Liputan6.com, Jakarta - Sebelum mengundurkan dari dari jabatannya sebagai Chief Operating Officer (COO) di Meta, Sheryl Sandberg telah menjadi salah satu pemandu sorak terbesar Facebook selama lebih dari satu dekade.
Sejak bergabung dengan platform media sosial tersebut pada tahun 2008, Sandberg telah memainkan peran penting dalam mengubah Facebook (sekarang bernama Meta Platforms) menjadi pembangkit tenaga teknologi seperti sekarang ini.
Tetapi eksekutif Meta, yang mengumumkan Sandberg akan mengundurkan diri dari posisinya pada musim gugur ini, juga secara agresif menurunkan kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut sejak go public pada tahun 2012.
Advertisement
Dilansir dari Forbes, Minggu (5/6/2022) Sandberg telah melepas 92 persen saham yang dimilikinya pada Maret 2013–tak lama setelah penawaran umum perdana Facebook Mei 2012.
Secara keseluruhan, itu adalah saham senilai lebih dari USD 2 miliar (Rp. 28,8 triliun). Bahkan, Sandberg sudah menjual banyak sekali saham di tahun-tahun setelah Facebook go public.
Sebagai salah satu eksekutif paling awal Facebook yang direkrut oleh Mark Zuckerberg dari Google, pada Maret 2013 Sandberg sudah memiliki hampir 17,9 juta saham perusahaan media sosial itu.Â
Kemudian, Sandberg dalam setahun melepas sekitar 30 persen sahamnya; pada tahun 2015, tambahan 42 persen sahamnya juga dijual atau diberikan.
Penjualan saham Sandberg di Facebook mulai melambat pada tahun 2016 sebelum terhenti pada akhir 2019, meskipun harga saham Meta mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada akhir tahun 2021.
Sandberg belum menjual saham apa pun sejak Oktober 2019, meskipun dia telah menyerahkan saham untuk menyelesaikan pembayaran pajak untuk hibah saham terbatas dalam beberapa tahun terakhir.
Secara total, Sandberg telah menjual saham Meta senilai lebih dari USD 1,8 miliar (Rp. 25,9 triliun) hingga saat ini, berdasarkan pengajuan publik. (Jumlah itu sebelum pajak.)
Dia juga telah menyumbangkan sekitar USD 350 juta (Rp. 5 triliun) saham Meta Platform (serta saham SurveyMonkey senilai USD 30 juta) untuk dana badan amal, terutama Dana Keluarga Sheryl Sandberg & Dave Goldberg.
Jejak Karier dan Kekayaan Sheryl Sandberg
Nama Sheryl Sandberg tengah menjadi sorotan setelah mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai Chief Operating Officer (COO) di Meta. Pengunduran diri ini setelah 14 tahun dia bekerja untuk perusahaan media sosial dunia tersebut.
Selama 14 tahun mengabdi sebagai anak buah Mark Zuckerberg, seberapa besar nilai kekayaannya?Â
Dilansir dari Forbes, Kamis (2/6/2022) nilai kekayaan Sandberg, yang mengumpulkan sebagian besar penghasilannya dari Facebook, mencapai sebesar USD 1,6 miliar atau setara Rp 23,1 triliun.
Fokusnya dalam memposisikan Facebook sebagai platform untuk iklan bisnis kecil, membantu meningkatkan nilai pendapatan iklan perusahaan hingga 21 persen selama tahun 2020, menjadi USD 84,2 miliar atau Rp. 1,21 kuadriliun.Â
Sebelum prestasinya selama menjabat di Facebook, Sandberg bahkan sudah melewati pengalaman yang luar biasa dalam perjalanan kariernya.Â
Sandberg, yang memegang dua gelar pendidikan tinggi dari Harvard, memulai kariernya sebagai kepala staf untuk mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Larry Summers.
Advertisement
Siapa yang Akan Menggantikan Posisi Sheryl Sandberg di Meta?
Kini, chief growth officer Meta, yakni Javier Olivan, dikabarkan akan mengambil alih jabatan COO.Â
Sedangkan Sandberg, yang memberi tahu Zuckerberg tentang keputusannya akhir pekan lalu, akan terus menjabat di dewan direksi Meta.
"Selama beberapa bulan ke depan, Mark dan saya akan mentransisikan laporan langsung saya," kata Sandberg dalam sebuah postingan di Facebook tentang pengunduran dirinya, dikutip dari CNBC International.
Meta juga merencanakan reorganisasi internal untuk mengikuti perubahan tersebut, menurut bos Meta, Mark Zuckerberg.
"Ke depan, saya tidak berencana untuk menggantikan peran Sheryl dalam struktur kami yang ada. Saya tidak yakin itu akan mungkin karena dia adalah seorang superstar yang mendefinisikan peran COO dengan caranya sendiri yang unik," ujar Zuckerberg dalam sebuah posting-an Facebook.
“Tetapi bahkan jika itu mungkin, saya pikir Meta telah mencapai titik di mana masuk akal untuk produk dan kelompok bisnis kami untuk lebih terintegrasi, daripada memiliki semua fungsi bisnis dan operasi yang diatur secara terpisah dari produk kami," lanjutnya.