Sukses

Mitratel Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel Rp 10,28 Triliun

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel akuisisi 6.000 menara Telkomsel.

Liputan6.com, Jakarta - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dan PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel telah menandatangani perjanjian jual beli (sales & purchase agreement/SPA) untuk pengalihan kepemilikan 6.000 menara telekomunikasi milik Telkomsel kepada Mitratel.

Skema pengalihan berupa penjualan dan penyewaan kembali (sales & leased back) dengan pengalihan 6.000 unit menara telekomunikasi. Sehingga total menara telekomunikasi yang dimiliki Mitratel mencapai lebih dari 34.800 menara.

Selain kesepakatan pengalihan kepemilikan menara telekomunikasi, disepakati juga komitmen pesanan pembangunan menara baru dari Telkomsel kepada Mitratel sejumlah 1.000 menara dalam tiga tahun ke depan.

Serta beberapa inisiatif bisnis lainnya seperti penggunaan IoT (Internet of Thing), layanan Green Energy dan New Ecosystem Tower Business lainnya. Kesepakatan kedua perusahaan ini menyusul aksi korporasi sebelumnya yang telah diselesaikan pada 2020 dan 2021 lalu dengan total akuisisi 10.050 unit menara telekomunikasi.

"Pengalihan 6.000 menara telekomunikasi ini dapat menjadi modal utama untuk market expansion dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia, menambah alat produksi Mitratel dan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan Tower Provider terbesar di Asia Tenggara," ujar Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy Hartoko, Selasa (2/8/2022).

Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi adalah sebesar Rp 10,28 triliun. Jumlah tersebut termasuk sewa lahan milik Telkomsel yang dibayarkan oleh perseroan. Serta timbal balik yang dibayarkan oleh perseroan terkait komitmen dan janji pemesanan BTS oleh Telkomsel kepada perseroan.

"Aksi korporasi berkelanjutan dari Telkomsel dan Mitratel ini diharapkan memperkuat momentum kedua perusahaan dalam memastikan terciptanya pengelolaan aset dan perluasan lini bisnis yang dapat mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan yang semakin ideal, produktif, efektif, efisien, dan relevan dengan setiap perkembangan teknologi,” pungkas Teddy.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Manfaat Transaksi

Perseroan menyatakan, transaksi akuisisi 6.000 menara milik Telkomsel dengan tenancy ratio 1,00x beserta kerja sama business to business (B2B) dapat memperkuat posisi perseroan sebagai leading TowerCo yang kelola lebih dari 28.000 menara.

Portfolio transaksi diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan bisnis menara perseroan karena didukung oleh Telkomsel sebagai penyewa utama yang menyewa kembali seluruh menara yang ditransaksikan serta potensi penambahan tenant baru yang besar.

Manfaat transaksi ini juga sejalan dengan rencana strategis perseroan dari pemegang saham untuk memaksimalkan nilai bisnis menara, memperbesar kontribusi bisnis menara dan memaksimalkan portofolio yang beragam untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Dalam transaksi yang dilakukan oleh Perseroan, nilai Transaksi sebagaimana diatur dalam Perjanjian mencerminkan 30,6 persen dari nilai ekuitas Perseroan per 31 Desember 2021 sehingga transaksi merupakan transaksi material berdasarkan POJK No. 17/2020 yang tidak membutuhkan persetujuan dari pemegang saham Perseroan dan mengingat transaksi ini juga merupakan Transaksi Afiliasi sebagaimana dimaksud dalam POJK No. 42/2020, maka Perseroan akan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam POJK No. 17/2020.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau disebut Mitratel mengumumkan kinerja paruh pertama perseroan 2022. Pada periode itu, perseroan berhasil membukukan laba sebesar Rp 891,54 miliar. Laba tersebut naik 27,23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 700,74 miliar.

Mengutip laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, Jumat (29/7/2022), raihan itu sejalan dengan kenaikan pendapatan sebesar 15,48 persen menjadi Rp 3,27 triliun pada semester I 2022 dari Rp 3,27 triliun pada semester I 2021.

Mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5 persen, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4 persen menjadi Rp 399 miliar. Sementara beban pokok tercatat sebesar Rp 1,94 triliun. Sehingga perseroan mencatatkan laba bruto Rp 1,79 triliun, naik 12,84 persen dibanding semester I 2021 sebesar Rp 1,58 triliun.

Pada periode yang sama, beban usaha tercatat sebesar Rp 238,03 miliar dan beban lain-lain sebesar Rp 39,81 triliun. Setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 891,54 miliar.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, marjin EBITDA dan marjin laba bersih dalam semester pertama tahun ini masing-masing tercatat meningkat menjadi 77,5 persen dan 23,9 persen.

Kontributor utama dari peningkatan laba ini diakibatkan oleh marjin EBITDA dari portfolio penyewaan Menara yang bertumbuh menjadi 85,2 persen, menunjukkan sudah setara dengan industri.

"Pencapaian ini berhasil dilakukan berkat efisiensi biaya dan lebih selektif dalam meraih pendapatan dari tower-related business dengan marjin yang lebih tinggi untuk profitabilitas yang lebih tinggi dari industri,” kata Teddy Tanoko, begitu akrab dipanggil.

Dari sisi total aset perseroan hingga Juni 2022 tercatat sebesar Rp 55,06 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 33,49 triliun. Total liabilitas pada semester I 2022 mengalami penurunan sebesar 10,4 persen dari posisi Desember 2021 menjadi Rp 21,56 triliun. Penurunan liabilitas itu seiring pembayaran utang pinjaman jangka panjang senilai Rp 5,1 triliun.

"Termasuk pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 4,3 triliun dengan menggunakan kelebihan kas dari aktivitas operasi dan melakukan pendanaan kembali pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah,” imbuh Teddy.