Sukses

Elon Musk Batal Akuisisi, Saham Twitter Merosot

Saham Twitter telah naik bak roller coaster sejak Elon Musk menawarkan untuk membeli perusahaan media sosial tersebut pada akhir April 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Twitter Inc melemah pada Jumat malam, 8 Juli 2022 setelah Elon Musk akhiri perjanjian senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 659,17 triliun (asumsi kurs Rp 14.981 per dolar Amerika Serikat) untuk akuisisi Twitter.

Saham Twitter ditutup susut 4,98 persen ke posisi USD 36,81 pada perdagangan regular. Saham Twitter turun 9 persen usai perdagangan setelah pengajuan dari Elon Musk menjelaskan karena abaikan kesepakatan. Selain itu, saham media sosial lainnya saham Snap Inc dan Pinterest melemah sekitar 1 persen.

Di sisi lain, kabar tersebut mendorong saham Tesla Inc, produsen mobil listrik yang dipimpin Musk menguat 3 persen.

Saham Twitter telah naik bak roller coaster sejak Musk menawarkan untuk membeli perusahaan media sosial tersebut pada akhir April 2022. 

Namun, saham tersebut bernasib lebih baik dari pada saham teknologi lainnya yang berada di bawah tekanan seiring lonjakan inflasi dan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat yang berusaha meredam inflasi.

Saham Twitter merosot 15 persen sepanjang 2022. Koreksi saham itu lebih rendah ketimbang indeks Nasdaq yang susut 26 persen untuk indeks Nasdaq 100.

Analis Wedbush menuturkan, kesepakatan yang runtuh itu sebagai “skenario buruk” untuk Twitter yang sekarang mungkin hadapi pertempuran hukum berlarut-larut dengan Musk. Analis Bloomberg Intelligence Mandeep Singh dan Ashley Kim menuturkan, tanpa Musk, Twitter berpotensi menarik tawaran saingan.

"Kami percaya Twitter dapat menemukan tawaran yang bersaing, mengingat sejumlah nama besar telah dikaitkan dengan pembicaraan akuisisi termasuk Disney, Google, Salesforce.com, Microsoft dan Verizon,” ujar sejumlah analis.

“Setiap tawaran yang bersaing dari saham, setidaknya 15-20 persen lebih rendah dari tawaran Musk USD 44 miliar,”

Dewan Twitter berkomitmen untuk akuisisi dan berencana mengambil tindakan hukum untuk menegakkan ketentuan kesepakatan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Elon Musk Batal Beli Twitter

Sebelumnya, Elon Musk mengumumkan dirinya batal membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar Rp 659 triliun.

CEO Tesla itu menyebutkan, Twitter telah membuat pernyataan yang menyesatkan atas jumlah bot spam di platform jejaring sosial tersebut.

"Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan," tulis pengacara Musk, Mike Ringler, sebagaimana dikutip dari NPR, Sabtu (9/7/2022).

Dia menambahkan, "Twitter juga terkadang mengklaim telah mematuhi permintaan Musk, sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Elon Musk dan timnya."

Sejumlah pahak hukum mengatakan, hal ini tidak menjadi alasan yang cukup untuk membatalkan kesepakatan senilai USD 44 miliar dimana Musk akan dikenai denda yang besar.

Menanggapi surat resmi Elon Musk, ketua dewan Twitter mengatakan pihaknya berencana untuk menuntut bos Tesla dan SpaceX tersebut.

"Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Mr. Musk," kata Bret Taylor dalam tweet.

Dia menjelaskan, "Kami berencana untuk mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger, dan yakin akan menang di Pengadilan Kanser Delaware."

Kabar Elon Musk batal beli Twitter ini merupakan puncak dari spekulasi berbulan-bulan, dimana bos Tesla itu bersikap acuh atas rencana tersebut.

Awal pekan ini, pembelian Twitter Musk dilaporkan berada dalam "bahaya serius" karena negosiasi berlarut-larut. Sekarang telah dibatalkan seluruhnya.

 

3 dari 5 halaman

Twitter Bakal Ambil Langkah Hukum Usai Elon Musk Batalkan Pembelian

Sebelumnya, Dewan Twitter menyatakan pihaknya akan melakukan langkah hukum usai Elon Musk memastikan dirinya batal membeli perusahaan tersebut. Seperti diketahui, Elon berencana membeli Twitter dengan harga USD 44 miliar atau sekitar Rp 659 triliun.

"Dewan Twitter berkomitmen menutup transaksi dengan harga dan persyaratan yang disepakati dengan Musk dan berencana mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger. Kami yakin akan menang di Delaware Court of Chancery," tulis ketua dewan Twitter, Bret Taylor seperti dikutip dari kicauannya, Sabtu (9/7/2022).

