Sukses

Intip Kinerja Keuangan Intiland Development pada Kuartal I 2022

PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatat kinerja keuangan beragam dengan pertumbuhan pendapatan dan alami rugi pada kuartal I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Intiland Development Tbk (DILD) menyampaikan kinerja sepanjang tiga bulan pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan usaha Rp 562,5 miliar. Naik 2,15 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 550,6 miliar.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan dan beban langsung tercatat naik menjadi Rp 352,3 miliar di kuartal I 2022 dari sebelumnya Rp 293,5 miliar pada kuartal I 2021. Sehingga laba kotor Intiland Development turun menjadi Rp 210,1 miliar dari kuartal I 2021 sebesar Rp 257,1 miliar.

Sepanjang 2021, [Intiland Development](saham "")menciptakan beban usaha Rp 79,3 miliar. Sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp 130,8 miliar, turun dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 173,3 miliar. Pada periode yang sama, beban lain-lain tercatat sebesar Rp 207,8 miliar. Naik dibanding kuartal I 2021 sebesar Rp 150,8 miliar.

Ekuitas pada rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat sebesar Rp 2,6 miliar. Berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 yang masih positif Rp 678,6 juta.

Setelah dikurangi pajak, perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan Rp 99,7 miliar. Berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 yang catatkan laba Rp 747,3 juta.

Sementara rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 72,7 miliar. Kinerja itu berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 dengan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,2 miliar.

Aset perseroan sampai dengan April 2022 tercatat sebesar Rp 16,6 triliun, naik tipis dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 16,5 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 6,8 triliun dan aset tidak lancar Rp 9,7 triliun.

Liabilitas sampai dengan Maret 2022 tercatat sebesar Rp 10,6 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 10,5 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 6,7 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 3,9 triliun. Sementara ekuitas hingga Maret 2022 turun menjadi Rp 5,9 triliun dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 6 triliun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Intiland Optimistis Insentif Pemerintah Topang Sektor Properti

Sebelumnya, Pemerintah kembali memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai Selasa, 22 Juni hingga 5 Juli2021. Kebijakan ini diperkirakan berdampak terhadap emiten properti. 

Namun, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD), Archied Noto Pradono mengatakan dampak dari pengetatan PPKM akan berlangsung sementara. Hal itu mengingat telah digulirkannya vaksinasi COVID-19 yang kian masif. Sehingga Perseroan optimistis kinerjanya tidak akan terpukul dalam.

"Kami pikir ini sementara. Beberapa minggu ke depan kita optimis (akan membaik),” kata dia dalam paparan publik, selasa (22/6/2021).

Di sisi lain, Archied menilai insentif kebijakan yang digelontorkan pemerintah memberikan dampak yang sangat baik bagi sektor properti.

Stimulus tersebut bukan hanya berpengaruh terhadap penjualan produk- produk properti yang nilainya masuk ke dalam kriteria insentif, tetapi juga berimbas kepada produk-produk properti lainya.

Kebijakan tersebut dinilai mampu memberikan efek psikologis kepada masyarakat dengan menumbuhkan kembali keyakinan untuk pembelian properti.

"Saat ini adalah momentum terbaik bagi konsumen dan investor untuk pembelian properti. Pasar properti dalam tren positif seiring meningkatnya permintaan masyarakat dan adanya insentif kebijakan pemerintah,” kata Archied.

 

3 dari 4 halaman

Indeks Sektor Saham Properti Lesu Sepanjang 2022, Ada Apa?

 Sebelumnya, di antara 11 sektor saham, sektor saham properti dan konsumer nonsiklikal masih alami koreksi sepanjang 2022. Analis menilai, ada sejumlah faktor yang mendorong indeks sektor saham properti dan real estate masih tertekan yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,38 persen ke posisi 7.235,53 pada Kamis, 14 April 2022.

IHSG berada di level tertinggi 7.282,90 dan terendah 7.234,33. Total volume perdagangan saham tercatat 25,07 miliar saham dan nilai transaksi harian Rp 16,07 triliun. Sementara itu, total frekuensi perdagangan 1,52 juta kali. Adapun kapitalisasi pasar saham tercatat Rp 9.405 triliun.

Sepanjang 2022, IHSG menguat 9,94 persen. Penguatan IHSG tersebut ditopang kenaikan 9 sektor saham. Indeks sektor saham IDX sector energy menguat 41,87 persen, dan memimpin penguatan.

Diikuti indeks sektor saham IDX sektor transportasi dan logistik menanjak 23,21 persen serta indeks sektor saham IDXsektor industry menguat 18,26 persen.

Namun, dua sektor saham masih koreksi. Indeks sektor saham properti dan real estate melemah 7,26 persen dan indeks sektor saham IDXkonsumer nonsiklikal susut 1,37 persen sepanjang 2022.

"Naiknya level PPKM di awal tahun akibat Omicron masih menghambat minat properti di Indonesia, hal ini ditambah dengan prospek kenaikan suku bunga yang dipandang bisa menurunkan minat membeli properti bank juga masih cukup berhati-hati dalam memberikan kucuran kredit perumahan,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (17/4/2022).

Dia menambahkan, pemulihan ekonomi dan naiknya harga komoditas diharapkan memulihkan minat serta daya beli masyarakat untuk membeli properti. Selain itu, perpanjangan subsidi PPN dan pembelian properti diharapkan jadi katalis positif untuk kinerja emiten properti pada 2022.

"Perpanjangan subsidi PPN untuk pembelian properti diharapkan menjadi faktor positif, namun tantangan dari kenaikan suku bunga bisa menjadi pemberat,” ujar dia.

 

4 dari 4 halaman

Meneropong Prospek Emiten Properti pada 2022

Sebelumnya, Pemerintah melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Rumah selama sembilan bulan hingga September 2022. Hal itu menjadi katalis positif untuk sektor properti.

Namun, pada saat bersamaan, terdapat sentimen kenaikan suku bunga. Pengamat Pasar dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menilai, kenaikan suku bunga tersebut bisa menghambat sentimen positif dari perpanjangan PPN DTP Rumah.

"Akan ada dua sentimen yang bertolak belakang pada pergerakan saham-saham properti. Tentunya pelaku pasar akan kembali melihat sejauh mana demand dari masyarakat terhadap properti," kata Reza kepada Liputan6.com, Jumat (11/2/2022).

Untuk rumah tapak dan apartemen, Reza menyebutkan kemungkinan permintaan masih tinggi. Namun, untuk lahan industri hingga high rise building dan perkantoran harus dicek lagi.

"Dari sini nantinya pelaku pasar bisa memilah saham mana yang masih ada potensi untuk bertumbuh," ujar dia.

Senada, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Bageur Stock, Andy Wibowo Gunawan menilai, perpanjangan insentif disertai potensi kenaikan suku bunga akan memberikan katalis beragam untuk sektor properti dalam jangka pendek.

"Strategi sahamnya tergantung kepada karakter masing-masing investor. Apabila investor yang memiliki horison investasi jangka pendek bisa mengambil kesempatan untuk ada posisi di sektor properti ketika ada katalis positif,” kata Andy.