Sukses

Resmi Tercatat di BEI, Saham ARKO Melemah 2,67 Persen pada Sesi Pertama

Saham PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) berada di zona merah pada pencatatan perdana, Jumat (8/7/2022).

Liputan6.com, Jakarta - PT Arkora Hydro Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, (8/7/2022) di papan pengembangan dengan kode saham ARKO.

Berbeda dengan dua emiten pendatang baru lainnya pada Jumat pekan ini, saham ARKO berada di zona merah pada pencatatan perdana. Saham ARKO dibuka stagnan Rp 300 per saham. Pada penutupan perdagangan sesi pertama, saham Arkora Hydro melemah 2,67 persen ke posisi Rp 292 per saham.

Pada sesi pertama, saham ARKO berada di level tertinggi Rp 338 dan terendah Rp 280 per saham. Total frekuensi perdagangan 19.604 kali dengan volume perdagangan 1.426.811 saham. Nilai transaksi Rp 42,5 miliar.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, ARKO resmi menjadi perusahaan tercatat ke 25 pada  2022  dan  menjadi perusahaan tercatat saham ke 791.

"Pencapaian ini merupakan bagian dari kerja keras segenap manajemen dan karyawan perseroan serta menjadi langkah awal bagi perusahaan itu scale up bertumbuh menjadi lebih besar,” kata I Gede Nyoman, dalam Seremoni Pencatatan Perdana Saham CHEM, Jumat (8/7/2022).

Sementara itu, Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Henry Artoko apresiasi kepada seluruh pihak yang membantu kelancaran pencatatan saham perusahaan di BEI.

"Kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut partisipasi bersama dengan Arkora Hydro untuk terus meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia,” kata Aldo.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

IPO Perseroan

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk mencatatkan saham perdana di BEI sebagai emiten ke-25 pada 2022. Perseroan telah melepas 579,90 juta saham dengan nilai nominal Rp 25 ke publik dengan harga perdana Rp 300 per saham.

Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Perseroan memperoleh dana Rp 173,97 miliar dalam rangka IPO.

Selain itu, perseroan juga telah menyetujui rencana program employee stock allocation (ESA) maksimal 10 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum atau sebanyak-banyaknya 57,99 juta saham.

Apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan itu, perseroan akan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 77,32 juta saham dengan nilai nominal Rp 25. Jumlah saham tersebut 2,59 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih setelah IPO.

Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 63 persen untuk penambahan penyertaan modal pada perusahaan anak. Anak perusahaan akan memakai dana IPO itu antara lain 54 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Hydro Sulawesi, 29 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen sebagai tambahan penyertaan modal di PT Arkora Tenaga Matahari.

Sisanya akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman berelasi kepada ACEI Singapore Holding Private Ltd.

Untuk melakukan IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Lotus Andalan Sekuritas (terafiliasi) dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

3 dari 5 halaman

Arkora Hydro Siapkan Belanja Modal Rp 250 Miliar pada 2022

Sebelumnya, PT Arkora Hydro Tbk menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp 250 miliar hingga akhir tahun. Belanja modal itu utamanya dialokasikan untuk mendanai proyek perseroan di Sulawesi Tengah dan Lampung.

“Sekarang kita ada dua yang secara aktif capex-nya sedang berjalan. satu adalah proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah dan yang sekarang akan mulai konstruksi juga yang di Lampung,” ungkap Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Adapun belanja modal yang disiapkan untuk proyek Yaentu berkisar antara Rp 100—120 miliar.  Perseroan sudah merealisasikannya sekitar Rp 80—100 miliar dari belanja modal.

Sementara untuk proyek di Lampung, yakni konstruksi untuk proyek PLTM Kukusan 2, belanja yang disiapkan berkisar antara Rp 45-55 miliar pada 2022.

"Kita ada juga capex untuk Arkora Tenaga Matahari yang jumlahnya sekitar 20. Jadi mungkin kalau dirangkum sekitar Rp 200-250 miliar capex untuk tahun ini,” imbuh Aldo.

Adapun belanja modal tahun ini berasal dari kas perseroan maupun pinjaman. Informasi saja, perseroan juga tengah menggalang dana di pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau IPO.

Dalam aksi tersbeut, perseroan mengincar dana segar sekitar Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar dengan menawarkan 579,9 juta saham baru dengan harga di rentang Rp 286 sampai Rp 310 per saham. Rencananya, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk dua keperluan.

Pertama, sekitar 63 persen digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.  Sisanya sekitar 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek perseroan.

 

4 dari 5 halaman

Rencana Bisnis

Adapun belanja modal yang disiapkan untuk proyek Yaentu berkisar antara Rp 100—120 miliar.  Perseroan sudah merealisasikannya sekitar Rp 80—100 miliar dari belanja modal.

Sementara untuk proyek di Lampung, yakni konstruksi untuk proyek PLTM Kukusan 2, belanja yang disiapkan berkisar antara Rp 45-55 miliar pada 2022.

"Kita ada juga capex untuk Arkora Tenaga Matahari yang jumlahnya sekitar 20. Jadi mungkin kalau dirangkum sekitar Rp 200-250 miliar capex untuk tahun ini,” imbuh Aldo.

Adapun belanja modal tahun ini berasal dari kas perseroan maupun pinjaman. Informasi saja, perseroan juga tengah menggalang dana di pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau IPO.

Dalam aksi tersbeut, perseroan mengincar dana segar sekitar Rp 165,85 miliar-Rp 179,76 miliar dengan menawarkan 579,9 juta saham baru dengan harga di rentang Rp 286 sampai Rp 310 per saham. Rencananya, dana hasil IPO akan dialokasikan untuk dua keperluan.

Pertama, sekitar 63 persen digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.  Sisanya sekitar 37 persen akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek perseroan.

5 dari 5 halaman

Proyek Perseroan

Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro. Kemudian ada Proyek Tomasa, yakni pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW.

Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada Maret 2020.

Adapun proyek Yaentu di Poso, Sulawesi Tengah saat ini sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro. “Proyek ini sedang dalam pengerjaan.

Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023,” ungkap Aldo.