Di sisi lain, keputusan Elon Musk untuk membatalkan pembelian Twitter karena perusahaan tersebut dianggap telah membuat pernyataan menyesatkan atas jumlah bot spam yang ada di platformnya. Menurut pengacara Elon, Mike Ringler, Twitter juga terkadang mengabaikan permintaan bos Tesla tersebut.

"Twitter juga terkadang mengklaim telah mematuhi permintaan Musk, sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Elon Musk dan timnya," tutur Mike seperti dikutip dari NPR.

Namun di sisi lain, sejumlah pakar hukum menyatakan, hal ini tidak bisa menjadi alasan yang cukup untuk Elon membatalkan kesepakatan tersebut. Bahkan, Elon pun disebut bisa mendapat denda yang besar.

Kabar Elon Musk membatalkan pembelian Twitter ini merupakan puncak dari spekulasi berbulan-bulan, dimana bos SpaceX itu bersikap acuh atas rencana tersebut.

Awal pekan ini, pembelian Twitter oleh Musk dilaporkan berada dalam "bahaya serius" karena negosiasi berlarut-larut sebelumnya akhirnya kesepakatan tersebut dibatalkan seluruhnya.

4 dari 5 halaman

Tiga Alasan Elon Musk Belum Akuisisi Twitter

Sebelumnya, Elon Musk mengungkap alasan kenapa proses akuisisi Twitter yang diumumkan sejak akhir April lalu belum rampung.

Seperti diketahui, CEO Tesla dan SpaceX itu mengumumkan ingin membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar RP 651 triliun.

Dua bulan berlalu, proses akuisisi platform microblogging itu pun belum rampung dikarenakan berbagai kendala.

Sampai-sampai, Elon Musk sendiri mengatakan akan menunda pembelian hingga membatalkan pembelian Twitter karena beberapa hal.

Dalam salah satu sesi acara Bloomberg baru-baru ini, Elon mengakui ada beberapa isu atau masalah yang harus Twitter selesaikan sebelum dibeli.

Adapun masalah tersebut, antara lain:

1. Akun Palsu atau Bot

Elon beberapa kali secara gamblang mengungkap kekhwatirannya tentang jumlah akun palsu dan bot di Twitter.

Diketahui, manipulasi platform media sosial dengan akun palsu dan bot bukanlah hal baru.

Meski begitu, Elon ingin Twitter memberikan informasi lebih detail tentang berapa banyak penggunannya yang asli.

Sebelumnya, Twitter mengklaim jumlah akun palsu dan bot yang ada di platform angkanya kurang dari 5 persen dari jumlah pengguna aktif hariannya.

Dari pengalaman dirinya sebagai pengguna Twitter, Elon Musk meragukan angka yang diklaim oleh Twitter.

"Kami masih menunggu resolusi tentang masalah itu, dan itu masalah yang sangat signifikan di Twitter," dikutip dari CNBC, Rabu, 22 Juni 2022.

5 dari 5 halaman

Kendala Pembiayaan

2.Kendala Pembiayaan

Alasan lainnya adalah tentang porsi utang yang diperlukan Elon Musk untuk membeli Twitter.

Pada Mei 2022, Elon berkomitmen untuk membayar USD 33,5 miliar secara tunai. Dia juga telah menerima komitmen pembiayaan ekuitas dari co-founder Oracle, Larry Ellison, dan perusahaan kripto Binance.

Diketahui, keduanya bersedia menggelotorkan uang sebesar USD 7,1 miliar. Elon menyebutkan, sisa dana akan datang dalam bentuk pinjaman bank.

Meskipun menjadi orang terkaya di dunia, sebagian besar kekayaan Elon Musk terikat pada saham Tesla.

Dia telah menjual dan menjanjikan miliaran saham Tesla sebagai jaminan untuk pinjaman.

3.Persetujuan Pemegang Saham

Kendala terakhir bagi Musk untuk menyelesaikan proses akuisisi adalah persetujuan dari pemegang saham Twitter.

Investor diharapkan untuk memberikan suara pada kesepakatan pada akhir Juli atau awal Agustus.

"Akankah bagian utang terpenuhi? Dan kemudian apakah pemegang saham akan memberikan suara mendukung?” kata Musk, Selasa.

Apakah Musk akan mendapatkan dukungan yang cukup untuk pembelian masih belum jelas.

Bulan lalu, beberapa pemegang saham Twitter menggugat Musk dan perusahaan itu sendiri atas penanganan proses yang kacau.