Sukses

Wall Street Tersungkur Setelah Rilis Data Inflasi AS, Indeks Nasdaq Turun 3 Persen

Wall street merosot pada perdagangan Rabu, 11 Mei 2022 waktu setempat usai rilis data inflasi AS.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Rabu, 11 Mei 2022 menyusul investor terus mencerna data inflasi AS yang terbaru.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 326,63 poin menjadi 31.834,11 atau 1,02 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 1,65 persen menjadi 3.935,18. Indeks Nasdaq susut 3,18 persen menjadi 11.364,24.

Selama sesi perdagangan, indeks S&P 500 menyentuh level terendah baru dalam 52 minggu pada posisi 3.928,82. Indeks acuan utama juga ditutup pada level terendah 2022. Indeks S&P 500 merosot lebih dari 18 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu dan turun lebih dari 17 persen sejak awal 2022.

Pergerakan wall street pada Rabu pekan ini terjadi setelah Dow Jones melemah dalam empat hari berturut-turut.

“Semua orang ingin energi, makanan dan biaya tenaga kerja turun, tetapi pada saat yang sama, mekanisme kami untuk melakukannya adalah menaikkan suku bunga,” ujar Susan Schmidt dari Aviva Investors, mengutip dari CNBC, Kamis (12/5/2022).

Saham teknologi berjuang pada Rabu pekan ini dan menahan kenaikan untuk indeks Nasdaq. Saham Meta Platforms, Apple, Salesforce dan Microsoft masing-masing turun sekitar 4,5 persen, 5,2 persen, 3,5 persen dan 3,3 persen.

Hal ini seiring investor kembali keluar dari sektor saham growth atau pertumbuhan. Sektor teknologi dan konsumsi turun lebih dari tiga persen sehingga menyeret turun indeks S&P 500.

Sementara itu, Visa dan Merck menjadi saham dengan kinerja terbaik di Dow Jones. Sementara itu, sebagian besar sektor saham di wall street merosot ke wilayah negatif. Sektor saham energi naik 1,4 persen. Utilitas juga berjuang untuk tetap positif ditutup naik sekitar 0,8 persen. Sedangkan sektor saham material mendatar.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Data Ekonomi AS

Indeks harga konsumen pada April menunjukkan lonjakan 8,3 persen lebih tinggi dari kenaikan 8,1 persen yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei Dow Jones. Lonjakan harga tetap di dekat kecepatan tertinggi dalam 40 tahun di 8,5 persen pada Maret.

Inflasi inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi naik 6,2 persen dibandingkan harapan 6 persen. Secara bulanan, indeks harga konsumen utama naik 0,3 persen dan inti bertambah 0,6 persen. Ini menunjukkan inflasi mungkin memuncak tetapi tekanan harga kemungkinan akan bertahan.

Tidak semua analis yakin data menunjukkan inflasi telah mencapai puncaknya.

"Dengan tingkat tahunan yang turun dari 8,5 persen menjadi 8,3 persen mungkin tergoda untuk mengatakan kami telah melihat puncaknya, tetapi kami juga telah melihat hal beda sebelumnya seperti yang terjadi Agustus lalu,” ujar Chief Financial Analyst Bankrate, Greg McBride.

Beberapa analis melihat data sebagai tanda the Federal Reserve atau bank sentral AS berada di belakang kurva dalam mengendalikan inflasi yang dapat memberi tekanan kepada bank sentral untuk bertindak lebih agresif dalam pengetatan kebijakan moneter.

3 dari 4 halaman

Inflasi Jadi Perhatian

Sementara itu, kenaikan harga telah menjadi perhatian utama terutama karena the Fed menaikkan suku bunga dan memangkas neraca untuk mengatasi inflasi.

Setelah rilis data, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun kembali melonjak di atas angka 3 persen dan merosot menjadi 2,93 persen.

"Reaksi pasar negatif awal terhadap angka inflasi benar-benar dapat dimengeri, tetapi karena harga terus naik, AS berada di ambang krisis biaya hidup,” ujar Chief Economic Advisor Allianz, Mohamed El-Erian.

Ia menambahkan, hanya masalah waktu hingga berbicara tentang  krisis biaya hidup dan ini yang terjadi.

"Semua orang fokus pada angka, itu bisa dimengerti tetapi lihat intinya 6,2 persen dan lihat komposisi inflasi yang menunjukkan ada banyak pendorong sekarang. Ini bukan lagi masalah hanya tentang perang Ukraina, ini adalah proses inflasi berbasis luas yang telah ditinggalkan oleh The Fed secara besar-besaran,” kata dia.

Dari sisi pendapatan, saham Coinbase merosot 26,4 persen setelah merilis hasil kuartalan terbaru. Investor menantikan laporan dari Walt Disney, Rivian dan Beyond Meat.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 10 Mei 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak pada perdagangan Selasa, 10 Mei 2022. Indeks Dow Jones tergelincir pada hari keempat seiring rata-rata indeks acuan utama berjuang kembali bangkit dari aksi jual masif.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 84,96 poin menjadi 32.160,74 atau 0,26 persen. Indeks S&P 500 naik tipis 0,25 persen menjadi 4.001,05. Indeks Nasdaq bertambah 0,98 persen menjadi 11.737,67.

Wall street bergejolak untuk memilih arah pada perdagangan Selasa pekan ini seiring sesi perdagangan yang tidak menentu yang membuat rata-rata indeks acuan utama goyah antara keuntungan dan koreksi.

Pada satu titik, indeks Dow Jones naik lebih dari 500 poin tetapi kemudian melemah ke sesi terendah sekitar 350 poin.

“Kami berada di pasar di mana Anda tidak dapat mempertahankan reli apapun. Ini tidak mengejutkan mengingat tren keseluruhan yang telah kami lihat selama beberapa hari terakhir. Saya pikir kami hanya akan melihat lebih banyak dari ini ke depan,” ujar Paul Hickey dari Bespoke Investment Group dilansir dari CNBC, Rabu (11/5/2022).

Saham teknologi yang terpukul memimpin kenaikan pada Selasa, 10 Mei 2022. Saham Microsoft dan Apple naik lebih dari 1 persen. Saham Intel dan Salesforce bertambah lebih dari 2 persen.

Sektor ini telah mengalami beberapa koreksi terbesar dalam beberapa pekan terakhir karena investor pindah dari sektor pertumbuhan ke tempat aman seperti sektor saham kebutuhan pokok konsumen dan utilitas di tengah kekhawatiran resesi.