Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Hotel Fitra International Tbk (FITT), Joni Rizal menuturkan, aktivitas masyarakat mulai longgar berdampak terhadap bisnis perhotelan.
"Tentunya ada kemajuan dari aktivitas yang longgar ini, kalau dilihat dari occupancy belum mencapai idealnya karena untuk occupancy hotel kita baru maksimal 39,5 persen untuk pencapaian occupancy,” kata Joni dalam paparan publik secara virtual, Senin (20/6/2022).
Baca Juga
Manajemen perseroan juga sudah mengantisipasi pelonggaran sejak tahun lalu. Manajemen Hotel Fitra International optimalkan peluang dari kelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang menjadikan occupancy atau sewa gedung atau convention hall naik 110 persen jika dibandingkan 2020.
Advertisement
Sedangkan, untuk dampak melambungnya harga pangan seperti minyak goreng. Joni juga mengaku hal tersebut ada dampaknya, meski tidak menjadi gangguan bagi perseroan.
"Tentunya ada dampaknya, dampaknya adalah dari makanan atau restoran kita karena akan mengalami kenaikan budget, sementara harga kita tidak bisa naik. Jadi mengurangi sedikit keuntungan dari occupancy hotel penginapan hotel itu termasuk dengan sarapan pagi jadi tentunya ada kenaikan. Tapi itu tidak menjadi gangguan bagi kita,” ungkap Joni.
Perseroan juga berharap pembatasan kegiatan masyarakat tidak diberlakukan lagi sehingga mendukung bisnis perhotelan.
"Mudah-mudahan tidak ada lagi PPKM yang ketat sehingga aktivitas perhotelan dan strategi kita bisa dijalankan dengan baik,” kata dia.
Pada 2022, perseroan mengincar pendapatan Rp 9,82 miliar. Hingga Mei 2022, perseroan sudah meraih pendapatan Rp 4 miliar.
"Target kita di 2022 naik dari 2020, di 2020 kita target Rp 6 miliar pencapaian kita melampaui target. Sementara 2022 ini menargetkan pendapatan Rp 9,82 miliar. Itu menjadi target kita di tahun ini, mudah-mudahan target itu akan tercapai pada akhir tahun,” ungkapnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Perseroan
Direktur Keuangan Hotel Fitra, Sukino mengatakan, kinerja keuangan perusahaan mulai membaik dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 37 persen pada kuartal I 2022 menjadi Rp 2,13 miliar dari periode sama 2021 Rp 1,56 miliar. Rugi bersih entitas induk juga berhasil diturunkan 1,05 persen menjadi Rp 1,88 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 1,90 miliar.
"Aset kami naik menjadi Rp 67,51 miliar di Maret 2022 dari Desember 2021, ekuitas naik menjadi Rp 39,32 miliar dari Rp 38,09 miliar, liabilitas mampu diturunkan menjadi Rp 28,19 miliar dari Rp 28,48 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] masih rendah di 0,72 kali,” kata Sukino.
Sukino menambahkan, pada 2021, FITT mencatatkan pendapatan naik 62 persen menjadi Rp 8,76 miliar dari 2020 Rp 5,40 miliar, rugi bersih juga berkurang 37 persen dari Rp 8,54 miliar menjadi Rp 5,42 miliar, sementara beban usaha turun 10 persen menjadi Rp 6,34 miliar dari Rp 7 miliar.
Advertisement
Absen Bagi Dividen 2021
Sebelumnya, PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) absen membagikan dividen 2021 karena masih mengalami kerugian pada 2021.
"Untuk tahun ini kita belum membagikan dividen, karena walaupun kita sudah pencapaian target melampaui target. Tetapi dalam pembukuan kita masih mengalami kerugian sekitar 5 miliar-an,” kata Direktur Utama Hotel Fitra International Joni Rizal dalam paparan publik secara virtual, Senin (20/6/2022).
Direktur Keuangan Hotel Fitra, Sukino mengatakan, kinerja keuangan perusahaan mulai membaik dengan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 37 persen pada kuartal I 2022 menjadi Rp 2,13 miliar dari periode sama 2021 Rp 1,56 miliar. Rugi bersih entitas induk juga diturunkan 1,05 persen menjadi Rp 1,88 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 1,90 miliar.
"Aset kami naik menjadi Rp 67,51 miliar pada Maret 2022 dari Desember 2021, ekuitas naik menjadi Rp 39,32 miliar dari Rp 38,09 miliar, liabilitas mampu diturunkan menjadi Rp 28,19 miliar dari Rp 28,48 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] masih rendah di 0,72 kali,” kata Sukino.
Sukino menambahkan, pada 2021, FITT mencatatkan pendapatan naik 62 persen menjadi Rp 8,76 miliar dari 2020 Rp 5,40 miliar, rugi bersih juga berkurang 37 persen dari Rp 8,54 miliar menjadi Rp 5,42 miliar, sementara beban usaha turun 10 persen menjadi Rp 6,34 miliar dari Rp 7 miliar.
Joni menuturkan, pihaknya tidak memakai dana belanja modal sejak 2021 hingga kini. Perseroan memakai dana operasional.
"Dana yang ada kita gunakan untuk operasional, jadi untuk tahun ini dan tahun kemarin kita tidak menggunakan dana belanja modal,” ujar dia.
Target 2022
Sebelumnya, PT Hotel Fitra International Tbk juga menargetkan pendapatan Rp 9,82 miliar pada 2022. Hingga Mei 2022, perseroan mencatat pendapatan Rp 4 miliar.
"Target kita di 2022 naik dari 2020, di 2020 kita target Rp 6 miliar pencapaian kita melampaui target. Sementara 2022 ini menargetkan pendapatan Rp 9,82 miliar. Itu menjadi target kita di tahun ini, mudah-mudahan target itu akan tercapai pada akhir tahun,” ungkapnya.
Untuk mencapai target itu, perseroan berharap aktivitas ekonomi termasuk perhotelan membaik dengan tidak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Mudah-mudahan tidak ada lagi PPKM yang ketat sehingga aktivitas perhotelan dan strategi kita bisa dijalankan dengan baik,” ujar dia.
PT Hotel Fitra International Tbk memiliki dua anak usaha yaitu PT Bumi Majalengka Permai dan PT Fitra Amanah Wisata. Saat ini, PT Bumi Majalengka Permai mengelola Fitra Hotel.
Advertisement
Catat Saham di BEI pada 2019
Sebelumnya, PT Hotel Fitra International Tbk akan mencatatkan saham perdana dengan kode saham FITT di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham Selasa (11/6/2019).
Direktur Keuangan PT Hotel Fitra International Tbk, Sukino mengatakan, harga penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) FITT sebesar Rp 102 per unit.
Adapun jumlah saham Perseroan yang dilepas ke publik mencapai 220 juta unit. Penawaran itu sebesar 36,67 persen dari modal disetor dan ditempatkan FITT setelah IPO.
Dari aksi korporasi ini, Perseroan mengincar dana segar sebesar Rp 22,44 miliar. 50 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk mengakuisisi tambahan landbank. Setelah itu 30 persen untuk membangun convention hall di Hotel Fitra, sisanya untuk modal kerja.
Perusahaan juga akan memberikan pemanis berupa waran sebanyak 132 juta waran seri I. Rasio pembagiannya, lima saham baru akan mendapat tiga waran.
"Kami optimistis untuk perolehan laba Perseroan dapat membukukan sebesar Rp3,2 miliar," terangnya. Sebagai informasi, Perseroan telah menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas sebagai penjamin emisi (lead underwriter) untuk IPO ini.