Liputan6.com, Jakarta - Starbucks menghentikan operasinya di Rusia, dan menutup 130 gerai. Starbucks yang menghentikan operasinya pada awal Maret 2022 akan “keluar” dari Rusia setelah invasi ke Ukraina dan tidak lagi memiliki merek di pasar.
Manajemen Starbucks mengatakan hal tersebut pada Senin, 23 Mei 2022. "Kami akan terus mendukung hampir 2.000 mitra apron hijau di Rusia, termasuk pembayaran selama enam bulan dan bantuan bagi mitra untuk transisi ke peluang baru di luar Starbucks,” ujar manajemen Starbucks dikutip dari Channel News Asia, Selasa (24/5/2022).
Baca Juga
Langkah ini mengikuti tindakan serupa pekan lalu oleh merek raksasa Amerika Serikat (AS) lainnya McDonald’s yang memiliki kehadiran lebih besar di negara itu sejak periode menjelang akhir perang dingin. Adapun Starbucks buka pertama di Rusia pada 2007. Hingga Maret 2022, ada 130 gerai Starbucks di Rusia, dimiliki dan dioperasikan oleh partner.
Advertisement
Merek-merek AS berada di bawah tekanan untuk memutuskan hubungan dengan Rusia di tengah kecaman internasional atas invasi Ukraina. Starbucks telah berada di Rusia selama 15 tahun. Pada acara investor Desember 2010, para eksekutif menyoroti negara itu sebagai pasar utama yang sedang berkembang untuk merek tersebut bersama dengan China, Brazil dan India.
Starbucks tidak mengungkapkan dampak keuangan dari keluarnya perusahaan tersebut. McDonald’s mengatakan akan hasilkan biaya satu kali sebesar USD 1,2 miliar-USD 1,4 miliar keluar dari negara tersebut.
Pada Kamis,19 Mei 2022, McDonald’s telah mencapai kesepakatan untuk menjual bisnisnya di Rusia kepada pengusaha Rusia Alexander Govor, pemegang lisensi McDonald’s.
Saham Starbucks naik 0,5 persen menjadi USD 73,76 pada Senin pagi,23 Mei 2022.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
McDonald’s hingga Starbucks Setop Bisnis di Rusia
Sebelumnya, PepsiCo, Coca-Cola, McDonald’s dan Starbucks menangguhkan bisnis di Rusia. Hal ini dilakukan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Pepsi telah menjual produknya di Rusia selama lebih dari enam dekade. Selain itu, McDonald’s membuka lokasi pertama di Moskow hanya beberapa bulan sebelum Uni Soviet runtuh.
Dalam beberapa hari terakhir, Pepsi, Coke, McDonald’s dan Starbucks telah menuai kritik karena terus beroperasi di Rusia. Sementara perusahaan Amerika Serikat lainnya mengumumkan penangguhan dan penghentian penjualan.
Profesor Yale Jeffrey Sonnenfeld menyusun dan mempublikasikan daftar perusahaan AS yang menarik diri dari Rusia telah invasi ke Ukraina. Hingga Selasa sore waktu setemapt, Coke adalah salah satu nama yang paling dikenal.
"Hati kami bersama orang-orang yang menanggung dampak buruk dari peristiwa stragis di Ukraina ini. Kami akan terus memantau dan menilai situasi seiring perkembangan,” tulis Coke dilansir dari CNBC, Rabu, 9 Maret 2022.
Rusia, mewakili salah satu dari sedikit wilayah di dunia, saingan Coke, PepsiCo memiliki kehadiran lebih besar. Dalam dokumen kepada regulator, Coke menyebutkan bisnisnya di Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 1 persen-2 persen dari pendapatan operasional bersih konsolidasi dan laba operasi pada 2021.
Advertisement
Pepsi
Di sisi lain, Pepsi menghasilkan sekitar 4 persen dari pendapatan tahunannya di Rusia meski tidak menghentikan semua bisnis di negara itu.Perseroan mengatakan akan terus menjual sejumlah produk penting seperti susu formula dan makanan bayi.
Selain itu, perseroan akan menangguhkan penjualan di Rusia antara lain Pepsi-Cola, 7UP dan Mirinda bersama dengan investasi modal dan semua kegiatan iklan dan promosi.
“Sebagai perusahaan makanan dan minuman, sekarang lebih dari sebelumnya, kami harus tetap setia pada aspek kemanusiaan dari bisnis kami,” ujar CEO Pepsi Ramon Laguarta.
Sebelumnya pada Selasa, 8 Maret 2022, the Wall Street Journal melaporkan Pepsi sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk bisnisnya di Rusia termasuk hapus nilai bisnisnya di Rusia. Sanksi ekonomi telah memperumit proses pembongkaran aset Rusia.
Starbucks Wajibkan Karyawan Vaksinasi Penuh
Sebelumnya, untuk mematuhi mandat vaksin oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Starbucks mewajibkan pekerja baru melakukan vaksinasi penuh atau kesediaan melakukan uji bebas COVID-19 mingguan, Starbucks baru mensosialisasikan kepada karyawan baru-baru ini.
Dalam surat dari Chief Operating Officer Starbucks John Culver, kedai kopi tersebut menyampaikan informasi kepada sekitar 220 ribu karyawan di AS tentang keharusan karyawan melaporkan status vaksinasi paling lambat 10 Januari 2022.
Starbucks merekomendasikan hal ini kepada karyawan tetapi bagi pekerja yang tidak ingin divaksinasi karena alasan tertentu harus melakukan tes anti COVID-19 setiap minggu. Biaya tes ditanggung oleh masing-masing pekerja dan dilakukan di tempat yang sudah disetujui oleh federal.
"Ini (mandat vaksinasi) adalah langkah penting yang dapat kami ambil guna membantu lebih banyak mitra mendapatkan vaksinasi, membatasi penyebaran COVID-19 dan memberikan pilihan yang dapat pekerja pilih sesuai apa yang terbaik untuk dirinya," tulis Culver, dilansir dari laman CNN, Selasa (4/1/2022).
Dia menambahkan jika tingkat vaksinasi meningkat dan penyebaran masyarakat melambat, gerai kopi kenamaan AS ini dapat segera beradaptasi dan bangkit. Sementara apabila situasi kian buruk, perusahaan mungkin akan mempertimbangkan tindakan tambahan.
Culver berharap dirinya dan masyarakat mampu melakukan peran dengan menerima dosis vaksin secara penuh sebagai cara untuk melindungi satu sama lain.
Starbucks mengirim catatan kebijakan vaksinasi penuh kepada karyawan pada Senin, 27 Desember 2021. Kemudian menyampaikan rincian mandat pada pembaharuan mingguan yang terkirim pada Senin, 3 Januari 2022.
Advertisement
Regulasi Imbas Penyebaran Omicron secara Masif
Perubahan terjadi ketika baru-baru ini Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health Administration ) menyerukan kepada pengusaha besar untuk melakukan vaksinasi penuh atau pengujian mingguan karena varian Omicron menyebar dengan cepat ke seluruh AS.
Regulator memberikan waktu hingga 9 Februari 2022 untuk perusahaan besar menjalankan kebijakan tersebut.
Sebelumnya Starbucks (SBUX) mengatakan sangat mendorong karyawan untuk mendapatkan vaksin dan menawarkan dua jam cuti berbayar untuk setiap dosis termasuk booster.
Langkah ini sejalan dengan sejumlah pengusaha yang mengharuskan pekerja menunjukkan bukti vaksin COVID-19 sebagai bukti mematuhi undang-undang setempat di beberapa tempat.