Liputan6.com, Jakarta - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir 30 Juni 2022. Pada periode itu, Waskita Karya mencatatkan kenaikan pendapatan usaha 29,3 persen menjadi Rp 6,09 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,71 triliun.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (28/7/2022), pendapatan itu paling banyak berasal dari jasa konstruksi sebesar Rp 5,38 triliun. Disusul pendapatan dari jalan tol sebesar Rp 459,56 miliar dan pendapatan properti Rp 103,92 miliar.
Baca Juga
Lalu pendapatan dari penjualan infrastruktur lainnya sebesar Rp 43,45 miliar, pendapatan hotel RP 34,16 miliar, bunga dari jasa konstruksi Rp 32,02 miliar, penjualan precast Rp 30,68 miliar, serta pendapatan dari sewa gedung dan peralatan sebesar Rp 2,67 miliar.
Advertisement
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi RP 5,43 triliun dari sebelumnya Rp 4,2 triliun. Sehingga perseroan memperoleh laba bruto sebesar Rp 657,18 miliar, naik 29,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 508,02 miliar.
Sepanjang paruh pertama 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 18,46 miliar, beban umum dan administrasi Rp 1,27 triliun, beban pajak final Rp 131,26 miliar, dan kerugian selisih kurs sebesar Rp 1,47 miliar. Di saat bersamaan, perseroan mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 565,62 miliar dan pendapatan lain-lain Rp 2,83 triliun.
Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan beban keuangan sebesar Rp 1,97 triliun dan bagian rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 213,55 miliar. Setelah dikurangi pajak, perseroan berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 293,92 miliar. Naik 89,56 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 155,06 miliar.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Perseroan
Sementara, perseroan mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 236,52 miliar. Berbanding terbalik dari periode enam bulan pertama tahun lalu, di mana perseroan mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 154,13 miliar. Sehingga tercatat rugi per saham sebesar Rp 8,21 dari laba Rp 11,35 per saham pada semester I 2021.
Dari sisi aset perseroan hinggaJuni 2022 tercatat sebesar Rp 97,14 triliun, turun dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 103,6 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 43,45 triliun dan aset tidak lancar Rp 53,69 miliar.
Liabilitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 77,21 triliun dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 88,14 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 20,45 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 56,75 triliun.
Sementara ekuitas tercatat naik menjadi RP 19,94 triliun dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 15,46 triliun.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Waskita Karya Divestasi Tol Cimanggis-Cibitung, Shareswap dengan SMI
Sebelumnya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) melakukan transaksi shareswap atas sejumlah saham entitas anak.
Transaksi ini dilakukan dalam rangka restrukturisasi untuk mengimplementasikan program 8 stream penyehatan keuangan perseroan dalam rangka mengembalikan performa Waskita Karya.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (6/7/2022), transaksi pertama yakni jual beli saham PT Waskita Toll Road (WTR) sejumlah 752.475 lembar atau 4,5 persen dari total saham WTR. Di mana SMI bertindak sebagai penjual dan perseroan sebagai pembeli melalui konversi menjadi kepemilikan saham pada CCT.
Transaksi itu senilai Rp 1,14 triliun, dan telah dibayar secara penuh oleh perseroan kepada SMI melalui pengalihan hak tagih atau piutang milik perseroan di WTR. Kedua, jual beli saham PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT) sejumlah 44 ribu lembar saham atau sebanyak 55 persen dari total saham CCT.
WTR bertindak sebagai penjual dan SMI sebagai pembeli. Nilai transaksi yakni Rp 339 miliar dengan mekanisme pembayaran melalui perjumpaan utang atas piutang yang dialihkan.
Dari sini, dapat dicermati bahwa masih terdapat sisa tagihan SMI kepada WTR atas piutang yang dialihkan sebesar Rp 801 miliar, yang akan diselesaikan melalui perjumpaan utang antara WTR dan SMI.
Adapun penyelesaian mekanisme pembayaran untuk transaksi-transaksi tersebut dilakukan dengan pengalihan piutang WTR kepada SMI atas perjanjian fasilitas pinjaman pemegang saham CCT sebesar Rp 1,43 triliun. Mengingat sebesar Rp 801 miliar akan diselesaikan melalui perjumpaan utang antara WTR dan SMI, maka SMI akan melakukan pembayaran tunai kepada WTR sebesar Rp 625,2 miliar.
Perseroan, WTR, CCT, dan SMI merupakan pihak terafiliasi karena WTR merupakan anak perusahaan perseroan, dan CCT merupakan anak perusahana dari WTR. Sementara Sarana Multi Infrastruktur merupakan entitas yang dikendalikan pemerintah dengan kepemilikan 100 persen. Pemerinta sendiri memiliki 75,35 persen kepemilikan atas perseroan.
"Dengan adanya transaksi tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perseroan sebagai pemegang saham WTR,” ujar manajemen perseroan.
Transaksi Share Swap
Dengan rangkaian transaksi share swap tersebut di atas, susunan kepemilikan saham WTR saat ini sebesar 92,10 persen dimiliki oleh perseroan. Sisanya 7,9 persen dimiliki oleh PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero).
Sebelumnya, kepemilikan perseroan atas WTR yakni 87,60 persen, kemudian SMI 4,5 persen. Sementara kepemilikan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) tak mengalmai perubahan, atau tetap sebesar 7,9 persen.
Sedangkan pemilik CCT saat ini, sebesar 55 persen dimiliki oleh SMI, dan 35 persen oleh WTR. Sisanya dimiliki oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Bakrie Toll Indonesia masing-masing 5 persen.
Sebelumnya, SMI belum masuk sebagai pemilik. Di mana 90 peren dimiliki oleh WTR. Sementara kepemilikan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Bakrie Toll Indonesia tidak mengalami perubahan.
Advertisement