Sukses

Mayora Beri Sinyal Kopiko Mejeng Lagi di Drakor, Tunggu Tanggal Mainnya

Direktur PT Mayora Indah Tbk (MYOR), Wardhana Atmadja mengatakan penjualan perseroan di luar negeri tak banyak terimbas oleh fluktuasi harga komoditas.

Liputan6.com, Jakarta - Produk permen legendaris, Kopiko, akan kembali menghiasi tayangan drama Korea (drakor). Isyarat itu diungkapkan oleh Direktur Global Marketing PT Mayora Indah Tbk, Ricky Afrianto.

Ia mengatakan, munculnya Kopiko dalam serial drama Korea menjadi salah satu media promosi untuk pasar luar negeri. Ricky cukup optimistis cara ini efektif mendongkrak ekspor, berkaca dari respons pasar usai Kopiko beberapa kali mejeng dalam serial drakor.

"Pastinya kita pengen Kopiko tetap ada di drakor. Jadi mohon ditunggu. Mudah-mudahan Kopiko tetap dicintai, tidak hanya di Indonesia tapi jadi kebangan Indonesia yang bisa ada di market global,” kata Ricky dalam paparan publik perseroan, Selasa (28/6/2022).

Ricky baru saja didapuk menjadi direktur perseroan pada rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang diselenggarakan Selasa, 28 Juni 2022.

Ricky berkomitmen membawa produk Mayora ke kancah global, salah satunya melalui investasi dalam periklanan atau advertising, selain memastikan ketersediaan produk Mayora di berbagai channel.

"Kami ingin brand kita menancap di benak konsumen. Sehingga investasi teta kita lakukan dalam advertising,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Mayora Indah Tbk, Wardhana Atmadja mengatakan penjualan perseroan di luar negeri tak banyak terimbas oleh fluktuasi harga komoditas, kendati perseroan melakukan penyesuaian harga. Adapun kendala ekspor pada kuartal I 2022 yakni dari sisi logistik.

“Memang sedikit terkendala di kuartal I mengenai logistik, tapi sudah mulai terurai dan hambatan tersebut sudah mulai teratasi. Sehingga demand terhadap produk perusahaan bisa dipenuhi,” kata dia.

Baru-baru ini, harga komoditas terpantau sempat menurun. Terkait itu, perseroan mengaku tidak akan membatalkan kenaikan harga yang sebelumnya diputuskan menyusul harga komoditas yang melambung. Menurutnya, fluktuasi harga komoditas merupakan momentum yang menguntungkan bagi perseroan.

"Biasanya kalau perusahaan FMCG setelah kenaikan harga komoditas, lalu turun, biasanya perusahan tidak akan segera memberikan penurunan harga kepada pasar. Tapi justru akan berdampak positif terhadap bottom line perusahaan karena kita tidak mengetahui fluktuasi harga komoditas,”

“Jadi saya kira perusahaan FMCG tidak akan membatalkan rencana kenaikan harga atau menurunkan harga dengan adanya tren komoditas yang turun," pungkasnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Mayora Siapkan Belanja Modal Rp 2 Triliun untuk Perluas Pabrik Biskuit hingga Wafer

Sebelumnya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) siapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 2 triliun pada 2022.

Direktur Keuangan PT Mayora Indah Tbk, Hendrik Polisar mengatakan, belanja modal akan dialokasikan untuk peluasan pabrik biskuit dan wafer.

“Untuk capex 2022 kami perkirakan sekitar Rp 2 triliun. Spending sampai dengan April itu sekitar Rp 310 miliar,” ungkap Hendrik dalam paparan publik perseroan, Selasa (28/6/2022).

 

Adapun perluasan pabrik diperkirakan menelan belanja modal sekitar Rp 3,6 triliun yang terbagi untuk tahun ini dan tahun depan. Hendrik menambahkan, pembiayaan belanja modal sebagian besar berasal dari bank.

“Untuk pembiayaan kita usahakan dari beberapa bank, kurang lebih dua per tiga dari kebutuhan. Jadi kalau untuk 2022, kurang lebih Rp 1,3 triliun,” ujar dia.

Di tengah tren pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19, perseroan memproyeksikan penjualan sampai dengan akhir tahun naik 10 persen dibandingkan 2021, atau mencapai Rp 30,7 triliun. Dari proyeksi penjualan tersbeut, laba bersih sampai dengan akhir tahun diproyeksikan mencapai Rp 1,3 triliun, tumbuh 8,3 persen dibanding posisi akhir 2021 sebesar Rp 1,2 triliun.

