Sukses

Tersengat Kenaikan PPN 11 Persen, Indonesian Tobacco Bakal Sesuaikan Harga Jual

Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC), Djonny Saksono mengatakan, kenaikan PPN 11 persen tak banyak mempengaruhi pendapatan dan laba perseroan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) berencana menyesuaikan harga dalam waktu dekat. Hal itu menyusul kenaikan PPN menjadi 11 persen per April 2022.

Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengatakan, kenaikan PPN 11 persen tak banyak mempengaruhi pendapatan dan laba Indonesian Tobacco. Ia menerangkan, PPN untuk perusahaan tembakau dan rokok diambil dari harga jual eceran pita cukai dan HJE.

"Perhitungan 11 persen ini terefleksi menjadi 9,9 persen dari harga jual eceran kami. Peningkatannya tidak terlalu signifikan bagi keuntungan perusahaan. Namun kami memang sudah ancang-ancang untuk mengadakan penyesuaian harga,” kata dia dalam paparan publik Indonesian Tobacco, Jumat (3/6/2022).

Selain itu, pertimbangan lain perseroan melakukan penyesuaian harga yakni sebagai langkah antisipasi terhadap inflasi. Rencananya, penyesuaian harga dilakukan mulai Mei 2022.

"Mudah-mudahan bulan ini atau di bulan depan kami akan mengadakan penyesuaian harga sesuai dengan dengan peningkatan PPN tersebut, dan juga untuk mengcover inflasi yang ada supaya profit margin kita bisa tetap stabil seperti 2021 atau bahkan bisa lebih tinggi,” imbuhnya.

Di sisi lain, penyesuaian tarif cukai juga dinilai menjadi katalis positif bagi perseroan. Di mana ada potensi perubahan pola konsumsi dari rokok atau hasil tembakau dengan harga tinggi, akan beralih mencari alternatif harga yang lebih murah.

"Ini ada shifting dari pola konsumen dari harga rokok tinggi menjadi mengkonsumsi mencari alternatif rokok yang lebih murah. Sehingga itu yang jadi katalis positif perseroan untuk mengambil kesempatan ini,” kata Djonny.

Adapun pada 2022, perseroan menargetkan peningkatan penjualan hingga 15 persen dibanding tahun lalu. Keyakinan itu sejalan dengan raihan kinerja perseroan hingga kuartal I 2022.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Belanja Modal 2022

Pada tiga bulan pertama tahun ini, perseroan mempertahankan profitabilitas dengan mencatatkan laba bersih Rp 3,8 miliar, meningkat 94,4 persen dibandingkan Rp 1,9 miliar yang dicatatkan pada periode yang sama pada tahun lalu.

Perseroan melakukan perbaikan kinerja yang terwujud dalam peningkatan margin EBITDA sebesar 17,2 persen pada periode ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Raihan itu didorong oleh peningkatan permintaan akan produk ITIC yang semakin kuat.

Ditandai dengan naiknya volume penjualan pada kuartal I 2022 dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan pendapatan sebesar 29,9 persen atau menjadi Rp 59,5 miliar dari Rp 45,8 miliar pada kuartal I 2021.

Belanja Modal

Sebelumnya, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 25 miliar pada 2022. Belanja modal ini meningkat dari yang semula disiapkan sebesar Rp 15 miliar.

Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono mengatakan, belanja modal itu utamanya akan dialokasikan untuk menunjang operasional perseroan. Seperti peremajaan mesin dan renovasi gedung.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pertahankan Pangsa Pasar

"Awalnya kita menganggarkan Rp 15 miliar, namun dengan berjalannya waktu, kita meningkatkan anggaran itu menjadi Rp 25 miliar, mengingat adanya beberapa mesin-mesin yang perlu kita remajakan dan gedung-gedung yang kita pakai untuk operasional di perusahaan banyak yang butuhkan renovasi, makanya belanja modal kita tingkatkan,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (3/6/2022).

Hingga Mei 2022, Djonny mengatakan belum ada perkembangan signifikan dari realisasi belanja modal tersebut. Alasannya, pandemi yang belum sepenuhnya selesai membuat beberapa rencana belanja mengalami penundaan. Namun, perseroan akan secepatnya mulai merealisasikan belanja modal itu.

"Sampai Mei ini, jujur saja baru kita mulai. Karena adanya pandemi, ini agak tertunda. Namun kami akan mempercepat untuk pembelanjaan ini,” imbuh Djonny.

Djonny menambahkan, untuk tahun ini perseroan tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di wilayah Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, dan terus memanfaatkan potensi peluang pasar baru di Sumatera.

Hal ini mencerminkan kemampuan dan komitmen Perseroan dalam memperkuat dan memperluas distribusi dan keberadaan merek produk tembakaunya di seluruh Indonesia.

 

4 dari 4 halaman

Gerak Saham ITIC

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Juni 2022, saham ITIC stagnan di posisi Rp 268 per saham. Saham ITIC dibuka stagnan Rp 268. Saham ITIC berada di level tertinggi Rp 270 dan terendah Rp 266 per saham. Total frekuensi perdagangan 92 kali dengan volume perdagangan 3.461 kali. Nilai transaksi Rp 92,7 juta.

Pergerakan saham ITIC itu terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,48 persen. IHSG menguat ke posisi 7.182,96.

IHSG berada di level tertinggi 7.233,99 dan terendah 7.170.Sebanyak 245 saham menguat dan 280 saham melemah. 167 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.519.684 kali. Total volume perdagangan 35,7 miliar saham. Nilai transaksi Rp 18,9 triliun.

Sepanjang 2022, saham ITIC melemah 2,19 persen ke posisi Rp 268 per saham. Saham ITIC berada di level tertinggi Rp 318 dan terendah Rp 252 per saham. Total volume perdagangan 84.550.500 saham dan nilai transaksi Rp 24,4 miliar. Total frekuensi perdagangan 25.645 kali.