Sukses

PP Presisi Kantongi Laba Bersih Rp 89,9 Miliar pada Semester I 2022

PT PP Presisi Tbk (PPRE) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada semester I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Laba bersih konsolidasian PT PP Presisi Tbk (PPRE) meningkat 33 persen menjadi Rp 89,9 miliar pada semester I 2022 dari Rp 67,6 miliar untuk periode sama 2021.

Hal ini seiring dengan peningkatan pendapatan konsolidasian sebesar 41,8 persen dari Rp1,2 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp1,7 triliun pada semester I 2022.

Sedangkan, pendapatan dari sektor konstruksi dan jasa pertambangan memegang peranan terbesar di dalam peningkatan pendapatan tersebut berasal dari sektor utama yaitu sektor konstruksi sebesar 65 persen dan jasa pertambangan sebesar 26 persen sisanya sebesar 9 persen kontribusi dari lini bisnis dukungan atau supporting seperti structure work, production plant dan rental equipment.

"Pendapatan civil work dan mining services meningkat 53 persen year on year dari Rp 983 miliar menjadi Rp1,5 triliun, yang berasal dari proyek-proyek infrastruktur dan jasa pertambangan yaitu Proyek Weda Bay Nickel, Proyek Morowali, Proyek MHU dan Jalan Hauling HPJ, serta proyek infrastruktur seperti Proyek Tol Cinere Kukusan, Indrapura Kisaran, Proyek Revitalisasi Bandara Halim, Proyek BI Karawang, dan Proyek Bandara Sentani,” ujar Direktur Keuangan, Manrisk dan Legal PT PP Presisi Tbk, M. Arif Iswahyudi dalam keterangan resminya, Senin (1/8/2022).

Arif menambahkan, segmen usaha jasa pertambangan berkontribusi sebesar Rp 449 miliar atau sebesar 26 persen dari total pendapatan pada semester I 2022 ini yang tentunya menambah optimisme dan kepercayaan diri PPRE untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

"Kami juga membukukan laba joint venture atas proyek pembangunan Bandara Dhoho Kediri yang berasal dari entitas anak kami, LMA sebagai kontraktor utama sekaligus menjadi lead of consortium sebesar Rp19,1 miliar pada kuartal kedua ini,” tambah Arif.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Kontrak Baru Semester I 2022

Sementara itu, posisi keuangan PPRE juga mengalami penguatan yang ditandai dengan peningkatan total aset sebesar 11,2 persen dari sebesar Rp7,02 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp7,81 triliun per 30 Juni 2022, peningkatan total ekuitas sebesar 2,4 persen dari sebesar Rp2,97 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp3,05 triliun per 30 Juni 2022 seiring dengan peningkatan laba bersih Perseroan.

Untuk rasio likuiditas meningkat seperti current ratio meningkat dari 1,18 menjadi 1,27, acid test ratio juga mengalami peningkatan dari 1,15 menjadi 1,23, sedangkan pada rasio profitabilitas yaitu ratio ROA naik 10,1 persen dari 2,09 persen pada semester I 2021 menjadi 2,30 persen pada semester I 2022 dan ROE juga meningkat 19,6 persen dari 4,93 persen pada semester I 2021 menjadi 5,89 persen pada semester I 2022.

"Perolehan kontrak baru yang didapat selama semester I 2022 sebesar Rp2,7 triliun atau telah mencapai 47 persen dari target 2022 sebesar Rp5,9 triliun. Dari sisi kinerja, peningkatan kinerja maupun perolehan kontrak baru pada segmen usaha jasa pertambangan, kami harapkan dapat terus meningkat pada triwulan berikutnya dan menjadi sumber recurring income yang dapat meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan,” ujar dia.

Tak hanya itu, keunggulan operasional PPRE tersebut tentunya turut mendorong peningkatan kinerja keuangan sebagai modal bagi pertumbuhan berkelanjutan yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan shareholder value pada masa mendatang.

Dengan kinerja keuangan semester I 2022, dan kenaikan laba bersih serta arus kas dari operasi (operating cash flow) yang positif, Perseroan berkeyakinan akan bertumbuh secara berkelanjutan.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

PP Presisi Terbitkan Obligasi Rp 202,98 Miliar untuk Belanja Modal

Sebelumnya, PT PP Presisi (Perseroan) Tbk (PPRE) menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi I Tahap I Tahun 2022 senilai Rp 202,98 miliar.

