Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan produsen alat kebersihan ramah lingkungan, PT Klinko Karya Imaji Tbk akan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Nantinya, saham perusahaan akan tercatat dengan kode KLIN.
Dalam aksi tersebut, perseroan melepas 230 juta lembar saham baru atau sebesar 17,59 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum. Merujuk laman e-ipo, Selasa (19/7/2022), Klinko Karya Imaji menetapkan nilai nominal sebesar Rp 10 per saham dan kisaran harga penawaran antara Rp 90-Rp 100 setiap saham.
Baca Juga
Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana segar hingga Rp 23 miliar. Pada masa penawaran umum perdana saham, perusahaan juga akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 57.500.000 Waran Seri I, dengan harga pelaksanaan waran Rp 100.
Advertisement
Waran Seri I ini akan diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan.
Dana hasil penawaran umum perdana saham sebesar 40 persen akan dialokasikan untuk kebutuhan pembangunan kantor pusat, area produksi, dan gudang bahan baku. Lalu sekitar 38,75 persen akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal perseroan.
Seperti penambahan fasilitas produksi dan aset seperti mesin, mobil box, mobil operasional, dan peralatan kantor. Kemudian, sekitar 21,25 persen akan digunakan untuk keperluan modal kerja perseroan dalam rangka pembelian bahan baku penunjang proses produksi dan aktivitas pemasaran.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Potensi Bisnis
Direktur Utama Klinko Karya Imaji, Anggun Supanji menyatakan pihaknya antusias menjalankan setiap proses due diligence yang ditentukan oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kami berharap, dengan menjadi perusahaan publik, KLIN dapat terus menjaga komitmennya untuk memberikan produk-produk kebersihan berkualitas dan berstandar internasional yang dipercaya konsumen nasional dan internasional,” kata Anggun dalam keterangan resmi, Selasa (19/7/2022).
Dari sisi proses manufaktur, perusahaan asal Gresik, Jawa Timur ini mengklaim produknya ramah lingkungan dan punya usia pakai jangka panjang. Pasalnya, dalam pengolahan setiap produk, KLIN mampu menyerap limbah tekstil sebanyak 120 ton per bulan.
Limbah berupa potongan kain perca kemudian diolah kembali menjadi material kapas dan dipintal kembali menjadi benang sebelum diolah menjadi produk seperti keset lantai, alat pel, lobby duster, dan serbet.
Direktur Utama PT Elit Sukses Sekuritas, Effendi Irawan selaku penjamin pelaksana emisi Efek menilai KLIN memiliki potensi untuk melebarkan bisnisnya di skala nasional dan global.
Sebab, seluruh proses produksi KLIN sudah mendukung terbentuknya green environment, termasuk dengan mengembangkan ekosistem yang fokus pada reuse, reduce, recycle (3R). “Perusahaan saat ini sudah merambah pasar ekspor ke tujuh negara di kawasan Asia Tenggara, Amerika Serikat, Eropa, dan Amerika Latin dengan produk private label,” beber Effendi.
Advertisement
37 Perusahaan Antre di Pipeline IPO Bursa
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan tengah antre di pipeline initial public offering (IPO).
Berdasarkan sektornya, masih didominasi oleh sektor consumer non-cyclicals. Adapun hingga 8 Juli 2022, terdapat 25 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI.
"Hingga saat ini, terdapat 37 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, ditulis Sabtu (9/7/2022).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat sembilan perusahaan dengan aset stakal kecil di bawah Rp 50 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Serta 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials
• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals
• 9 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor Energy
• 2 Perusahaan dari sektor Healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor Industrials
• 4 Perusahaan dari sektor Infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate
• 3 Perusahaan dari sektor Technology
• 5 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic
Selain IPO, ada juga 23 korporasi yang akan mencatatkan 29 emisi dalam pipeline pencatatan obligasi dan sukuk.
Potensi Penggalangan Dana dari Pasar Modal Masih Ramai
Sebelumnya, sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, penggalangan dana di pasar modal, baik melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) maupun right issue, diperkirakan masih ramai.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total potensi penghimpunan dana dari pasar modal mencapai Rp 84,2 triliun. Penghimpunan dana itu dari penawaran saham perdana (IPO), rights issue dan penerbitan surat utang.
Sebelumnya, BEI kantongi 43 perusahaan dalam proses IPO dengan perkiraan total dana yang dihimpun Rp 14,1 triliun. Kemudian terdapat 33 perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi itu hingga 3 Juni 2022. Perkiraan dana yang akan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 25,2 triliun.
Selanjutnya pada pipeline pencatatan efek bersifat utang dan sukuk terdapat 36 emisi yang akan diterbitkan oleh 30 perusahaan dengan perkiraan total dana yang akan dihimpun Rp 44,9 triliun
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai baik dari sisi emiten, selaku pihak yang membutuhkan dana, maupun investor selaku penyedia dana, akan mengacu pada seberapa besar pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.
"Karena dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut, emiten akan berani ekspansi sehingga akan mencari pendanaan di pasar modal. Sementara dari sisi investor dengan kondisi ekonomi yang baik maka dana yang mereka berikan baik melalui penawaran saham maupun obligasi bisa digunakan oleh emiten secara produktif. Sehingga investasi investor berjalan dengan baik,” ujar Alfred kepada Liputan6.com, Rabu, 8 Juni 2022.
Advertisement
Dibayangi Dampak Kenaikan Suku Bunga
Memang, Alfred mencermati ekonomi Indonesia pada semester II ini akan diperhadapkan pada dampak kenaikan suku bunga. Namun, pihaknya melihat belum ada dampak atau tekanan yang besar yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi, konsumsi, maupun belanja masyarakat.
Ia menilai, Indonesia memiliki modal nilai tukar yang kuat, berkaca pada performa nilai tukar Rupiah secara year to date (ytd) yang masih kuat di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed.
"Sentimen ini menjadi ukuran bagaimana pasar global masih optimis dengan ekonomi Indonesia in line dengan kondisi inflasi, pertumbuhan ekonomi, surplus neraca perdagangan, dan sentimen harga komoditi,” ujar dia.
Tak hanya itu, sentimen lainnya seperti aksi beli investor asing juga dinilai memberikan kepercayaan diri bagi investor lokal untuk masuk ke pasar modal, baik melalui pembelian instrumen saham maupun obligasi.
Di sisi lain, Alfred mengatakan stabilitas politik di semester II juga relatif kondusif. Sehingga perhitungan pasar sepenuhnya akan fokus kepada respon ekonomi terhadap kenaikan suku bunga, dan konflik geopolitik yang eksposurenya sudah semakin menurun.