Sukses

Profil Aviliani, Ekonom yang Kini Komisaris Utama Allo Bank

Berikut profil Aviliani yang ditunjuk sebagai Komisaris Utama Allo Bank (BBHI).

Liputan6.com, Jakarta - PT Allo Bank Tbk (BBHI) menunjuk Aviliani sebagai Komisaris Utama perseroan. Sebelumnya, perubahan manajemen BBHI merupakan salah satu agenda RUPS perseroan yang digelar Kamis siang, 19 Mei 2022.

Lahir di Malang pada 1961,  Aviliani kini berdomisili di Jakarta Barat. Merujuk laman allobank.com, Aviliani merupakan Sarjana Ekonomi dari Universitas Atmajaya Jakarta pada 1985 dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor Manajemen Bisnis di Institut Pertanian Bogor pada 2012.

Ia juga telah mengikuti Sertifikasi Manajemen Risiko level II Komisaris. Aviliani memulai karier sebagai Wakil Pengembangan Bisnis INDEF pada 1997-1999, kemudian ia  bekerja di STIE Perbanas sejak 1997-2002, dilanjutkan sebagai Ketua Jurusan Universitas Paramadina pada 2002-2005.

Ia sempat menjabat Wakil Sekretaris KP3EI pada 2012-2014, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional pada 2010-2014, dan sebagai Staf Pengajar Perbanas Institute sejak 2010-sekarang.

Sebelum menjadi Komisaris Allo Bank,  Avilini pernah menjabat Komisaris Independen (Pejabat Eksekutif) PT Bank BRI Tbk (BBRI) pada 2005-2014, Komisaris Independen PT Dyandra pada 2012-2017, Komisaris Independen (Pejabat Eksekutif) dan Ketua Komite Audit PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pada 2014-2017, Komisaris Independen PT Lintas Artha (2017-sekarang).

Sebelumnya,  perubahan manajemen Allo Bank dalam rangka mendukung model bisnis bank digital. Hal ini dimaksudkan, selain untuk memperkuat struktur manajemen perseroan dalam menghadapi ketatnya persaingan yang semakin kompetitif di era digitalisasi ini juga untuk memanfaatkan peluang pasar yang terbuka lebar dalam segmen tersebut.

Sehingga diharapkan Allo Bankmenjadi lebih mempunyai daya saing yang kuat dan meningkatkan kinerja perseroan menjadi semakin baik.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Mantan Direktur BRI Indra Utoyo Bakal Nahkodai Allo Bank, Ini Profilnya

Sebelumnya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) bakal punya bos baru. Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung mengumumkan, Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk yang akan diangkat dalam RUPS siang ini adalah Indra Utoyo.

"Saya ingin memperkenalkan walaupun resminya baru jam 2 siang diangkat melalui RUPS, saya ingin memperkenalkan Dirut Allo Bank yang baru, Bapak Indra Utoyo," kata CT dalam konferensi pers di Istora Senayan, Kamis (19/5/2022).

Selain direksi, RUPS Allo Bank Indonesia juga akan membahas perombakan anggota komisaris. Yang sebelumnya posisi tersebut diisi secara temporer atau sementara.

"Sebelumnya masih temporary sifatnya. Sekarang sudah fix," imbuh CT.

Indra Utoyo melupakan mantan Direktur Digital dan Teknologi Informasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). CT menilai Indra Utoyo sebagai orang yang tepat untuk memimpin Allo Bank lantaran memiliki latar belakang di bidang teknologi.

"Mencari orang yang memahami teknologi tapi memahami perbankan ibarat mencari jarum di antara jerami di Indonesia ini. Alhamdulillah, Allo Bank bisa menemukan satu jarum di tengah jerami tadi," kata CT.

Mengutip laman linkedin pribadinya, Indra merupakan Sarjana Teknik Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang lulus pada 1985. Ia pernah mengambil Master Komunikasi dan Pemrosesan Sinyal di Imperial College, University of London pada 1993-1994.

3 dari 4 halaman

Selanjutnya

Pada 2019, ia merampungkan program Doktor Manajemen Strategik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Sebelum menjadi Direktur Digital dan teknologi Informasi BRI, Indra juga pernah bekerja di PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) selama 16 tahun dengan berbagai jabatan.

Mulai dari IT System Analyst, Project Manager untuk sejumlah proyek MIS, dan memimpin introduksi berbagai layanan baru multimedia, B2B Commerce, dan e-Business. Adapun jabatan terakhirnya di Telkom Indonesia adalah Chief Innovation and Strategy Officer (CSO).

Indra juga pernah menjabat Komisaris Utama PT Multimedia Nusantara (METRA) dan Komisaris Utama Metra Digital Innovation (MDI).

Selain itu Indra juta memprakarsai terbentuknya ekosistem startup digital INDIGO Creative Nation, Bandung Digital Valley (BDV), Jogja Digital Valley (JDV), dan Jakarta Digital Valley (JakDiVa) sebagai inkubator dan akselerator industri kreatif digital.

 

4 dari 4 halaman

Allo Bank Bidik Rp 4,8 Triliun dari Rights Issue

Sebelumnya, Bank miliki Konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menjelaskan ke regulator, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait rencana alokasi penggunaan dana yang diperoleh perseroan melalui penawaran umum terbatas (PUT) III dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)/ PMHMETD III.

Melalui PMHMETD III atau rights issue, Allo Bank akan menerbitkan sebanyak 10,04 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Saham tersebut ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 478 per saham. Sehingga perseroan berpotensi meraup Rp 4,8 triliun melalui rights issue ini.

Hal tersebut disampaikan oleh manajemen PT Allo Bank Indonesia Tbk, Selasa (11/1/2022).Manajemen Allo Bank menjelaskan seluruh dana yang diperoleh perseroan (Allo Bank) dari PUT III dengan HMETD ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi yang menjadi kewajiban perseroan, akan digunakan perseroan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.

Hal ini dalam rangka rangka meningkatkan modal inti perseroan menjadi kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI), yang termasuk dalam kelompok KBMI 2, sebagaimana dimaksud dalam POJK No.12/POJK.3/2021 tentang Bank Umum.

Selain itu, dana akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan termasuk mengembangkan usaha dalam bidang perkreditan dengan inovasi teknologi atau yang dikenal dengan bank digital, dengan skala prioritas penggunaan dana sebagai berikut:

1. Sekitar 85 persen dana digunakan untuk pengembangan usaha perseroan, khususnya dalam bidang perkreditan dengan inovasi teknologi 

2. Sekitar 10 persen untuk investasi di infrastruktur teknologi informasi

3. Sisanya 5 persen untuk pengembangan operasional, yaitu pengembangan produk dan fitur seperti UMKM, crossborder transfer, akuisisi nasabah program royalty dan lain-lain.Â