Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Selasa (7/6/2022) Rupiah ditutup melemah 8 poin walaupun sempat melemah 20 poin di level Rp 14.454. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.446.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Rabu, 8 Juni 2022.
Baca Juga
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.440 hingga Rp 14.490,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa, 7 Juni 2022.
Advertisement
Secara internal, pergerakan rupiah Selasa pekan ini disebabkan oleh Indonesia yang memiliki prospek ekonomi cukup menjanjikan di tengah situasi perekonomian global saat ini yang mengalami banyak guncangan.
Misalnya, terkait perang Rusia dan Ukraina yang akhirnya menyebabkan Ukraina membatasi ekspor sejumlah komoditas pangan. Indonesia tidak akan terimbas signifikan dengan adanya larangan ini. Hal ini terbukti dengan membaiknya PDB kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen.
Kemudian, apabila sektor publik tidak mampu mempertahankan keamanan pangan, ada beberapa peran yang dapat dilakukan pemerintah melalui pengadaan publik (public procurement) dan kepemilikan publik (public ownership).
Hal ini dapat dilakukan melalui reformasi kelembagaan yang tujuannya menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk pengelolaan rantai pasokan.
Selain tantangan distribusi pangan, pasar berkembang (emerging market) juga mengalami tantangan lain dalam 35 tahun terakhir.
Setiap kali Amerika Serikat (AS) menaikkan tingkat suku bunga, di mana menyebabkan volatilitas dan pasar global menekan mata uang, perekonomian negara yang bergantung pada aliran modal global menjadi sulit karena tingkat suku bunganya mengikuti tren global.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didukung Harga Komoditas
Secara keseluruhan, meskipun tingkat suku bunga di AS naik, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap volatilitas rupiah. Alasannya, Indonesia telah memiliki eksposur terhadap banyak komoditas, dan harga komoditas yang tinggi pun tersedia di Indonesia.
Kendati demikian, Indonesia juga pernah mengalami beberapa masalah krisis pangan global, tetapi di saat yang bersamaan, diimbangi juga dengan ekspor gas dan minyak. Selain itu, kenaikan pajak di Indonesia yang mulai diberlakukan pada April 2022, dan menganggap kebijakan tersebut perlu untuk diterapkan.
Rasio digit Indonesia berdasarkan perbandingan internasional sangat rendah dibandingkan AS yang hampir menyentuh 100 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan India sebesar 70 persen dari PDB, sementara Indonesia bahkan tidak menyentuh 40 persen dari PDB.
Advertisement
Dolar AS Menguat
Sementara Rupiah ditutup melemah, dolar AS justru naik pada Selasa atas ekspektasi Federal Reserve AS akan memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga.
Dengan laporan pekerjaan AS yang kuat Jumat lalu menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga, investor sekarang menunggu indeks harga konsumen (CPI) AS untuk petunjuk tentang jalur kenaikan suku bunga, yang dijadwalkan Jumat ini.
Bank Sentral Eropa juga akan menurunkan keputusan kebijakannya Kamis ini dan diharapkan untuk bergabung dengan rekan-rekan global dalam bergerak untuk menekan inflasi.
Di Asia Pasifik, The Reserve Bank of Australia akan menjatuhkan putusan kebijakannya di kemudian hari, yang secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.
Dengan inflasi yang tinggi merusak kepercayaan konsumen, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda pada Senin menegaskan kembali komitmen yang tak tergoyahkan untuk stimulus moneter yang "kuat".
Gerak Rupiah pada Selasa Pagi 7 Juni 2022
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa diprediksi melemah, dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve ( Fed).
Rupiah pagi ini bergerak melemah 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.460 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.446 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini dengan menguatnya kembali sentimen The Fed," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/6/2022).
Menurut Ariston, The Fed kelihatannya akan menaikkan suku bunga acuannya lagi pada pertengahan Juni ini sebesar 50 basis poin untuk memerangi inflasi di Negeri Paman Sam itu.
Kekhawatiran terhadap inflasi kembali meninggi setelah harga minyak mentah kembali naik ke kisaran 120 dolar AS per barel karena sanksi larangan ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa.
Selain itu perang yang belum usai juga menambah kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi. Perseteruan Rusia dengan NATO juga makin memanas karena NATO terus mengirimkan bantuan senjata rudal jarak jauh untuk Ukraina.
"Tingginya inflasi bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia," ujar Ariston.
Ariston menambahkan tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS kembali naik yang mengindikasi sentimen The Fed kembali masuk ke pasar.
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun kembali ke kisaran 3 persen, angka yang sebelumnya tersentuh pada Mei 2022.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level 14.450 per dolar AS dengan support di level 14.440 per dolar AS.
Advertisement