara gradual, dan keyakinan S&P terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang akan terus berlanjut sampai dengan dua tahun ke depan.

Sementara, peringkat Indonesia yang dipertahankan pada level BBB didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang solid dan rekam jejak kebijakan yang berhati-hati.

Menanggapi keputusan S&P tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan Afirmasi rating Indonesia disertai dengan revisi outlook menjadi stabil tersebut menunjukkan bahwa di tengah peningkatan risiko global yang berasal dari tensi geopolitik Rusia-Ukraina.

Kemudian, perlambatan ekonomi global, dan peningkatan tekanan inflasi, pemangku kepentingan internasional tetap memiliki keyakinan yang kuat atas terjaganya stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia.

"Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (28/4/2022).

 

3 dari 4 halaman

Pemulihan Ekonomi Indonesia

Pemulihan ekonomi Indonesia diperkirakan terus berlanjut ditopang oleh kegiatan ekonomi yang kembali normal, seiring dengan cakupan vaksinasi yang semakin luas sehingga mendukung peningkatan kekebalan masyarakat.

S&P memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan meningkat menjadi 5,1 persen setelah sebelumnya tumbuh 3,7 persen pada 2021.

Namun, Indonesia juga perlu mewaspadai risiko yang berasal dari krisis Rusia-Ukraina. S&P memandang, meski peningkatan harga komoditas diperkirakan dapat mendorong pendapatan perusahaan dan penerimaan fiskal, namun terdapat risiko penurunan pertumbuhan ekonomi global yang dapat menekan permintaan global. Selain itu, kenaikan inflasi berpotensi menekan kinerja konsumsi domestik.

Meski demikian, S&P menilai UU Cipta Kerja yang disahkan pada 2020 akan memperbaiki iklim usaha, sehingga dapat mendorong investasi dan tingkat pertumbuhan potensial ekonomi.

Di sisi eksternal, S&P memandang kinerja eksternal Indonesia ditopang oleh perbaikan terms of trade sejalan dengan kenaikan harga komoditas. Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia yang meningkat seperti batu bara, tembaga, gas alam, dan nikel, serta permintaan global yang menguat, telah mendorong kenaikan penerimaan transaksi berjalan.

S&P juga berpandangan bahwa kebijakan Pemerintah untuk mendorong peningkatan nilai tambah untuk produk pertambangan juga dapat meningkatkan penerimaan ekspor. Kondisi ini juga menyebabkan cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan berada dikisaran USD 140 miliar, didukung oleh neraca pembayaran yang dinamis

4 dari 4 halaman

Fiskal

Di sisi fiskal, S&P menilai bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan untuk kembali ke level defisit fiskal yang moderat. Pada 2021, Pemerintah telah berhasil menurunkan defisit fiskal menjadi 4,7 persen dari PDB, jauh lebih baik dari defisit fiskal sebesar 6,1 persen dari PDB pada 2020.

S&P memproyeksikan defisit fiskal akan terus menurun menjadi 4 persen dari PDB pada 2022, didukung oleh kenaikan penerimaan sejalan dengan harga komoditas yang meningkat dan kegiatan ekonomi domestik yang kembali normal.

S&P juga menyatakan bahwa utang pemerintah Indonesia relatif stabil pasca peningkatan yang cukup signifikan pada 2020. Namun, beban bunga berpotensi akan mencatat peningkatan seiring dengan tren kenaikan suku bunga global selama satu hingga dua tahun ke depan.

S&P mencatat Bank Indonesia telah berperan signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meredam dampak gejolak ekonomi dan keuangan terhadap ekonomi domestik. Dukungan Bank Indonesia dalam pembiayaan defisit fiskal melalui pembelian surat berharga Pemerintah, dapat membantu Pemerintah mengelola beban bunga ketika pasar keuangan sedang mengalami tekanan.

S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB/outlook negatif pada 22 April 2021.