Sukses

Melihat Kinerja Emiten Bank BUMN hingga Semester I 2022, Siapa Juaranya?

Berikut rangkuman kinerja emiten bank BUMN hingga semester I 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten perbankan merilis laporan keuangan untuk periode enam bulan pertama tahun ini. Termasuk tiga bank pelat merah sudah menyampaikan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tiga bank tersebut, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia atau BRI (BBRI), dan Bank Negara Indonesia atau BNI (BBNI). Secara garis besar, tiga bank BUMN itu mencatatkan kinerja mentereng pada semester I 2022.

Capain itu turut mendapat apresiasi dari Menteri BUMN, Erick Thohir. Dia menilai, kinerja bank-bank pelat merah pada paruh pertama tahun ini salah satunya ditopang oleh digitalisasi. Sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih efisien dan menghasilkan pertumbuhan laba yang signifikan. "Alhamdulillah berkat transformasi dan digitalisasi, bank-bank BUMN bisa bekerja lebih efektif dan efisien dengan hasilnya yang bisa kita saksikan bersama-sama saat ini," kata Erick, dikutip Kamis (4/8/2022).

Lebih lanjut, simak uraian kinerja bank-bank BUMN berikut:

- Laba

Secara konsolidasian, BRI memimpin dengan pertumbuhan laba tertinggi. Hingga Juni 2022, perseroan secara konsolidasian berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 24,88 triliun, tumbuh 98,38 persen year on year (yoy).

Disusul BNI yang mencatatkan laba mencapai Rp 8,8 triliun, atau tumbuh 75,1 persen yoy. Di posisi selanjutnya ada Bank Mandiri yang berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 20,2 triliun atau tumbuh 61,7 persen.

- Penyaluran Kredit

Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi pada paruh pertama tahun ini. Pada periode tersebut, pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi per kuartal II 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22 persen.

Disusul BNI yang berhasil merealisasikan kredit sebesar Rp 620,42 triliun atau naik 8,9 persen yoy. Pada periode sama, grup BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75 persen yoy.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Dana Pihak Ketiga

- Dana Pihak Ketiga (DPK)

Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) tertinggi juga dicatatkan oleh Bank Mandiri. Hingga Juni 2022 mencapai Rp 1.318,42 triliun, tumbuh 12,76 persen yoy. Pencapaian tersebut juga menjadikan Bank Mandiri dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.

Selanjutnya BNI dengan pertumbuhan DPK sebesar 7 persen yoy mencapai Rp 691,84 triliun pada semester I 2022. Sementara BRI mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 3,7 persen menjadi 1.137 triliun

- Aset

Dari sisi aset, bukan hal baru jika Bank Mandiri menjadi juara. Hingga Juni 2022, aset Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13 persen yoy. Aset BNI naik 8,15 persen yoy menjadi Rp 946,5 triliun. Kondisi yang sama juga dicatatkan BRI, di mana total aset meningkat 6,37 persen yoy menjadi Rp 1.652,84 triliun pada akhir Juni 2022.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Sederet Ramalan BI soal Pertumbuhan Ekonomi, Kredit hingga Inflasi pada 2022

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan terdapat tiga pesan utama dalam peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia (LPI), Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI), serta Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (LEKSI) 2021.

“Ada tiga pesan utama yang kami sampaikan dari ketiga laporan ini . Satu, dalam laporan perekonomian Indonesia kami sampaikan secara rinci optimisme kami di tahun 2022.  Pertumbuhan ekonomi insyaallah akan lebih baik 4,7 sampai 5,4 persen,” kata Perry dalam peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia 2021, Rabu, 26 Januari 2022.

Kata Perry, pada 2022 inflasi memang akan naik tapi dapat dikendalikan sesuai sasaran 3 persen +- 1 persen. Kemudian, nilai tukar memang akan menjadi tekanan tahun ini, tapi komitmen BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar berkoordinasi dengan kementerian keuangan.

Perry pun mengajak insan perbankan untuk meningkatkan pembiayaan dan kredit perbankan. Bahkan, BI memprediksi kredit akan tumbuh lebih tinggi antara 7 persen hingga 9 persen.

“Mari kita tingkatkan kredit dan pembiayaan untuk pemulihan ekonomi. Dari situlah kekuatan dari Sinergi kebijakan ekonomi nasional,” ucapnya.

Dia menegaskan, kebijakan moneter memang akan BI lebih diarahkan untuk stabilitas, menjaga inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar karena adanya tekanan global. 

Namun, disamping itu ada 4 kebijakan lain, yakni makroprudensial, sistem pembayaran pasar, Ekonomi keuangan dan hijau, dan juga kebijakan internasional, BI akan terus dorong bersinergi dengan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi.

4 dari 4 halaman

Transformasi Ekonomi

Pesan kedua, BI telah melakukan transformasi besar-besaran yang telah dimulai sejak 2018. Misalnya, transformasi kebijakan, bauran kebijakan, transformasi organisasi dengan bisnis proses, reorganisasi lebih efektif dan lebih cepat, lebih dari itu BI juga melakukan transformasi di bidang sumber daya manusia.

“Knowledge, learning, budaya kerja lebih jauh begitu transformasi digital. Visi Kami adalah menjadi Bank Sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap perekonomian nasional dan terbaik di emerging market menuju Indonesia maju,” ujarnya.

Pesan ketiga, yakni dukungan BI bersama pemerintah dan berbagai pihak untuk membangun ekonomi agar terjadi inklusi keuangan,  yang sesuai dengan masyarakat Indonesia termasuk sesuai dengan ekonomi dan keuangan syariah.

“Dukungan kami sangat penuh dari pusat dan berbagai daerah 46 kantor di seluruh Indonesia dan luar negeri untuk mendukung pemerintah pak Teten Pak Luhut untuk Bagaimana UMKM menjadi daya dukung ekonomi. Kita lakukan digitalisasi untuk mendukung dan lebih dari itu adalah juga dukungan untuk Syariah,” pungkas Perry.