Obligasi resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Juli 2022. Obligasi itu terdiri dari dua seri. Yakni seri A dengan jumlah pokok obligasi yang ditawarkan sebesar Rp 102,27 miliar, dengan tingkat bunga tetap obligasi sebesar 9,50 persen per tahun.

Tenor untuk seri A adalah tiga tahun sejak tanggal emisi atau hingga 30 Juni 2025. Kedua, yakni seri B dengan jumlah pokok obligasi yang ditawarkan sebesar Rp 100,70 miliar dengan tingkat bunga 10,50 persen per tahun. Tenor untuk seri ini adalah lima tahun atau jatuh tempo pada 30 Juni 2027.

Direktur Utama PT PP Presisi, Rully Noviandar menuturkan, perseroan telah melakukan pemeringkatan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Hasil untuk obligasi tersbeut yakni idBBB+ (triple B Plus) berdasarkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2021.

"Alokasi dana sebesar 70 persen akan digunakan untuk capital expenditure yaitu berupa penambahan peralatan berat untuk menunjang proyek jasa pertambangan serta proyek civil work. Lalu sebesar 30 persen akan digunakan untuk modal kerja Perseroan” ujar Rully,” dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (8/7/2022).

 

4 dari 5 halaman

Selanjutnya

Dalam aksi ini, PP Presisi telah menunjuk tiga perusahaan sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi (PPE) atau joint lead underwriter (JLU). Yaitu PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT CIMB Niaga Sekuritas.

Sedangkan untuk Profesi Penunjang lainnya, perseroan menunjuk PT Bank Rakyat Indonesia sebagai Wali Amanat, Jusuf Indradewa & Partner selaku Konsultan Hukum Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito selaku notaris.

Rully menambahkan, penawaran obligasi ini menunjukkan komitmen perseroan dalam meningkatkan engineering capacity untuk menunjang proyek jasa pertambangan dan pekerjaan sipil.

"Penawaran ini juga menunjukkan kepercayaan investor kepada perusahaan kami dalam mewujudkan strategi manajemen untuk pertumbuhan berkelanjutan serta strategi keuangan yang mengacu pada prinsip berbasis risiko,” kata Rully.

5 dari 5 halaman

Kantongi Fasilitas Pembiayaan Rp 770 Miliar dari BNI

Sebelumnya, PT PP Presisi (PPRE) bersama dengan anak usaha (PT LMA) memperoleh fasilitas kerja sama pembiayaan berupa fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) dari PT BNI (Persero) Tbk.

Pembiayaan ini untuk penyelesaian pada proyek pembangunan Jalan Tol Cinere–Jagorawi Seksi 3 sekitar Rp 770miliar dengan total nilai kontrak Proyek Jalan Tol Cinere–Jagorawi Seksi 3 sebesar Rp 1,2 triliun.

Direktur Utama PP Presisi, Rully Noviandar  mengungkapkan, dengan diperolehnya fasilitas kerja sama pembiayaan berupa fasilitas modal kerja tersebut akan membantu perseroan dalam mempercepat proses penyelesaian proyek yang direncanakan selesai pada awal kuartal IV 2022.

"Serta menandakan PP Presisi memperoleh kepercayaan besar dari Perbankan dalam pembangunan pekerjaan Proyek Jalan Tol Cinere-Jagorawi Seksi 3 yang diharapkan dapat meningkatkan competitiveness advantage perseroan sebagai Perusahaan Jasa Konstruksi maupun Jasa Pertambangan sebagai kontraktor utama,” ujar Rully Noviandar melalui keterangan resminya, ditulis Sabtu, 11 Juni 2022.

Dia menuturkan, yang diketahui pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia pada dua tahun terakhir ini berdampak pada seluruh sektor industri termasuk mundurnya beberapa tender proyek infrastruktur, Proyek Jalan Tol Cinere – Jagorawi Seksi 3 merupakan proyek infrastruktur satu-satunya yang ditenderkan pada 2021.

Sementara itu, jalan tol tersebut merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II yang menghubungkan Kukusan–Cinere Depok sepanjang 5,5 kilometer.

"Sehingga diharapkan dengan selesainya seksi 3 ini, maka jalan tol (JORR) I akan terhubung dengan (JORR) II melalui Jalan Tol Depok–Antasari (Desari) dan Jalan Tol Cijago," tambah Rully.

Ke depan, PP Presisi akan fokus pada pekerjaan jasa konstruksi maupun non konstruksi melalui sinergi dengan BUMN maupun Swasta, terutama sebagai kontraktor jasa pertambangan dengan mengacu pada trend pertumbuhan nikel dan peningkatan harga komoditas dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki perseroan.