Liputan6.com, Jakarta - PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) mengakui dampak kenaikan bahan baku dan harga komoditas. Meski begitu, dampak yang dirasakan cukup minim lantaran perseroan memiliki sejumlah strategi untuk menghadapi situasi tersebut.
"Pengaruh kenaikan bahan baku dan energi terhadap margin produk CLEO kurang lebih antara 2 sampai 3 persen," ungkap Direktur Operasional PT Sariguna Primatirta Tbk, Eko Susilo dalam paparan publik perseroan, Selasa (31/5/2022).
Baca Juga
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Rantai Pasokan PT Sariguna Primatirta Tbk, Firdauf Achmad mengatakan perseroan telah memiliki mitra bisnis yang dapat diandalkan saat harga bahan baku melonjak. Sehingga tidak berimbas banyak pada operasional perseroan.
Advertisement
“Perseroan sudah memiliki business partner yang reliabel label ya. Jadi kita punya business partner yang sudah bekerja sama dengan kita dalam waktu yang lama dan kita memiliki kontrak supply yang cukup terjaga," kata dia.
Adapun selama ini kerja sama perseroan dengan mitra itu berjalan baik dan tidak pernah ada kendala. Baik dari sisi suplai material maupun dari sisi harga yang cukup kompetitif. Selain itu, perseroan juga menerapkan strategic buffer untuk mengatasi bahan baku impor yang terkendala logistik.
"Untuk beberapa bahan baku yang kita impor dari luar negeri, otomatis kita harus menggunakan strategic buffer karena memang ada problem kelangkaan kontainer. Otomatis kita juga harus mengantisipasi dalam horizon planning yang lebih panjang,” ujar Firdauf.
Upaya tersebut cukup berhasil. Tercermin dari lonjakan produk saat Lebaran yang bisa dipenuhi oleh perseroan, serta kenaikan penjualan 30 persen yang tercatat pada kuartal I 2022. Strategi lainnya, perseroan sudah beralih menggunakan kemasan yang ramah lingkungan, yaitu RPET atau Recycle Polyethylene Terephthalate.
"Kita memiliki bisnis partner yang cukup baik yaitu PT Soka, di mana kita mengirimkan dan membantu untuk recycle produk-produk biji plastik yang sudah bisa kita gunakan kembali ke dalam produk-produk kita,” ujar dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target 2022
Sebelumnya, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) menargetkan pertumbuhan penjualan 30 persen hingga akhir 2022. Direktur Penjualan dan Distribusi PT Sariguna Primatirta Tbk, Toto Sucartono mengatakan, perseroan sudah bisa mencapai target tersebut pada kuartal I 2022.
"Jadi pertumbuhan kita dicanangkan target itu 30 persen. Dan itu sudah dicapai dalam kuartal I itu 29,7 persen atau hampir 30 persen. PR kita tinggal kuartal II, III, dan IV,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Selasa (31/5/2022).
PT Sariguna Primatirta Tbk mencatat penjualan naik 30 persen mencapai Rp 307,7 miliar pada kuartal I 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan membukukan penjualan Rp 237,19 miliar.
Dari raihan itu, perseroan mencatat laba tahun berjalan Rp 45,76 miliar pada kuartal I 2022, tumbuh 9,37 persen dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 41,84 miliar. Pada 2022, perseroan menargetkan pertumbuhan laba dua digit sejalan dengan prospek penjualan di tahun ini.
"Laba kita akan diikuti secara double digit, lah, pertumbuhannya,” imbuh Toto.
Pada 2022, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 220 miliar. Sebagian besar dari capex akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru. Hingga saat ini, CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK ditambah dengan tiga pabrik lainnya yang diproyeksikan akan selesai pada 2022.
Advertisement
Kuartal I 2022
Sebelumnya, PT Sariguna Primatirta Tbk (Tanobel Group) emiten produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) mencatatkan pertumbuhan laba bersih dan penjualan selama kuartal I 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Sariguna Primatirta Tbk mencatat penjualan naik 30 persen mencapai Rp 307,7 miliar pada kuartal I 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan membukukan penjualan Rp 237,19 miliar.
Beban pokok penjualan naik 42,21 persen menjadi Rp 186,18 miliar pada kuartal I 2022 jika dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 130,91 miliar.
Perseroan mencatat kenaikan beban penjualan menjadi Rp 35,26 miliar pada kuartal I 2022 dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 30,02 miliar. Sementara itu, beban umum dan administrasi susut menjadi Rp 16,30 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 18,13 miliar. Beban keuangan turun menjadi Rp 2,56 miliar pada kuartal I 2022 dari kuartal I 2021 sebesar Rp 4,95 miliar.
Perseroan mencatat laba tahun berjalan Rp 45,76 miliar pada kuartal I 2022, tumbuh 9,37 persen dari periode kuartal I 2021 sebesar Rp 41,84 miliar.
"Kami bangga bahwa hingga saat ini, CLEO masih dapat menjaga eksistensinya bahkan menjadi salah satu pilihan air minum dalam kemasan bagi masyarakat Indonesia. Dibuktikan dengan Perseroan yang juga mencatatkan laba bersih sebesar Rp45,8 miliar atau meningkat 9 persen di kuartal I-2022,” ujar Wakil Direktur Utama CLEO Melisa Patricia melalui keterangan resminya, Kamis (!2/5/2022).
Dia menambahkan, kenaikan ini tidak terlepas dari prospek AMDK yang terus bergeliat, ditambah dengan lonjakan permintaan air minum pada momentum saat ini. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen akan terus menambah pabrik dan kapasitas produksi agar perseroan dapat terus memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Indonesia.
Produk Perseroan
PT Sariguna Primatirta Tbk mempunyai dua produk yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu botol dan non-botol.
Melihat pertumbuhan AMDK yang positif, produk non-botol CLEO masih menjadi kontributor utama bagi penjualan CLEO, yaitu sebesar 51 persen pada Kuartal I 2022. Sementara kontribusi penjualan pada segmen botol meningkat menjadi 48 persen pada kuartal I 2022 dibandingkan tahun lalu yaitu 41 persen.
Sebagai produsen air minum dalam kemasan (AMDK) pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat food safety management ISO 22000:2005, CLEO terus melakukan penambahan pabrik baru di luar wilayah Jawa, yaitu Sumatera dan Kalimantan.
Sedangkan, masing-masing pabrik tersebut diproyeksikan berkapasitas hingga 100 juta liter per tahun. Aksi korporasi tersebut sejalan dengan tingginya permintaan air kemasan dan sebagai antisipasi perseroan atas lonjakan permintaan tersebut.
Hingga saat ini, CLEO telah memiliki 27 pabrik pengolahan AMDK ditambah dengan tiga pabrik lainnya yang diproyeksikan akan selesai pada 2022.
Advertisement
Selanjutnya
Perseroan memiliki jaringan distribusi yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua dengan total jaringan sebanyak 200 distributor internal dan 1.515 total distributor eksternal.
"Melihat prospek yang cerah dan terus meningkatnya permintaan akan air minum, ke depan kami tidak hanya menambah pabrik dan kapasitas melainkan menambah jaringan distribusi CLEO baik distributor internal maupun eksternal," ujar dia.
Ia berharap dengan semakin tersebarnya produk dan jaringan distribusi CLEO, dapat menambah semakin banyaknya pangsa pasar perseroan dan dapat memberikan CLEO untuk terus mencari peluang baru sehingga perseroan optimistis dapat memberikan kinerja lebih baik lagi hingga akhir tahun ini.