Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan terus menaikkan suku bunga.
Ekonom sekaligus Direktur Celios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menilai, tindakan The Fed dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi di Negeri Paman Sam itu.
Baca Juga
Dia menuturkan, jika suku bunga The Fed naik terlalu resesif, implikasi terhadap risiko investasi di negara berkembang akan meningkat.
Advertisement
"Jadi kalau suku bunga The Fed naik, maka investor akan menghindari instrumen seperti saham, kripto kemudian reksa dana di emerging market. Kemudian juga saham teknologi, startup akan dihindari karena dianggap terlalu tinggi volatilitasnya," kata Bhima kepada Liputan6.com, Selasa (14/6/2022).
Sebagai gambaran, Bhima menyebut pasar kripto yang saat ini tengah babak belur. Banyak hedge fund atau fund manajer melakukan aksi jual secara besar-besaran pada aset kripto. Investor kemudian akan cenderung mencari safe haven seperti emas dan dolar Amerika Serikat.
"Aset safe haven seperti emas naik. Dolar AS diburu. Indeks dolarAS sekarang mencapai level 105, salah satu yang tertinggi dalam satu tahun terakhir karena dollar sebagai safe haven dianggap sebagai instrumen yang aman di tengah kekhawatiran resesi di Amerika Serikat dan terlalu agresifnya Fed menaikan suku bunga,” kata Bhima.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
The Fed Bakal Fleksibel
Risalah FOMC pada Mei mengindikasikan sikap Fed yang lebih fleksibel terhadap arah kebijakan moneter, dimana front loading kenaikan suku bunga memberi fleksibilitas untuk melakukan perubahan kebijakan tergantung kondisi yang ada.
Pasar keuangan menginterpretasikan hal ini sebagai indikasi the Fed dapat mengubah laju kenaikan suku bunga tergantung pada kondisi ekonomi setelah rencana kenaikan bunga sebesar 50 bps pada Juni dan Juli 2022. Jika perkiraan itu melesat, akan terjadi kekhawatiran yang lebih luas.
Menurut Bhima, jika suku bunga tidak jadi naik 50 basis poin, akan terjadi kekhawatiran karena The Fed dianggap tidak mampu mengendalikan inflasi. Artinya, moneter dinilai tidak bekerja dengan baik untuk mengendalikan inflasi. Implikasinya adalah pasar akan lebih khawatir dan memicu kepanikan lagi.
"Jadi sinyal resesi menguat, tapi suku bunga tidak dinaikkan maka imbasnya justru akan terjadi kepanikan. Makin banyak yang keluar dari negara berkembang,” kata Bhima.
Advertisement
Prediksi Suku Bunga Acuan BI
Sementara di dalam negeri, Bhima menilai Bank Indonesia (BI) juga akan melakukan langkah serupa untuk menjaga nilai tukar Rupiah tetap stabil. Ia menilai, langkah preventif BI bisa menaikkan 25—50 bps suku bunga dalam satu kali rapat dewan gubernur (RDG).
“Sepanjang semester kedua, mau tidak mau suku bunga mungkin akan disesuaikan 3-4 kali jadi sekitar 75 sampai 100 bps kenaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate sepanjang 2022. Ini konsekuensinya,”
“Kalau enggak, tekanan pada nilai tukar Rupiah nantinya juga akan meningkat karena instrumen surat utang pemerintah Indonesia atau SBN dianggap kurang menarik,” imbuhnya.
Memilih Instrumen Investasi
Lalu, instrumen apa yang menarik dicermati saat pasar tengah bergejolak?
Bhima menyebutkan, sejumlah instrumen investasi yang patut dijajal. Utamanya yang berbasis bunga. Di antaranya surat utang pemerintah dan reksa dana pendapatan tetap.
"Surat utang pemerintah itu yield atau imbal hasilnya sudah lebih dari 7 persen, dianggap salah satu kenaikan yield yang cukup sepat. Kemudian untuk reksa dana pendapatan tetap yang terdiri dari obligasi perusahaan-perusahaan swasta itu juga layak untuk dikoleksi," beber Bhima.
Selain dua instrumen itu, Bhima menyebutkan instrumen lain yang juga menarik yakni valas dolar dan emas. Selanjutnya tentu deposito.
"Investasi yang cukup menarik adalah deposito perbankan. Kalau ingin tetap bermain aman, deposito perbankan itu tren suku bunga ke depan akan jauh lebih tinggi. Jadi bunga yang diperoleh oleh para deposan pun lebih menarik," ujar dia.
Advertisement