Sukses

Penerbitan Baru Surat Utang Bakal Sentuh Rp 140 Triliun hingga Akhir Tahun

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan baru efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) listed mencapai Rp 69,7 triliun hingga semester I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga paruh pertama 2022, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan baru efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) listed mencapai Rp 69,7 triliun dengan outstanding Rp 464,9 triliun.

Berdasarkan capaian itu, penerbitan baru EBUS sampai dengan akhir tahun diperkirakan bisa mencapai Rp 140 triliun.

"Jadi kalau di-anualize, dikali dua, bisa mencapai Rp 140 triliun. Tapi ini trennya harus kita cermati ke depannya. Apakah trennya masih seperti semester I atau mungkin sedikit berbeda,” kata Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra dalam media forum, Jumat (8/7/2022).

Adapun emiten penerbit EBUS listed hingga semester I 2022 yakni sebanyak 43 perusahaan. Sementara emiten outstanding EBUS listed tercatat sebanyak 137 perusahaan. Dari sisi sektornya, nilai outstanding ebus listed korporasi pada semester I 2022 didominasi oleh non institusi keuangan sebesar 53,3 persen dari total outstanding.

Sementara sisanya 44,8 persen merupakan bagian dari institusi keuangan. Lebih rinci, sektor konstruksi tercatat memiliki porsi paling besar yakni 16,2 persen, disusul perbankan sebesar 7,4 persen. Lalu sektor telekomunikasi 3 persen, properti 2,3 persen. Makanan dan minuman 2,1 persen, serta lainnya 28,1 persen. Sementara untuk sektor lembaga pembiayaan dan bank masing-masing 31,2 persen dan 9,8 persen.

"Kalau dari bank, likuiditas mereka melimpah. Sehingga keperluan untuk menerbitkan obligasi belum mendesak. Lembaga pembiayaan juga masih menggunakan internal cash flow atau kredit perbankan untuk berikan pembiayaan kepada nasabah,” ujar Salyadi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 6 halaman

Pefindo Kantongi Mandat Surat Utang Korporasi Senilai Rp 66,78 Triliun

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat mandat penerbitan surat utang korporasi senilai Rp 66,78 triliun hingga akhir Maret 2022.

Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih merinci, jumlah itu berasal dari 45 perusahaan. 18 merupakan BUMN dan anak perusahaan, sementara 37 lainnya non-BUMN.

"Penerbitan surat utang kondisinya lebih baik di awal 2022 ini. Kinerja kuartal I 2022 ada kemungkinan berlanjut di kuartal selanjutnya. Total mandat yang kami terima ada sekitar Rp 66,8 triliun,” ungkap Niken dalam konferensi pers, Selasa (19/4/2022).

Rinciannya, dari PUB baru senilai Rp 19,75 triliun, obligasi Rp 15,45 triliun, PUB obligasi Rp 12,65 triliun.  Kemudian sukuk Rp 8,29 triliun, PUB sukuk Rp 6,7 triliun, sekuritisasi Rp 2,3 triliun, dan MTN Rp 1,65 triliun.

Adapun realisasi penerbitan utang Pefindo pada kuartal I 2022 yakni senilai Rp 31,82 triliun, setara 78,9 persen dari surat utang nasional di kuartal I 2022 sebesar Rp 40,36 triliun. Terdiri dari BUMN Rp 4,21 triliun dan non BUMN Rp 27,621 triliun.

"Kita melakukan pemeringkatan Rp 31,82 triliun dari Rp 40,36 triliun, itu sekitar 78,9 persen. Lebih baik dibandingkan kuartal I 2021 sekitar 70,5 persennya," kata Niken.

Total surat utang nasional hingga kuartal I 2022 tercatat sebesar Rp 40,36 triliun, naik sekitar 73,8 persen dibandingkan periode sama pada 2021 sebesar Rp 23,22 triliun.

Sementara Pefindo merealisasikan surat utang Rp 31,82 triliun di kuartal I 2022, naik hampir dua kali lipat dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 16,32 triliun.

3 dari 6 halaman

Pefindo Rilis 42 Pemeringkatan Non Lembaga Keuangan

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menyebutkan telah melakukan 42 publikasi peringkat sepanjang kuartal I 2022.

Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih menjabarkan, sebanyak 25 publikasi mencatatkan peringkat tetap. Kemudian terdapat publikasi peringkat baru, enam publikasi peringkat naik, satu publikasi peringkat turun, dan empat publikasi mengenai revisi outlook.  

"Selama kuartal I 2022 kami mempublikasikan peringkat sebanyak 42 dari total 35 entitas," kata Niken dalam konferensi pers, Selasa, 19 April 2022.

