Sukses

Profil Iman Rachman, Direktur Utama BEI 2022-2026

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengumumkan tujuh direksi baru BEI. Termasuk Iman Rachman, beserta enam direksi lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Iman Rachman mendadak jadi perbincangan di kalangan pelaku pasar. Hal itu menyusul kabar dipilihnya Iman sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2022–2026.

Berdasarkan informasi yang beredar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengumumkan nama tujuh direksi baru BEI. Termasuk Iman Rachman.

Iman Rachman sebelumnya merupakan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero). Sebelum itu, Iman sempat mengisi sejumlah posisi direksi di sejumlah perusahaan. Antara lain, Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) pada 2019—2020, Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) pada 2016—2018, dan Direktur Investment Banking PT Mandiri Sekuritas pada 2003—2016.

Melansir laman Pertamina, Selasa (21/6/2022), Iman menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat pada 1995.

Ia lalu meraih gelar Master of Business Administration in Finance dari Leeds University Business School, Leeds, West Yorkshire, Inggris pada 1997.

Adapun susunan Direksi Bursa Efek Indonesia terkini sebagai berikut:

- Direktur Utama: Iman Rachman

- Direktur Pengembangan: Jeffrey Hendrik

- Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan: Kristian Manullang

- Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko: Sunandar

- Direktur Keuangan dan SDM: Risa Effenita - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa: Irvan Susandy

- Direktur Penilaian Perusahaan: I Gede Nyoman Yetna

Sebelumnya saat pemilihan calon direksi BEI periode 2022-2026, Iman pernah menyampaikan dirinya maju dalam pemilihan untuk memajukan pasar modal Indonesia.

"Komitmen untuk memajukan pasar modal Indonesia,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, 19 Januari 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Sederet PR Buat Calon Bos BEI

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal punya direksi baru untuk periode 2022-2026, seiring berakhirnya masa jabatan direksi periode 2018-2022. Kabarnya, terdapat empat paket direksi BEI yang bertarung dalam uji kelayakan atau fit & proper test calon Direksi bursa.

Di sisi lain, direksi baru BEI akan mengemban sejumlah pekerjaan rumah (PR), menyusul perkembangan ekonomi teranyar dan kebutuhan pasar saat ini. Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mencatat, ada beberapa tantangan yang perlu dicermati oleh Direksi baru bursa.

Ketua Bidang Kajian Akuntansi dan Perpajakan AEI Ajib Hamdani menyebutkan, paling tidak ada tiga PR besar untuk direksi bursa. Pertama, yakni terkait literasi keuangan.

"Pertama bagaimana meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat. Program ini harus dilakukan secara masif dan bekerjasama dengan semua stakeholder keuangan, termasuk pemerintah, dan juga pelaku usaha,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Jumat (10/6/2022).

 

 

3 dari 4 halaman

Tingkat Literasi Pasar Modal Masih Minim

BEI mencatat tingkat literasi di pasar modal masih minim, kendati jumlah investor terus meningkat. Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, mencatat jumlah investor pasar modal sentuh 9 juta investor, 4 juta di antaranya merupakan investor saham. Namun, di tengah tren pertumbuhan itu, rupanya literasi pasar modal masih memiliki sejumlah tantangan, salah satunya terkait literasi pasar modal.

"Tingkat literasi dan inklusi industri jasa keuangan kita, pasar modal merupakan yang tertinggal untuk mendapatkan tingkat literasi dan inklusi yang baik," kata Hasan.

Selain literasi, Ajib menyebutkan PR lain untuk direksi bursa yang baru adalah membangun ekosistem yang ‘business friendly’. Ketiga, mendorong regulasi yang memberikan kepastian hukum bagi masyarakat luas dan pelaku usaha.

4 dari 4 halaman

Tantangan Lainnya

Tantangan itu juga mempertimbangkan perkembangan ekonomi dewasa ini yang mengarah pada ekonomi digital. Sehingga bursa juga perlu melakukan penyesuaian.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan bursa bersama otoritas terkait yakni terbitnya Peraturan OJK Nomor 22/POJK.04/2021 tentang penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel oleh emiten dengan inovasi dan tingkat pertumbuhan tinggi yang melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas berupa saham.

Penerbitan POJK ini didorong perkembangan teknologi membawa dampak positif bagi ekonomi. Hal itu menyebabkan munculnya perusahaan yang menciptakan inovasi baru dengan tingkat produktivitas dan pertumbuhan tinggi atau new economy.

Sebagai tindak lanjut, BEI juga tengah menyiapkan aturan untuk akomodasi saham-saham yang masuk dalam papan ekonomi baru (new economy).

Nantinya, papan ini akan dihuni saham-saham dengan kriteria atau karakteristik tertentu. Bersamaan dengan sejumlah tantangan itu, Ajib juga mengapresiasi kinerja manajemen bursa saat ini. Ia menilai ada beberapa poin yang perlu untuk dipertahankan, utamanya dalam manajemen internal bursa.

"Pemberlakukan corporate governance dari jajaran direksi cukup positif. Hal itu mendongkrak kinerja dan lingkungan kerja yang profesional dan akuntabel, sehingga perlu untuk dipertahankan,” pungkasnya.

 

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Bursa Efek Indonesia atau BEI adalah salah satu tempat yang memperjualbelikan saham, obligasi, dan sebagainya di Indonesia.

    BEI

  • Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan di sektor keuangan.

    OJK

  • Iman Rachman

  • direksi