Sukses

BRIS Dikabarkan Rights Issue, Ini Kata Analis

Pengamat pasar modal, Reza Priyambada mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor bila hendak menyerap saham baru BRIS.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) dikabarkan akan melakukan rights issue pada kuartal III 2022.

Analis pasar modal menilai kinerja secara fundamental yang apik dari bank syariah terbesar di Indonesia tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.

Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan target dana yang akan diincar dalam rights issue BSI adalah sebesar Rp5 triliun. Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk memenuhi aturan free float dan ekspansi bisnis BSI.

Adapun, batas minimal free float atau saham publik yang beredar sebesar 7,5 persen, sedangkan kepemilikan publik di BRIS 7,08 persen.

Pengamat pasar modal, Reza Priyambada mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor bila hendak menyerap saham baru BRIS.

“Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat,” ujar dia belum lama ini seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (9/8/2022).

Sementara itu, BSI mencatat pertumbuhan laba signifikan per Juni 2022. Mengutip dari paparan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI selaku pemegang saham mayoritas, BSI membukukan laba Rp2,12 triliun atau naik lebih dari 40 persen secara tahunan. Selain itu, penyaluran pembiayaan BSI juga naik 18,5 persen yoy menjadi Rp191 triliun.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Kepemilikan Saham Publik Bertambah

Dengan demikian, kata Reza, harga saham baru akan menjadi menarik, karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku.

Pada pembukaan perdagangan Selasa, 9 Agustus 2022, saham BRIS bertengger pada level Rp1.580, setelah sebelumnya sempat terjun ke Rp1.285 pada awal Juli 2022. Reza juga menambahkan pertimbangan lain adalah likudiitas saham di pasar.

Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu. Adapun likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut.

Sementara itu, Pendiri Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam mengatakan tingginya minat investor dalam aksi korporasi yang dilakukan BSI nantinya tergantung pada rencana penggunaan dana segar tersebut

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Rencana Penggunaan Dana

Satu katalisator terbesar menurut dia adalah penggunaan dana untuk mengakuisisi unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Bila melihat kinerja, UUS BTN membukukan pertumbuhan laba yang tidak kalah baik dengan BSI. Pun, fokus utama BTN Syariah yang menggarap segmen KPR akan memperkaya kemampuan BSI dalam menyalurkan pembiayaan.

"Berkaca pada BBRI juga pernah rights issue karena waktu itu ada isu [pembentukan] holding ultra mikro [Pegadaian dan PNM]. Maka, tinggi [menarik bagi investor] bagaimana nanti dana rights issue ini mau digunakan untuk apa oleh BRIS," ujar Asep.

Selain itu, sentimen lainnya adalah apabila BSI dapat mengembangkan digitalisasi. Asep memandang digitalisasi akan lebih mudah lagi untuk mengerek sentimen positif, sebab kata kunci pertumbuhan adalah terletak pada generasi Z dan digitalisasi.

"Kalau BSI bisa masuk di bidang itu, BSI akan dikenal generasi Z dan digital bankingnya lebih dikenal juga oleh khalayak,” tutur dia.

4 dari 4 halaman

Bakal Luncurkan Super App

Direktur Information Technology BSI Achmad Syafii dalam satu kesempatan mengatakan, perusahaan akan meluncurkan aplikasi super atau super app pada awal 2023.

Dia mengungkapkan, super app baru akan mengusung teknologi dan behavior baru, misalnya micro services atau arsitektur layanan mikro. Micro services merupakan kerangka arsitektur yang dipakai sebagai model dalam pembuatan sistem cloud modern.

Sementara itu, dalam menerbitkan saham baru, menurut Asep, BSI akan diuntungkan satu faktor alami yang dimiliki oleh perusahaan berbasis syariah.

"Ada investor bank syariah yang tipikalnya loyalis, bukan oportunis ini untung atau tidak, tetapi karena saham syariah,” kata dia.

Adapun, dari sisi teknikal, saham BRIS terpantau cukup kuat untuk menjaga harga. Hal ini terlihat saat saham jatuh ke titik paling rendah tahun ini atau ke level Rp1.285, harganya kembali rebound ke level Rp1.500-Rp1.600.

Dalam satu kesempatan, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko, mengatakan bahwa ada sejumlah faktor pendorong di balik aksi korporasi BRIS.

"BSI akan didorong meningkatkan pangsa pasar di perbankan syariah dari 7 persen menjadi setidaknya 10 persen. BSI juga perlu memperluas jaringan, sehingga jangkauan bisnisnya lebih luas dan menjadi bank syariah yang universal,” kata dia.

Tiko menuturkan, penerbitan saham baru itu juga tidak lepas dari upaya mewujudkan visi BSI menjadi Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025.

"BSI akan menjadi instrumen utama bagi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia,” kata Tiko.