Sukses

IPO, Mora Telematika Indonesia Bidik Dana Rp 1 Triliun

PT Mora Telematika Indonesia Tbk menawarkan 2,61 miliar saham biasa atas nama yang merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan dalam rangka IPO.

Liputan6.com, Jakarta - PT Mora Telematika Indonesia Tbk, perusahaan bergerak di aktivitas telekomunikasi dengan kabel, internet service provider dan jasa interkoneksi internet (NAP) akan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, Senin (11/7/2022), PT Mora Telematika Indonesia Tbk menawarkan 2,61 miliar saham biasa atas nama yang merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portepel perseroan. Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya 11 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan melalui IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Perseroan menawarkan harga perdana di kisaran Rp 368-396 per saham. Dengan demikian, jumlah dana IPO yang akan diperoleh maksimal Rp 1,03 triliun.

Selain itu, perseroan juga menggelar program alokasi saham kepada karyawan atau employee stock allocation (ESA) sebanyak-banyaknya 0,25 persen saham dari saham yang ditawarkan melaluo IPO. Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 6.526.200 saham.

Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 85 persen untuk kebutuhan investasi termasuk namun tidak terbatas pada ekspansi jaringan dan sekitar 15 persen untuk modal kerja dan kegiatan umum usaha perseroan.

Untuk melaksanakan IPO ini, Mora Telematika Indonesiatelah menunjuk PT BNI Sekuritas dan PT Sucor Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Jadwal Sementara IPO

Pemegang saham perseroan setelah IPO dan pelaksanaan ESA antara lain PT Gema Lintas Benua sebesar 30,07 persen, PT Candrakarya Multikreasi sebesar 40,68 persen, PT Smart Telecom sebesar 18,25 persen, masyarakat 10,97 persen dan ESA sebesar 0,03 persen.

Selama kuartal I 2022, perseroan mencatat pendapatan Rp 1,02 triliun atau alami kenaikan 4,58 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 981,05 miliar. Perseroan membukukan laba tahun berjalan naik 0,86 persen menjadi Rp 183,61 miliar pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 182,05 miliar.

Total liabilitas perseroan tercatat Rp 9,67 triliun hingga Maret 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 4,74 triliun hingga kuartal I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 4,55 triliun. Total aset susut menjadi Rp 14,41 triliun hingga kuartal I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 14,56 triliun.

Jadwal sementara:

-Masa penawaran awal pada 12-18 Juli 2022

-Perkiraan tanggal efektif pada 27 Juli 2022

-Perkiraan masa penawaran umum pada 29 Juli 2022-2 Agustus 2022

-Perkiraan tanggal penjatahan pada 2 Agustus 2022

-Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 3 Agustus 2022

-Perkiraan tanggal pencatatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Agustus 2022

 

 

3 dari 5 halaman

37 Perusahaan Antre di Pipeline IPO Bursa

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan tengah antre di pipeline initial public offering (IPO).

Berdasarkan sektornya, masih didominasi oleh sektor consumer non-cyclicals. Adapun hingga 8 Juli 2022, terdapat 25 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI.

"Hingga saat ini, terdapat 37 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, ditulis Sabtu (9/7/2022).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat sembilan perusahaan dengan aset stakal kecil di bawah Rp 50 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Serta 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.

Rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals

• 9 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor Energy

• 2 Perusahaan dari sektor Healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor Industrials

• 4 Perusahaan dari sektor Infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate

• 3 Perusahaan dari sektor Technology

• 5 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic

Selain IPO, ada juga 23 korporasi yang akan mencatatkan 29 emisi dalam pipeline pencatatan obligasi dan sukuk.

4 dari 5 halaman

Potensi Penggalangan Dana dari Pasar Modal Masih Ramai

Sebelumnya, sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, penggalangan dana di pasar modal, baik melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) maupun right issue, diperkirakan masih ramai.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total potensi penghimpunan dana dari pasar modal mencapai Rp 84,2 triliun. Penghimpunan dana itu dari penawaran saham perdana (IPO), rights issue dan penerbitan surat utang.

Sebelumnya, BEI kantongi 43 perusahaan dalam proses IPO dengan perkiraan total dana yang dihimpun Rp 14,1 triliun. Kemudian terdapat 33 perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi itu hingga 3 Juni 2022. Perkiraan dana yang akan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 25,2 triliun.

Selanjutnya pada pipeline pencatatan efek bersifat utang dan sukuk terdapat 36 emisi yang akan diterbitkan oleh 30 perusahaan dengan perkiraan total dana yang akan dihimpun Rp 44,9 triliun

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai baik dari sisi emiten, selaku pihak yang membutuhkan dana, maupun investor selaku penyedia dana, akan mengacu pada seberapa besar pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.

"Karena dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, emiten akan berani ekspansi sehingga akan mencari pendanaan di pasar modal. Sementara dari sisi investor dengan kondisi ekonomi yang baik maka dana yang mereka berikan baik melalui penawaran saham maupun obligasi bisa digunakan oleh emiten secara produktif. Sehingga investasi investor berjalan dengan baik,” ujar Alfred kepada Liputan6.com, Rabu, 8 Juni 2022.

5 dari 5 halaman

Dibayangi Dampak Kenaikan Suku Bunga

Memang, Alfred mencermati ekonomi Indonesia pada semester II ini akan diperhadapkan pada dampak kenaikan suku bunga. Namun, pihaknya melihat belum ada dampak atau tekanan yang besar yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi, konsumsi, maupun belanja masyarakat.

Ia menilai, Indonesia memiliki modal nilai tukar yang kuat, berkaca pada performa nilai tukar Rupiah secara year to date (ytd) yang masih kuat di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed.

"Sentimen ini menjadi ukuran bagaimana pasar global masih optimis dengan ekonomi Indonesia in line dengan kondisi inflasi, pertumbuhan ekonomi, surplus neraca perdagangan, dan sentimen harga komoditi,” ujar dia.

Tak hanya itu, sentimen lainnya seperti aksi beli investor asing juga dinilai memberikan kepercayaan diri bagi investor lokal untuk masuk ke pasar modal, baik melalui pembelian instrumen saham maupun obligasi.

Di sisi lain, Alfred mengatakan stabilitas politik di semester II juga relatif kondusif. Sehingga perhitungan pasar sepenuhnya akan fokus kepada respon ekonomi terhadap kenaikan suku bunga, dan konflik geopolitik yang eksposurenya sudah semakin menurun.