Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyetujui tidak ada pembagian dividen tunai dari laba bersih perseroan tahun buku 2021.
Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto mengatakan, laba bersih tahun lalu akan dialokasikan untuk mendanai proyek-proyek perseroan.
Baca Juga
"Dengan pertimbangan kebutuhan belanja modal untuk tiga proyek berjalan di Bahodopi, Pomalaa dan Sorowako, serta modal kerja Perseroan di tahun-tahun yang akan datang, pemegang saham menyetujui bahwa tidak terdapat dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021," ungkap Bernardus dalam paparan publik, Selasa (21/6/2022).
Advertisement
Ia menambahkan, saat ini pihaknya tengah menggarap proyek pengembangan yang ditargetkan mencapai final investment decision (FID) dan masuk tahap konstruksi pada 2022.
Untuk mendanai konstruksi tambang akan membutuhkan kas yang sangat besar. Sehingga perseroan harus berhati-hati dalam mengalokasikan dana yang dimiliki. Sementara harga nikel juga masih belum stabil.
"Kami harus hati-hati menyikapi fluktuasi harga nikel, karena fluktuasi harga nikel akan mempengaruhi posisi kami di masa yang akan datang," tuturnya.
Sepanjang tahun lalu, perseroan berhasil mengukuhkan laba yang tumbuh dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Laba tahun berjalan INCO yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar USD 167,2 juta. Naik 112,5 persen dibanding realisasi 2020 sebesar USD 78,69 juta.
Raihan itu ditopang pendapatan yang tercatat sebesar USD 953,17 juta. Angka itu naik 24,64 persen dibandingkan pendapatan 2020 sebesar USD 764,74 juta.
Pada penutupan perdagangan Selasa, 21 Juni 2022, saham INCO melonjak 6,02 persen ke posisi Rp 7.050 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 7.175 dan terendah Rp 6.675 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.464 kali dengan volume perdagangan 277.459 saham. Nilai transaksi Rp 193,1 miliar.
Sepanjang 2022, saham INCO meroket 50,64 persen ke posisi Rp 7.050 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 8.800 dan terendah Rp 4.240 per saham. Total volume perdagangan 3,68 miliar saham. Nilai transaksi Rp 24,3 triliun. Total frekuensi perdagangan 966.696 kali.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rombak Susunan Pengurus
Sebelumnya,pemegang saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyetujui perombakan manajemen perseroan. Mantan bos Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin resmi ditunjuk sebagai Wakil Komisaris perseroan. Hal itu disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang digelar Selasa, 21 Juni 2022.
Sebelumnya, Vale Indonesia telah menerima surat pengunduran diri Dani Widjaja sebagai Direktur dan Hendi Prio Santoso sebagai Wakil Presiden Komisaris. Sehubungan dengan itu, perseroan meminta persetujuan atas penerimaan pengunduran diri tersebut, masing-masing berlaku efektif pada 30 April 2022 dan 31 Mei 2022.
"Perseroan mengusulkan kepada pemegang saham pengangkatan Muhammad Rachmat Kaimuddin sebagai Wakil Presiden Komisaris dan Yusuke Niwa sebagai Komisaris perseroan menggantikan Nobuhiro Matsumoto, terhitung sejak penutupan Rapat sampai dengan penutupan RUPST 2024," ungkap Chief Financial Officer PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto, Selasa (21/6/2022).
Dengan demikian, komposisi Direksi adalah sebagai berikut:
Direksi
Presiden Direktur: Febriany Eddy
Wakil Presiden Direktur: Adriansyah Chaniago
Direktur: Bernardus Irmanto
Direktur: Vinicius Mendes Ferreira Komisaris
Presiden Komisaris: Deshnee Naidoo
Wakil Presiden Komisaris: Muhammad Rachmat Kaimuddin
Komisaris: Luiz Fernando Landeiro
Komisaris: Fabio Ferraz Komisaris: Yusuke Niwa
Advertisement
Mengintip Perkembangan Proyek Vale Indonesia di Pomalaa
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Proyek HPAL Pomalaa).
Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy mengungkapkan, proyek tersebut telah mencatatkan sejumlah perkembangan. Salah satunya perizinan kunci sudah didapat dengan dukungan dari pemerintah.
"Akuisisi lahan sedang dalam proses. Kemudian pelabuhan sudah siap untuk kapasitas 40 ribu ton. Saat ini sedang di-upgrade menjadi 120 ribu ton nikel,” kata Febriany dalam RDP dengan Komisi VII, Kamis (2/6/2022).
Sebelumnya, perseroan bekerja sama dengan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd, (SMM) untk proyek di Pomalaa dengan potensi kapasitas produksi 40 ribu metrik ton nikel per tahun.
Namun, akhir April lalu SMM memutuskan untuk menghentikan studi kelayakan yang sedang berlangsung atas pembangunan kilang nikel di wilayah Pomalaa di Kabupaten Kolaka di Sulawesi Tenggara di Indonesia.
Perusahaan mengaku sulit untuk mempertahankan tim studi proyek internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan. Sehingga SMM menyimpulkan bahwa mereka tidak punya pilihan selain menghentikan studi.
Proyek Perseroan
Tak berselang lama, Vale Indonesia mengumumkan kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Proyek HPAL Pomalaa).
Proyek HPAL Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa, untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120 ribu metrik ton nikel per tahun.
“Kami mengubah partner dari SMM menjadi Huayou, dengan kapasitas produksi dari SMM yang tadinya 40 ribu ton per tahun menjadi 120 ribu per ton,” kata dia.
Febriany mengatakan pekerjaan konstruksi awal sudah dilakukan. Diperkirakan, dalam waktu maksimum 3 tahun pengerjaan pabrik akan rampung.
Advertisement