Sukses

Pendapatan Mitratel Sentuh Rp 3,27 Triliun pada Semester I 2022

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel membukukan pertumbuhan laba dan pendapatan pada semester I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel mengumumkan kinerja paruh pertama perseroan 2022. Pada periode itu, perseroan berhasil membukukan laba sebesar Rp 891,54 miliar. Laba tersebut naik 27,23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 700,74 miliar.

Mengutip laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, Jumat (29/7/2022), raihan itu sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 15,48 persen menjadi Rp 3,27 triliun pada semester I 2022 dari Rp 3,27 triliun pada semester I 2021.

Mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5 persen, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4 persen menjadi Rp 399 miliar. Sementara beban pokok tercatat sebesar Rp 1,94 triliun. Sehingga perseroan mencatatkan laba bruto Rp 1,79 triliun, naik 12,84 persen dibanding semester I 2021 sebesar Rp 1,58 triliun.

Pada periode yang sama, beban usaha tercatat sebesar Rp 238,03 miliar dan beban lain-lain sebesar Rp 39,81 triliun. Setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 891,54 miliar.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, marjin EBITDA dan marjin laba bersih dalam semester pertama tahun ini masing-masing tercatat meningkat menjadi 77,5 persen dan 23,9 persen.

Kontributor utama dari peningkatan laba ini diakibatkan oleh marjin EBITDA dari portfolio penyewaan Menara yang bertumbuh menjadi 85,2 persen, menunjukkan sudah setara dengan industri.

"Pencapaian ini berhasil dilakukan berkat efisiensi biaya dan lebih selektif dalam meraih pendapatan dari tower-related business dengan marjin yang lebih tinggi untuk profitabilitas yang lebih tinggi dari industri,” kata Teddy Tanoko, begitu akrab dipanggil.

Dari sisi total aset perseroan hingga Juni 2022 tercatat sebesar Rp 55,06 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 33,49 triliun. Total liabilitas pada semester I 2022 mengalami penurunan sebesar 10,4 persen dari posisi Desember 2021 menjadi Rp 21,56 triliun. Penurunan liabilitas itu seiring pembayaran utang pinjaman jangka panjang senilai Rp 5,1 triliun.

"Termasuk pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 4,3 triliun dengan menggunakan kelebihan kas dari aktivitas operasi dan melakukan pendanaan kembali pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah,” imbuh Teddy.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Mitratel Siapkan Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham.

Mitratel akan melakukan pembelian kembali dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor.

VP Investor Relation PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, Christy Kusumaatmaja menuturkan, pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan.

Terhitung sejak 2 Juni 2022-2 September 2022. perseroan mematok harga pembelian saham sebesar maksimum Rp 801 per saham. Biaya pembelian kembali saham akan berasal dari kas internal perseroan yang dihasilkan dari kegiatan usaha operasional.

Dengan asumsi perseroan menggunakan kas internal untuk pembelian kembali saham sejumlah perkiraan nilai buyback, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar perkiraan nilai buyback.

 

3 dari 4 halaman

Alasan Buyback

"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham tidak akan memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha perseroan, mengingat perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha perseroan,” ujar Christy dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (2/6/2022).

Pembelian kembali saham dilakukan karena harga saham perusahaan saat ini belum mencerminkan kinerja bisnis. Berdasarkan data perseroan, harga saham perseroan turun sejak 10 Mei 2022 di Rp 765. Saham kembali turun drastis pada 17 Mei 2022 di Rp 685 hingga pada 18 Mei 2022 berada di posisi Rp 665.

"Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan,” kata Christy.

Pembelian kembali saham diharapkan dapat menstabilkan harga saham dalam kondisi pasar yang fluktuatif, selain memberikan keyakinan pada investor atas nilai saham perseroan secara fundamental.

Pembelian kembali saham juga memberikan fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang. Saham treasuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.

4 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal I 2022

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel membukukan laba bersih sebesar Rp 459 miliar pada kuartal I 2022.

Demikian disampaikan oleh Hendra Purnama, Corporate Secretary dan Direktur Investasi Mitratel dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (10/5/2022).

“Laba bersih Mitratel melesat sekitar 34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp. 343 miliar. Dengan demikian, marjin laba bersih juga meningkat, dari 22,3 persen  pada Q1 triwulan (kuartal) I 2021 menjadi 24,6 persen pada Q1 triwulan I/2022,” ungkap Hendra.

Menurut Hendra, pertumbuhan laba Perusahaan ditopang oleh meningkatnya pendapatan konsolidasi Mitratel sebanyak 21,5 persen yoy menjadi sebesar Rp 1,870 triliun per Maret 2022. Dengan demikian, pendapatan Mitratel tumbuh sebesar 21,5 persen, dari Rp1,540 triliun pada posisi Maret 2021.

Lebih rincinya, demikian Hendra sampaikan, pendapatan konsolidasi Mitratel pada periode itu ini berasal dari segmen Tower Owned sebesar Rp1,464 triliun, naik sebesar Rp282 miliar atau sekitar 24,4 persen yoy, dari periode sama tahun lalu sebesar Rp1,182 triliun.

“Pencapaian ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan sewa menara dan juga peningkatan kolokasi yang berkelanjutan, termasuk dari asset hasil akuisisi menara Telkomsel dan Telkom pada Agustus 2021 lalu,” katanya. 

Selain itu, pendapatan Mitratel dari segmen Tower-Related Business juga melambung sebesar 34,1 persen atau naik sebanyak Rp59 miliar, dari Rp 170 miliar menjadi Rp 229 miliar.

Peningkatan di segmen ini akibat kejelian Perusahaan dalam memilih peluang-peluang yang lebih menguntungkan. Karena Mitratel terus menangkap peluang terkait menara dengan marjin yang lebih tinggi.

Sedangkan pendapatan Perseroan di segmen Reseller turun 6 persen menjadi Rp176 miliar, dari sebelumnya Rp188 miliar. Ini dipicu oleh akuisisi tower reseller 798 menara dari Telkom pada Agustus 2021 yang memindahkan pendapatan reseller yang ada dari menara terkait ke pendapatan menara yang dimiliki.

Peningkatan kinerja Mitratel tergambar pada laba operasi yang meningkat sekitar 33 persen menjadi Rp814 miliar per Maret 2022, dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp612 miliar.

Selanjutnya, EBITDA Mitratel juga bertumbuh sebesar Rp322 miliar atau 28,8 persen yoy , dari Rp 1,120 triliun per Maret 2021 menjadi Rp1,442 triliun per Maret 2022. Ini diikuti oleh marjin EBITDA Perseroan sebesar 77,1 persen yang meningkat 4.4 basis poin dibandingkan tahun lalu menjadi 77,1 persen, dari sebelumnya 72,7 persen.

“Perkembangan atas EBITDA Mitratel tercermin pada peningkatan profitabilitas dengan efisiensi biaya pada kegiatan usaha,” katanya.