Liputan6.com, Jakarta - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga USD 30 juta atau sekitar Rp 450,89 miliar (kurs Rp 15.029 per USD). Belanja modal itu akan dialokasikan untuk memastikan operasional perseroan tetap berjalan.
"Capex mungkin sekitar USD 15 sampai dengan 30 juta yang akan kami anggarkan. Tapi ini sifatnya fleksibel dan tidak mandatory. Kita lihat mana yang menjadi prioritas untuk kita lakukan perbaikan, lebih diprioritaskan kepada maintenance," kata Sekretaris Perusahaan Sritex, Welly Salam dalam paparan publik perseroan, Kamis (21/7/2022).
Baca Juga
Adapun hingga saat ini, perseroan mencatat rata-rata utilisasi perseroan sudah berada di kisaran 70—75 persen. Sampai dengan akhir tahun, perseroan berharap utilisasi setidaknya bisa terjaga pada kisaran tersebut atau naik hingga 85 persen.
Advertisement
“Tahun ini target kami minimal mempertahankan utilisasi sampai dengan 75 persen. Tapi dengan harapan utilisasi ini bisa ditingkatkan sampai dengan level 80 sampai dengan 85 persen,” imbuh dia.
Dari sisi produksi dan pengadaan, perseroan memastikan operasi pabrik akan terus berlangsung. Perseroan juga akan melakukan penyesuaian pengadaan bahan baku dan diversifikasi pasokan bahan baku. Serta melakukan inovasi produk-produk rumah tangga, seperti sarung, mukena, dan lainya.
Sementara dari sisi pemasaran, perseroan berencana menambah distribusi melalui toko online. Pada saat bersamaan, perseroan akan mengurangi aktivitas perdagangan oleh anak perusahaan di luar negeri yang disesuaikan dengan modal kerja.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lolos PKPU, Kapan Saham Sritex Diperdagangkan Lagi?
Sebelumnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) terancam didepak dari daftar perusahaan tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting. Hal itu lantaran saham perseroan telah disuspensi oleh bursa selama 12 bulan per Mei 2022.
Suspensi akan mencapai 24 bulan pada Mei 2023, yang merupakan batas maksimal suspensi saham sebelum delisting. Namun, Sekretaris Perusahaan Sritex, Welly Salam mengatakan, perseroan akan mengupayakan agar tidak terjadi delisting. Perseroan saat ini tengah mengurus administrasi untuk pemenuhan syarat dibukanya suspensi oleh Bursa.
"Dari komunikasi terakhir kami dengan bursa tentunya adalah terkait dengan hal administrasi. Di mana sampai dengan saat ini, kami sudah menyelesaikan semua administrasi yang diperlukan oleh Bursa Efek Indonesia," kata Welly dalam paparan publik perseroan, Kamis (21/7/2022).
Adapun salah satu prasyarat yang sudah dipenuhi perseroan yakni terselenggaranya paparan publik hari ini. Selain itu, perseroan juga tengah menunggu efektifnya homologasi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Selanjutnya
Seperti diketahui, proposal perdamaian perseroan yang diajukan kepada kreditur telah mendapat kesepakatan homologasi pada Januari lalu. Sayangnya, sampai saat ini perseroan belum menerima salinan putusan Mahkamah Agung mengenai homologasi tersebut. Sehingga perseroan belum bisa menyampaikannya kepada bursa agar saham SRIL bisa segera diperdagangkan kembali.
"Salinan putusan itu yang menjadi dasar bagi kami untuk melakukan keterbukaan informasi dan juga menyampaikan hal-hal yang terkait dengan administratif kepada BEI maupun OJK, dan juga kepada kreditur dan stakeholder lainnya,” kata Welly.
Perseroan berharap bisa mengantongi salinan putusan MA itu sebelum suspensi mencapai 24 bulan pada Mei 2023. Sehingga perseroan bisa terhindar dari potensi delisting. Perseroan masih terus memantau perkembangan lebih lanjut terkait dengan salinan putusan tersebut.
"Harapan kita tidak berlanjut sampai dengan delisting karena sampai saat ini manajemen tidak pernah berpikir sampai dengan delisting,” pungkas Welly.
SRIL Bakal Terdepak dari BEI, Investor Masih Nyangkut 40 Persen
Sebelumnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex terancam hengkang dari pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting.
Hal itu lantaran BEI telah melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham SRIL selama 12 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 18 Mei 2023.
Kebijakan tersbeut merujuk pada Peraturan Bursa No.: I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.
Pada ketentuan III.3.1.1, Bursa dapat menghapus pencatatan saham perusahaan tercatat apabila perusahaan mengalami kondisi atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, Baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka, dan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.
Sementara dalam ketentuan III.3.1.2, Bursa dapat melakukan delisting saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.
Melansir pengumuman BEI, Jumat (20/5/2022), masyarakat masih memegang kepemilikan 39,89 persen atau sekitar 8,16 miliar lembar saham SRIL. Sementara sisanya dimiliki oleh PT Huddleston Indonesia sebesar 59,03 persen atau 12,07 miliar lembar.
Lalu ada Iwan Setiawan selaku Direktur Utama Sritex yang memiliki 108 juta lembar atau 0,53 persen saham SRIL. Wakil Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan sebanyak 106,6 juta lembar atau 0,52 persen, KOmisaris Utama Sritex Hajah Susyana 5,1 juta lembar atau 0,03 persen, dan Vonny Imelda Lukminto sebanyak 740 ribu lembar atau 0,0 persen.
Advertisement