Hingga April 2022, perseroan mencatatkan penjualan Rp 10,7 triliun, tumbuh 6,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dari raihan itu, perseroan mengukuhkan laba bersih Rp 450 miliar, turun 44,2 persen dibanding periode yang sama pada 2021.

 

 

3 dari 5 halaman

Tebar Dividen Rp 21 per Saham

Sebelumnya, pemegang saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 21 per lembar atas laba bersih perseroan tahun buku 2021. Hal itu disepakati dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang digelar hari ini.

“Jadi di dalam hasil RUPS tadi, kami ada agenda lain yaitu memberikan dividen Rp 21 per lembar, yang mana totalnya kurang lebih sebesar Rp 469 miliar,” ungkap Direktur PT Mayora Indah Tbk, Wardhana Atmadja dalam paparan publik usai RUPS, Selasa, 28 Juni 2022.

Sepanjang tahun lalu, perseroan mencatatkan penjualan bersih Rp 27,9 triliun, naik 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 24,48 triliun. Pendapatan itu berasal dari makanan olahan dalam kemasan sebesar Rp 15,93 triliun. Sisanya Rp 13,06 triliun merupakan pendapatan yang berasal dari minuman olahan dalam kemasan. Dengan eliminasi sebesar Rp 1,09 triliun.

Dari raihan itu, Mayora mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 1,19 triliun, turun 42,42 persen dibanding posisi 2020 sebesar Rp 2,06 triliun. Laba per saham menjadi Rp 53 dari sebelumnya Rp 92.

Selain pembagian dividen, rapat juga menyetujui pengangkatan Ricky Afrianto sebagai Direktur Global Marketing. Penunjukan Ricky pada posisi itu dinilai sejalan dengan ekspor perseroan yang meningkat.

"Mengangkat Ricky Afrianto arifianto sebagai Direktur Global Marketing untuk memposisikan perusahaan yang ekspornya semakin besar dan mayora semakin menjadi perusahaan fast moving consumer goods internasional, dari perusahaan regional menjadi perusahaan global,” ujar Wardhana.

 

4 dari 5 halaman

Kinerja Kuartal I 2022

Sebelumnya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menyampaikan kinerja untuk tiga bulan pertama 2022. Pada periode itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun menjadi Rp 306 miliar.

Sepanjang kuartal I 2022, perusahaan mencatatkan penjualan bersih Rp 7,6 triliun. Penjualan naik tipis 3,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,34 triliun.

Raihan itu berasal dari penjualan makanan olahan dalam kemasan Rp 4,45 triliun dan minuman olahan dalam kemasan Rp 3,57 triliun dengan eliminasi Rp 432,06 miliar.

Sejalan dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp 5,93 triliun. Naik dibanding kuartal I 2021 sebesar Rp 5,16 triliun. Dengan demikian, diperoleh laba bruto sebesar Rp 1,65 triliun. Turun 24 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,17 triliun.

Beban usaha tercatat sebesar Rp 1,2 triliun. Naik tipis dibanding kuartal I 2021 sebesar Rp 1,18 triliun. Sehingga diperoleh laba usaha Rp 441,54 miliar, turun separuh dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 996,13 miliar.

 

 

5 dari 5 halaman

Laba

Pada periode tersebut, beban lain-lain bersih tercatat Rp 38,67 miliar. Sehingga diperoleh laba sebelum pajak pada kuartal I 2022 sebesar Rp 402,87 miliar. Setelah dikurangi pajak, Mayora Indah mengukuhkan laba tahun berjalan Rp 313,56 miliar, turun 62,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 844,96 miliar.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 62,8 persen menjadi Rp 306 miliar pada kuartal I 2022 dari Rp 822,88 miliar pada kuartal I 2021.

Aset perseroan hingga Maret 2022 tercatat sebesar Rp 22,07 triliun, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 19,92 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 15,07 triliun dan aset tidak lancar Rp 7 triliun.

Liabilitas sampai dengan Maret 2021 tercatat sebesar Rp 10,4 triliun, naik dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 8,56 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 6 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 4,35 triliun.

Sementara ekuitas sampai dengan Maret 2022 naik tipis menjadi Rp 11,67 triliun dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 11,36 triliun.