Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Indonesia dinilai masih menarik di tengah sentimen global seperti kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Selama sepekan pada 9-13 Mei 2022, IHSG melemah 8,73 persen ke posisi 6.597,99. Investor asing pun melakukan aksi jual saham mencapai USD 622 juta atau sekitar Rp 9,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.636 per dolar AS). Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan aksi jual saham yang terjadi seiring sejumlah peristiwa terjadi saat bursa saham Indonesia libur.
Baca Juga
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (15/5/2022), rapat bank sentral AS atau the Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin, dan termasuk terbesar. “Saat itu, kami melihat indeks saham global dengan indeks SPX dan DJIA masing-masing turun 5 persen dan 3 persen,” demikian mengutip riset tersebut.
Advertisement
Sementara itu, imbal hasil obligasi atau surat berharga AS mendatar setelah meningkat hampir 100 basis poin (bps) sejak Maret 2022. Hal ini dorong tekanan jual oleh investor asing dari negara berkembang.
Selain itu, beberapa peristiwa yang terjadi pada satu pekan terakhir termasuk sanksi kepada Rusia yang memimpin koreksi harga komoditas dan lockdown China menekan pertumbuhan di negara berkembang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Saham Indonesia Masih Menarik
Dengan kondisi itu, apakah saatnya menunggu atau kembali masuk?
Dalam pandangan Ashmore, koreksi harga komoditas bersifat sementara terutama jika masalah rantai pasokan tetap ada. Lockdown China juga tidak akan perbaiki situasi logistik yang akibatkan tingkat inflasi.
“Kami melihat investor akan mencari negara ekonomi lama (dengan pertumbuhan dari konsumsi-red) termasuk Indonesia seiring kinerja saham teknologi akan terus memburuk imbas siklus kenaikan suku bunga,” demikian mengutip riset itu.
Adapun sektor konsumen dan ritel pada April 2022 menunjukkan hasil lebih baik terutama saat Indonesia kembali izinkan mudik Lebaran 2022. “Konsumsi tetap menjadi menjadi salah satu kontribusi terbesar ekonomi Indonesia yang kami percaya akan menjadi titik menarik utama bagi investor,”
Dengan demikian apa yang dilakukan selanjutnya?
Dalam pandangan Ashmore, pengembalian keuntungan yang kuat sepanjang 2022 mendorong investor terutama asing untuk realisasikan keuntungan di Indonesia. “Namun, kami berpandangan Indonesia masih salah satu yang relatif menarik terhadap negara lain karena eksposur komoditas,” demikian mengutip riset Ashmore.
Ashmore menilai pasar saham mungkin memiliki sedikit risiko dalam jangka menengah, sementara obligasi menurun, Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga pada semester II sehingga menunda pemulihan. “Kami merekomendasikan untuk melanjutkan posisi untuk saham pada sisa 2022,” demikian tulis riset tersebut.
Advertisement
Sentimen Ini Bakal Bayangi IHSG Usai Libur Lebaran 2022
Sebelumnya, sentimen yang terjadi pada libur bursa untuk peringati Lebaran 2022 akan pengaruhi pasar usai libur.
Sejumlah sentimen yang akan pengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seperti pertemuan FOMC pada 3-4 Mei 2022. Komentar mingguan sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga 50 basis poin untuk meredam kenaikan inlfasi dan pasar tenaga kerja.
"Sebaiknya the Fed memutuskan untuk melakukannya, kami melihat akan ada sedikit tekanan pada imbal hasil keseluruhan," demikian mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Selasa, 3 Mei 2022.
Katalis lainnya dari risiko geopolitik dari Rusia-Uni Eropa yang dapat terjadi risiko selama 10 hari berikutnya. Hingga kini Rusia telah menangguhkan sejumlah ekspor gas ke beberapa negara Uni Eropa yang dapat diperluas ke komoditas lain.
Selanjutnya
Hal tersebut dapat berdampak terhadap kenaikan harga komoditas. Di sisi lain, risiko COVID-19 terkendali saat ini di Indonesia.
"Namun dengan lockdown China baru-baru ini, rantai pasokan yang sudah ketat mungkin lebih jauh terganggu. Ini mungkin pengaruhi tekanan inflasi dalam jangka pendek dan menengah," tulis Ashmore.
Ashmore menyatakan, inflasi akan keluar setelah libur Lebaran dan akan menjadi pertimbangan kebijakan Bank Indonesia (BI) ke depan.
"Libur Idul Fitri kemungkinan sudah melihat dampak dari kenaikan harga energi baru-baru ini termasuk kenaikan harga BBM, LPG 12 kg, minyak goreng, dan harga makanan. Jika inflasi tetap terkendali ada kemungkinan lebih rendah naikkan harga bahan bakar," tulis Ashmore.
Selain itu, larangan ekspor minyak goreng hingga pemerintah melihat harga yang diinginkan dapat berdampak terhadap acuan makroekonomi saat ini. Adapun bursa saham di Indonesia akan kembali buka pada 9 Mei 2022.
Advertisement