Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menilai pengumuman suku bunga Bank Indonesia tersebut berdampak pada pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
"Dampak dari pengumuman suku bunga BI dapat berdampak pada pelemahan rupiah terhadap dolar amerika,” kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (24/7/2022).
Advertisement
Ia menambahkan, langkah Bank Indonesia pertahankan suku bunga acuan juga membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung berfluktuasi.
"Pengaruh BI menahan suku bunga terhadap IHSG dapat membuat pergerakannya cenderung berfluktuasi, tetapi mengingat akan ada momen rilisnya laporan keuangan kuartal II ini bisa menjadi concern pelaku pasar saat ini,” ujar dia.
Di tengah sentimen Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan, Abdul menilai saat ini terdapat saham-saham yang bisa dicermati oleh pelaku pasar, antara lain sektor saham komoditas dan perbankan.
"Saat ini saham-saham komoditas atau perbankan dapat dicermati, dimana kami melihat kinerja emiten sektor perbankan dan komoditas masih dapat mencatatkan kinerja yang bagus,” ujar dia.
Untuk rekomendasi saham, Abdul memilih saham antara lain, BBRI, ITMG, PTBA, BMRI, ANTM, dan INCO.
"Untuk sahamnya BBRI, ITMG, PTBA, BMRI, ANTM, INCO. Bisa dilakukan hold jika pelaku pasar sudah mempunyai sahamnya, atau buy dengan potensi upside 10 persen untuk jangka menengah,” ungkapnya.
Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, keputusan BI untuk mempertahankan 7DRR sudah diperkirakan oleh mayoritas pelaku pasar sehingga pasar memberikan respons positif dan penguatan yang signifikan terhadap IHSG.
"Di awal pekan depan ada potensi IHSG melanjutkan penguatan nya,” kata Cheryl.
Untuk saham yang bisa dicermati pelaku pasar, Cheryl merekomendasikan saham-saham LQ45 dan saham-saham berkapitalisasi besar.
"Bisa cermati saham-saham LQ45 ataupun saham-saham berkapitalisasi besar yang menggerakkan pasar seperti saham finansial, teknologi, energi,” ujar dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Faktor Ini Bikin Bursa Saham Indonesia Masih Menarik
Sebelumnya, bursa saham Indonesia dinilai masih menonjol dan berprospek positif yang didukung sejumlah faktor. Salah satunya harga komoditas.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (24/7/2022), sejumlah faktor yang mendukung bursa saham Indonesia itu antara lain kenaikan harga batu bara di tengah permintaan dari pasar Eropa yang meningkat mengingat risiko krisis energi saat memasuki musim dingin pada kuartal IV 2022.
Hal ini sebagai bantalan ke Indonesia dari kebangkitan risiko eksternal. Selain itu, Indonesia juga memiliki keseimbangan arus positif dan menurunkan saldo defisit fiskal. Kemudian secara bertahap ada perbedaan kepemilikan antara investor ritel dan institusional di pasar saham Indonesia. Per Juni 2022, rekor tertinggi kepemilikan ritel domestik sekitar 41,3 persen.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Aksi Beli Investor Asing
Dengan melihat kondisi itu, pertumbuhan laba yang kuat ke sektor lain setelah siklus ledakan komoditas.
"Oleh karena itu, kami tetap optimis dengan pasar saham Indonesia dan secara selektif OW di beberapa sektor antara lain bank BUMN, kebutuhan pokok konsumen, telekomunikasi, energi terutama batu bara dan sektor kesehatan,” tulis Ashmore.
Adapun memasuki semester II 2022, IHSG turun 8 persen dari puncaknya seiring imbal hasil obligasi 10 tahun naik 110 basis poin menjadi 7,5 persen. Dari titik terendah 6,4 persen pada 2022. Valuasi IHSG pun menjadi masuk akal pada tingkat saat ini.
Selain itu, ada kemungkinan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik 75 basis poin-100 basis poin pada semester II 2022 untuk menstabilkan rupiah seiring indeks dolar AS yang menguat karena bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve memperketat kebijakan moneter. "Secara historis, IHSG cenderung menguat usai kenaikan suku bunga,” tulis Ashmore.
Pada periode 18-22 Juli 2022, IHSG ditutup di posisi 6.887 dan investor asing melakukan aksi beli saham USD 28 juta atau sekitar Rp 420,43 miliar. Selama sepekan, rilis data inflasi dan pengumuman hasil pertemuan bank sentral menjadi perhatian.