Adapun enam publikasi pemeringkatan yang mengalami kenaikan, antara lain PT Barata Indonesia dari sebelumnya idD menjadi idBB- dengan outlook stabil.

Kemudian ada PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang naik menjadi idBBB+ dengan outlook stabil, dari sebelumnya idBBB dengan credit watch yang berimplikasi negatif. PT dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) naik dari idA- stabil menjadi idA stabil.

 

4 dari 6 halaman

Selanjutnya

Lalu, PT Sinarmas Agro Resources Technology Tbk (SMAR) yang juga naik menjadi idAA- dengan outlook stabil dari sebelumnya idA+ stabil. Selanjutnya, PT Mora Telematika Indonesia naik menjadi idA+ stabil dari sebelumnya idA stabil.

Terakhir, ada PT Perkebunan Nusantara III dengan peringkat teranyar idBBB+ stabil, dari sebelumnya idBBB stabil. Sementara satu yang mengalami penurunan peringkat yakni PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

"Yang kita turunkan yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk dari idBBB- negatif menjadi idB. Ini sehubungan dengan keputusan pengadilan terkait penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU),” ujar Niken.

Bersamaan dengan itu, induk Waskita Beton Precast, yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengalami revisi outlook  dari semula idBBB stabil menjadi idBBB dengan outlook negatif. Begitu pula PT Waskita Toll Road yang kini memperoleh peringkat idBBB- negatif dari sebelumnya idBBB- stabil.

Kemudian PT Medco International Tbk (MEDC) menjadi idA+ dengan outlook positif dari semula dengan outlook stabil. Serta PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan peringkat idAA- positif, dari sebelumnya idAA- dengan outlook stabil.

5 dari 6 halaman

Pefindo Dongkrak Peringkat Medco Energi Jadi idAA

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan peringkat PT Medco Energi International Tbk (MEDC) beserta obligasi menjadi idAA- dengan prospek stabil.

Kenaikan peringkat mencerminkan ekspektasi Pefindo, leverage keuangan perseroan akan membaik. Yakni dengan proyeksi rasio utang terhadap EBITDA di bawah 3 kali dalam jangka pendek menengah dari sebelumnya 4,6 kali pada 2021.

Hal itu dicermati sebagai dampak dari konsolidasi penuh Corridor PSC dan juga diperoleh dari kenaikan harga minyak, serta mempertahankan pengelolaan yang baik terhadap utang dan belanja modal yang didanai utang.

"Kami memandang, Corridor PSC akan memperkuat portofolio aset MEDC, dengan bauran energi menjadi 78 persen dari gas dibandingkan saat ini sebesar 64 persen, dengan tambahan produksi tahunan sebesar 60-70 ribu barrels of oil equivalent per day (mboepd). Perjanjian penjualan gas Corridor PSC dengan harga tetap dan tenor jangka panjang akan berkontribusi terhadap EBITDA yang stabil di tengah volatilitas harga minyak,” mengutip laman PEFINDO, Selasa (14/6/2022).

Pefindo memproyeksikan rasio cakupan utang MEDC akan berada di level kuat dalam jangka pendek hingga menengah dengan proyeksi rasio dana bersih dari operasi (funds from operations/FFO) terhadap utang sebesar 20 persen, meningkat dibandingkan 7,9 persen pada 2021.

Termasuk asumsi harga minyak sebesar USD 90 per barrel untuk sisa tahun 2022 dan secara bertahap menurun pada 2023-2025, dan belanja modal sekitar USD 275-350 juta per tahun pada 2022-2025 untuk segmen minyak dan gas.

6 dari 6 halaman

Catatan Pefindo

"Peringkat mencerminkan aset MEDC yang terdiversifikasi, cadangan minyak dan gas yang baik, dan manajemen operasi yang baik. Namun, peringkat dibatasi oleh profil keuangan yang moderat dan risiko-risiko terkait sektor komoditas dan paparan terhadap risiko transisi energi,” jelas PEFINDO.

Catatan saja, peringkat dapat dinaikkan jika perusahaan secara berkelanjutan melakukan upaya pengurangan utang (deleveraging) yang akan menghasilkan profil keuangan yang konservatif. Hal ini perlu didukung oleh upaya untuk meningkatkan umur cadangan dengan mempertahankan leverage keuangan (diluar segmen pembangkit listrik) di bawah 2x.

Sementara peringkat dapat diturunkan jika Perusahaan berutang lebih dari tinggi dibandingkan yang diproyeksikan tanpa diimbangi penguatan profil bisnis, yang akan melemahkan profil keuangan secara berkelanjutan.

Peringkat juga dapat tertekan jika harga komoditas secara signifikan di bawah yang telah kami antisipasi, yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan profitabilitas.