Sukses

STA Resources Serap Belanja Modal Rp 43,2 Miliar pada Kuartal I 2022

Sepanjang 2022, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) menyiapkan belanja modal sebesar Rp 692 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) atau STA Resources merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 43,2 miliar hingga kuartal I 2022. Raihan belanja modal itu setara 6,3 persen dari total belanja modal yang disiapkan hingga akhir 2022.

"Sampai kuartal I 2022, belanja modal yang terealisasi sudah 6,3 persen,” ungkap Direktur Keuangan Sumber Tani Agung Resources, Lim Chi Yin dalam paparan publik perseroan, Jumat (15/7/2022).

Adapun sepanjang 2022, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar Rp 692 miliar. Termasuk 65 persen di antaranya atau sekitar Rp 449,8 miliar akan digunakan untuk pembangunan pabrik penyulingan (refinery) yang sebagian berasal dari dana hasil IPO.

"Sedangkan 30 persen atau sekitar Rp 200 miliar untuk pembelian aset tetap di perkebunan. Sisa 5 persen untuk pembangunan pabrik,” imbuh Lim.

Perseroan berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp 526,69 miliar dari IPO. Per Juni 2022, dana IPO sudah dipakai untuk pembangunan refinery Rp 1,48 miliar  atau 0,28 persen dari target alokasi.

Kemudian untuk pembangunan fasilitas dermaga Rp 304 juta atau setara 0,06 persen dan tangki timbun Rp 25,50 juta atau 0,00 persen. "Jadi, dana IPO baru terpakai Rp 1,81 miliar dan tersisa Rp 524,88 miliar yang belum digunakan,” pungkas Lim.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Bidik Laba Bersih Rp 1 Triliun pada Akhir 2022

Sebelumnya, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) atau STA Resources menargetkan laba bersih Rp 1 triliun sampai akhir tahun Angka itu tak jauh berbeda dari laba bersih yang berhasil dikantongi perseroan tahun lalu, yakni Rp 1,08 triliun.

Direktur Keuangan STA Resources, Lim Chi Yin cukup optimistis target tersebut dapat terealisasi, merujuk pada tren harga CPO yang diperkirakan masih menguat. Asumsinya, harga tidak akan banyak mengalami selisih dibanding tahun lalu.

"Berdasarkan target awal yang kita buat, kita harap pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah kurang lebih Rp 1 triliun. Kalau kita lihat kondisi harga saat ini, kita yakin kita masih bisa capai angka itu,” kata Lim dalam paparan publik perseroan, Jumat (15/7/2022).

Keyakinan pada pergerakan harga CPO seiring dimulainya kembali program Biodiesel 35 (B35) Indonesia atau B40 sesuai kebijakan pemerintah ke depan. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bahkan mengungkapkan nilai ekspor CPO menembus USD 35 miliar pada 2021, naik 52,8 persen dari USD 22,9 miliar pada 2020.

"Jadi kalau dengan B30 ke B35 atau B40, penggunaan minyak sawit sekitar 5-10 persen. Jadi dengan kondisi ini kita yakin harga CPO akan dapat disokong oleh permintaan yang kuat, sehingga harga tetap bisa mempertahankan di level yang tinggi,” imbuh Lim.

 

3 dari 5 halaman

Kinerja Kuartal I 2022

Hingga kuartal I 2022, perseroan berhasil membukukan pendapatan Rp 1,63 triliun, naik 44,24 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,13 triliun. Dari raihan itu, perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp 432,39 miliar, melesat 155 persen dari tahun sebelumnya Rp 169,67 miliar. Dengan kinerja yang kuat, STAA juga meringankan tingkat hutangnya dengan pelunasan sebesar Rp 117 miliar kepada Bank Mandiri.

"Aset kami solid Rp 7 triliun dengan kewajiban Rp 2,83 triliun, ekuitas Rp 4,17 triliun sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] kami terjaga di level 0,67 kali,” ungkap Lim.

Penjualan terbesar pada kuartal I 2022 masih dari produk minyak sawit Rp 1,31 triliun atau 80,36 persen dari total pendapatan. Sementara sisanya disumbang inti sawit, lalu TBS, bungkil sawit dan ampas sawit.

Penjualan ke pasar lokal dominan mencapai Rp 1,61 triliun, sisanya Rp 22,54 miliar untuk ekspor. Dia mengatakan bisnis CPO berpotensi besar dapat menguntungkan produsen karena margin laba yang besar, permintaan internasional yang tinggi diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia sebesar 9,6 miliar pada 2050, lalu tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding minyak nabati yang lain, dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel secara global.

"Sejumlah faktor tersebut diiringi dengan harapan membaiknya perekonomian Indonesia dan upaya pemerintah mengatasi pandemi. Kami optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan kinerja yang stabil di masa mendatang,” pungkas Lim.

4 dari 5 halaman

Baru IPO, STA Resources Tebar Dividen Rp 10 per Saham

Sebelumnya, pemegang saham PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 359,03 miliar. Realisasi dividen itu setara 33,34 persen dividend payout ratio (DPR) dan 2,87 persen dividend yield per harga saham Rp 1.250.

"Sesuai hasil keputusan RUPS STAA. Kita sudah putuskan akan membayar 10 per saham lagi untuk dividen final,” ungkap Direktur Sumber Tani Agung Resources Tbk, Lim Chi Yin dalam paparan publik perseroan, Jumat, 15 Juli 2022.

Dividen yang akan dibagikan terdiri dari Rp 250 miliar yang sudah dibagikan sebagai dividen interim kepada para pemegang saham sebelum perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Sisanya, sebesar Rp 109,03 miliar atau setara dengan Rp 10 per lembar saham yang dibagikan sebagai dividen tunai.

Direktur Utama STA Resources, Mosfly Ang mengatakan perseroan memang berkomitmen akan membagikan dividen kepada para pemegang saham sesuai dengan komitmen saat perusahaan memutuskan untuk listing di BEI.

5 dari 5 halaman

Komitmen Perseroan

Saham STAA pertama kali resmi tercatat (listing) di papan perdagangan BEI pada 10 Maret 2022. Selain itu, perseroan juga berkomitmen untuk membagikan dividen sebesar 30 persen DPR di tahun mendatang.

"Setelah IPO, kami berencana membagikan dividen kas kepada pemegang saham di kisaran 30 persen dari laba bersih dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan kami dan tanpa mengurangi hak dari RUPS untuk menentukan lain sesuai dengan anggaran dasar perseroan,” imbuh Mosfly.

Tahun lalu, perseroan berhasil membukukan penjualan neto sebesar Rp 5,88 triliun, naik 39,96 persen dari penjualan neto tahun sebelumnya sebesar Rp 4,20 triliun.

Dari penjualan tersebut, perseroan mengantongi laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,08 triliun, meroket 162,72 persen dari Rp 410,03 miliar pada 2020.

Selain dibagikan sebagai dividen, sebesar Rp 218,07 miliar dari laba bersih 2021 akan dialokasikan untuk cadangan wajib perusahaan dan sisa dana yang belum ditentukan penggunaannya akan ditetapkan sebagai laba ditahan untuk menambah modal kerja perusahaan.