Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 1 Juli 2022. Wall street memulai kuartal baru dengan kinerja positif setelah indeks S&P 500 menutup kinerja semester I terburuk dalam beberapa dekade.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 321,83 poin atau 1,1 persen ke posisi 31.097,26. Indeks S&P 500 naik 1,1 persen ke posisi 3.825,33. Indeks Nasdaq bertambah 0,9 persen menjadi 11.127,85.
Baca Juga
Saham homebuilder berkontribusi mendorong kenaikan wall street. Saham PulteGroup naik 6,5 persen, sementara Lennar dan D.R Horton masing-masing bertambah lebih dari 5 persen. Saham Etsy melambung 9 persen sehingga mendorong kenaikan indeks S&P 500.
Advertisement
McDonald memimpin Dow Jones lebih tinggi dengan kenaikan 2,5 persen. Saham Coca-Cola dan Boeing juga naik lebih dari 2 persen. Terlepas dari kenaikan, semua rata-rata indeks utama membukukan koreksi mingguan dalam lima minggu. Indeks Dow Jones turun 1,3 persen pada pekan ini. Indeks S&P 500 susut 2,2 persen, dan indeks Nasdaq merosot 4,1 persen.
Investor tetap fokus pada tanda-tanda peringatan dari beberapa perusahaan yang menurunkan panduan labanya sehingga menambah kekhawatiran investor terhadap inflasi. Inflasi yang terus menerus ke level tertinggi selama beberapa dekade dapat terus menekan harga saham.
Saham General Motors naik 1,4 persen, bahkan setelah perusahaan memperingatkan tentang masalah manufaktur pada kuartal II 2022 yang dapat membawa laba bersih untuk kuartal itu menjadi USD 1,6 miliar-USD 1,9 miliar. Analis memperkirakan laba bersih GM menjadi sekitar USD 2,5 miliar selama kuartal II, berdasarkan FactSet.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham di Wall Street
Sementara itu, Micron Technology turun sekitar 3 persen karena panduan fiskal kuartal IV yang mengecewakan. Beberapa produsen chip lainnya pun terseret sentimen tersebut. Saham Nvidia turun 4 persen. Saham Qualcomm, Western Digital dan Advanced Micro Devices masing-masing turun sekitar 3 persen.
Saham Kohl turun 19,6 persen setelah perusahaan ritel memangkas prospeknya untuk kuartal II tahun fiskal, mengutip pengeluaran konsumen yang lebih lemah dan hentikan pembicaraan untuk menjual bisnisnya.
Michael Burry dari the Big Short memperingatkan kekalahan di pasar keuangan baru setengah jalan dan perusahaan akan melihat penurunan pendapatan berikutnya.
Analis Baird Ross Mayfield mencatat perkiraan pendapatan dari S&P 500 tumbuh 10 persen yoy kemungkinan terlalu tinggi bahkan dalam perlambatan ekonomi yang ringan. Dia juga menekankan perlunya melihat puncak inflasi, titik pusat dari berbagai faktor yang menghasilkan babak pertama yang terburuk di pasar saham.
“Koreksi hingga saat ini hampir seluruhnya berkontraksi berganda, laba adalah berikutnya yang turun. Panduan selama musim laporan keuangan kuartal dua dan tiga pada akhirnya menentukan kedalaman aksi jual ini,” ujar dia dikutip dari laman CNBC, Sabtu (2/7/2022).
Ia menuturkan, pasar kemungkinan tidak dapat pertahankan pasar yang positif hingga inflasi dan harapan inflasi terkendali dengan baik. Selain itu, bank sentral AS atau the Federal Reserve juga dapat mundur dari retorika hawkish.
Advertisement
Aktivitas Manufaktur Melemah
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan aktivitias manufaktur pada Juni lebih lemah dari yang diharapkan. Indeks aktivitas pabrik nasional turun menjadi 53 pada bulan ini, pembacaan terendah sejak Juni 2022. Indeks pesanan baru ISM juga turun menjadi 49,2 dari 55,1, menunjukkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak Mei 2022.
Hal ini semua terjadi sehari setelah indeks S&P 500 membukukan koreksi kuartalan lebih dari 16 persen, terbesar sejak Maret 2022. Pada semester I 2022, indeks pasar turun 20,6 persen dan penurunan paruh pertama terbesar sejak 1970.
Indeks Dow Jones dan Nasdaq pun tak luput dari gempuran. Indeks Dow Jones merosot 11,3 persen pada kuartal II 2022 sehingga menempatkannya turun lebih dari 15 persen pada 2022. Sementara itu, indeks Nasdaq alami penurunan kuartalan terbesar sejak 2008 dengan tergelincir 22,4 persen. Koreksi itu mendorong indeks Nasdaq ke wilayah bearish dengan turun hampir 32 persen dari level tertinggi sepanjang masa pada November 2021.
Sementara sejumlah pihak di wall street optimistis pasar akan pulih selama sisa tahun 2022. Sejarah telah menunjukkan ketika pasar turun lebih dari 15 persen pada semester pertama 2022, cenderung reli pada paruh kedua, yang lain sedang bersiap. Untuk inflasi yang berkepanjangan dan bahkan lebih banyak pengetatan moneter oleh the Federal Reserve yang dapat membuat potensi kembali reli.
Penutupan Wall Street 30 Juni 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Kamis, 30 Juni 2022. Indeks S&P 500 menutup paruh pertama terburuknya dalam lebih dari 50 tahun.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 253,88 poin atau 0,8 persen ke posisi 30.775,43. Indeks S&P 500 turun hampir 0,9 persen ke posisi 3.785,38. Indeks Nasdq tergelincir 1,3 persen ke posisi 11.028,74.
Indeks Dow dan S&P 500 membukukan kuartal terburuk sejak kuartal I 2020 ketika lockdown COVID-19 membuat saham tertekan. Indeks Nasdaq turun 22,4 persen pada kuartal II, kinerja kuartalan terburuk sejak 2008.
Indeks S&P 500 membukukan paruh pertama tahun terburuk sejak 1970, tertekan oleh kekhawatiran tentang lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed), serta perang berkelanjutan Rusia terhadap Ukraina dan lockdown COVID-19 di China.
"Kami mengalami pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya baik fiskal dan moneter,” Chief Investment Officer Homrich Berg, Stephen Lang, dilansir dari CNBC, Jumat (1/7/2022).
"Ini menciptakan badai yang sempurna sehubungan dengan lonjakan permintaan dan gangguan rantai pasokan dan sekarang ada inflasi yang belum pernah kita lihat dalam beberapa dekade dan Fed yang lengah,” ia menambahkan.
Lang menuturkan, saat ini pasar dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan baru dengan the Fed mencoba mengatasi ketertinggalan dan memperlambat pertumbuhan.
Lonjakan imbal hasil obligasi pada awal tahun ini dan valuasi saham yang secara historis mahal sehingga membuat saham teknologi tertekan terlebih dahulu.
Hal ini seiring investor keluar dari area pasar yang berorientasi pada pertumbuhan. Kenaikan suku bunga membuat keuntungan masa depan seperti yang dijanjikan perusahaan sedang berkembang menjadi kurang menarik.
Advertisement