Liputan6.com, Jakarta - Memasuki kuartal III 2022, Bank DBS menilai sejumlah tantangan utama dihadapi pasar di Asia. Tantangan itu antara lain inflasi yang tak kunjung reda, sikap hawkish bank sentral Amerika Serikat, meningkatnya risiko resesi dan penurunan peringkat keuntungan.
Hal itu disampaikan Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook dalam CIO Insights 3Q2022: Rising Above Inflation oleh Bank DBS.
Baca Juga
"Dengan berlangsungnya krisis Rusia-Ukraina dan situasi COVID-19 di Tiongkok yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, DBS meyakini faktor-faktor itu sudah dimasukkan ke dalam penghitungan biaya oleh pasar di berbagai belahan dunia, termasuk Asia," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (7/7/2022).
Advertisement
Dengan melihat kondisi itu, Hou Wey Fook mengatakan, pihaknya terus mempertahankan pandangan overweight untuk alternatif yang terdiri atas ekuitas swasta, utang swasta,dana lindung nilai dan emas untuk manfaaf diversifikasinya.
"Kami juga menekankan pentingnya alternatif termasuk emas dan aset swasta untuk diversifikasi risiko portofolio," kata dia.
-Emas sebagai batas nilai stagflasi: target harga emas USD 2.200 pada akhir tahun
"Prospek kami untuk emas didukung oleh pergerakan dolar AS dan imbal hasil obligasi," ujar dia.
Target harga emas oleh DBS didukung oleh pandangan antara lain dolar AS telah diperdagangkan melewati puncaknya pada 2022 dan konflik Rusia-Ukraina dapat berkepanjangan sehingga mendorong permintaan emas sebagai lindung nilai portofolio.
Â
Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pinjaman Swasta
-Pinjaman swasta-strategi pinjaman langsung
"Strategi pinjaman langsung menawarkan hasil relatif menarik, bahkan terhadap kelas pinjaman publik paling beresiko di lingkungan dengan hasil terendah pasca GFC," kata Hou Wey Fook.
Ia menuturkan, imbal hasil ini tidak dihasilkan melalui pengembalian risiko, melainkan dengan kemampuan dari strategi pinjaman langsung untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi di pasar pinjaman melalui fleksibilitasnya, seperti dengan menawarkan persyaratan pinjaman yang dipesan lebih dulu.
Investor yang mengantisipasi kenaikan suku bunga dapat menemukan kelegaan dalam struktur suku bunga mengambang yang melindungi imbal hasil dari lingkungan suku bunga yang meningkat, sementara persyaratan transaksi yang terstruktur baik menawarkan tingkat pemulihan tinggi dalam lingkungan ekonomi tidak pasti yang mungkin melihat peningkatan gagal bayar.
"Di sisi lain, investor harus siap menghadapi sifat tidak likuid investasi pinjaman langsung dibandingkan dengan utang publik. Penting juga untuk memilih manajer dana dengan sumber daya memadai dan rekam jejak keberhasilan," ujar dia.
Advertisement
Grup DBS Bantu Debt Fundraising Sarana Multi Infrastruktur
Sebelumnya, untuk mendukung kemajuan nasabah Korporasi, grup DBS telah membantu mengelola debt fundraising untuk PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dalam bentuk obligasi global (Global Bond) pada 2021.
Hal tersebut disampaikan Corporate Banking Director PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie melalui siaran persnya yang diterima Liputan6.com, Senin, 6 Desember 2021.
Debt fundraising ini merupakan wujud nyata komitmen Bank DBS Indonesia dalam mendukung program pemerintah yang tengah berfokus terhadap pembangunan sektor infrastruktur dan teknologi finansial.
Sebagai bank yang selalu berinovasi dan memberikan layanan perbankan yang berkualitas bagi nasabah korporasi, Bank DBS Indonesia berfokus pada beragam solusi guna membantu berbagai rencana ekspansi nasabahnya.
Kurnady mengatakan, sebagai bagian dari komitmennya untuk membantu pertumbuhan di sektor infrastruktur dan teknologi finansial, Bank DBS Indonesia bertindak sebagai mediator antara DBS Singapore sebagai penerbit obligasi dengan PT SMI.
"Dengan penataan pemulihan ekonomi yang sedang berjalan, serta didukung oleh beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan secara strategis dan memiliki daya tahan yang cukup baik, ke depan Bank DBS ingin berfokus untuk menambahkan layanan dan beragam portfolio debt fundraising untuk mencakup lebih banyak sektor industri," kata Kurnady.
Penerbitan Global Bond USD 300 Juta
PT SMI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah koordinasi Kementerian Keuangan, memiliki mandat khusus untuk mendukung percepatan pembangunan nasional.
PT SMI telah menjadi mitra Bank DBS Indonesia sejak Februari 2020 melalui penyediaan fasilitas pinjaman senilai Rp500 miliar dengan jangka waktu satu tahun. Fasilitas tersebut diperpanjang dengan jumlah kredit yang sama di tahun berikutnya, dan dananya digunakan untuk modal kerja dan kebutuhan likuiditas jangka pendek.
"Bank DBS Indonesia berperan menjembatani Bank DBS Singapura sebagai Joint Lead Manager untuk mendukung PT SMI melalui penerbitan Global Bond sebesar USD300 juta," kata dia.
Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad mengatakan pihaknya mengapresiasi kepercayaan yang diberikan oleh Bank DBS Indonesia, sebagai salah satu bank internasional. Perjanjian kerja sama tersebut mencerminkan PT SMI memiliki predikat dan reputasi baik, serta menjadi institusi yang kredibel dan terpercaya di kancah internasional.
"Kerja sama ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa sektor pembangunan infrastruktur di Indonesia memiliki daya tahan atau resilience sehingga akan terus menjadi sektor strategis di tanah air," kata Edwin.
Pihaknya berharap sinergi yang sudah terjalin dapat semakin memperkuat visi dan misi bersama dalam mengakselerasi pembangunan infrastruktur di Indonesia, serta memperkuat langkah PT SMI sebagai Development Financial Institution (DFI).
Â
Advertisement