Sukses

Astra Agro Serap Belanja Modal Rp 497,2 Miliar pada Semester I 2022

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) siapkan belanja modal Rp 1,2 triliun-Rp 1,3 triliun pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 497,2 miliar sepanjang paruh pertama 2022.

Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Mario Gultom mengatakan, realisasi belanja modal itu lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 382,9 miliar.

"Itu disebabkan karena di tahun ini kita sudah lebih leluasa dengan adanya perbaikan covid-19. Jadi pergerakan kontraktor sudah lebih leluasa ke dalam kebun kita,” kata dia dalam Workshop Wartawan Pasar Modal oleh Astra, Rabu (10/8/2022).

Sebelumnya, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,2—Rp 1,3 triliun untuk tahun ini. Mario menambahkan, mayoritas belanja modal dialokasikan untuk perawatan tanaman yang belum menghasilkan. Kemudian sisanya akan dialokasikan untuk peremajaan mesin di pabrik.

"Untuk bisnis baru, sampai saat ini kita belum ada rencana capex untuk pengembangan bisnis baru,” imbuh dia.

Sebelumnya, Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan belanja modal tahun ini juga akan dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur digital. Inovasi tersebut dimaksudkan untuk operasional perusahaan agar lebih efisien.

"Tahun ini cukup besar untuk peremajaan peralatan-peralatan alat berat maupun transportasi yang dilengkapi dengan digital tracker. Sehingga tahu alat-alatnya ada di mana, berapa lama bekerja, dan sebagainya," kata Santosa.

Perseroan memang sudah merintis digitalisasi sejak 2017. Dimulai dengan fokus pada produksi di tiga tahun pertama, lalu mulai merambah pada perawatan, baik agronomi hingga infrastruktur di pabrik. Berlanjut, Perseroan kini mulai menjajaki digitalisasi back-end dengan bantuan artificial intelligence (AI) dan data analytics.

"Data yang sudah dikumpulkan tiga tahun pertama luar biasa banyaknya. Dengan machine learning, angka-angka di variabel agronomi dan produksi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dihitung untuk memproyeksikan produksi ke depan akan seperti apa," kata Santosa.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Astra Agro Belum Patok Target Akhir Tahun 2022

Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengaku belum bisa pasang target pendapatan maupun laba hingga akhir tahun. Hal itu lantaran perseroan masih mencermati perkembangan regulasi ekspor CPO yang acap berubah.

"Di semester II tahun ini kita cukup kagok dengan peraturan yang tidak stabil. Jadi kita agak susah untuk bisa menetapkan (target),” kata Direktur PT Astra agro Lestari Tbk, Mario Gultom dalam Workshop Wartawan Pasar Modal oleh Astra, Rabu, 10 Agustus 2022.

Sementara dari sisi produksi, perseroan tengah berupaya mengurangi persediaan yang ada. sehingga operasional ke depan dapat berjalan secara normal.

"Saat ini rata-rata tangki pabrik sudah hampir full. Strategi kami sekarang adalah segera mengurangi persediaan stok kita untuk dijual supaya bisa beroperasi secara normal,” imbuh dia.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Kinerja Semester I 2022

Mario menerangkan, larangan ekspor sempat berpengaruh pada pendapatan perseroan. Sementara pada saat bersamaan diberlakukan kebijakan DMO di mana harga jual yang berlaku lebih rendah dibanding harga CPO dunia.

"Pada Juni terlihat, di mana harga internasional di sekitar Rp 1.500 per Kg, di kita sudah turun jauh saat adanya larangan ekspor dan adanya DMO dan DPO,” kata Mario.

Sepanjang semester I 2022 perseroan berhasil mengukuhkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 809,31 miliar. Naik 24,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 649,34 miliar.

Raihan itu sejalan dengan pendapatan yang naik menjadi Rp 10,96 triliun pada semester I 2022 dibanding Rp 10,83 triliun pada semester I 2021.

Meski begitu, dari sisi produksi tandan buah segar (TBS) sepanjang paruh pertama tahun ini mengalami penurunan 12,1 persen menjadi 1,96 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,23 juta ton. Sedangkan produksi CPO turun 15,8 persen menjadi sebanyak 638 ribu ton dibanding semester I 2021 sebesar 758 ribu ton.

 

4 dari 5 halaman

Belanja Modal pada 2022

Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) siapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,3 triliun pada 2022. Belanja modal tersebut tak jauh berbeda dengan rencana tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun.

"Capex kita tahun untuk kita di tahun ini enggak jauh beda dengan tahun lalu. Kira-kira Rp 1,2—1,3 triliun tahun ini," kata Direktur PT Astra agro Lestari Tbk, Mario Gultom dalam paparan publik perseroan, Rabu, 13 April 2022.

Mario menambahkan, mayoritas belanja modal itu akan dialokasikan untuk replanting dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Kemudian sisanya akan dialokasikan untuk peremajaan mesin di pabrik.

Sebelumnya, Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan belanja modal tahun ini juga akan dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur digital. Inovasi tersebut dimaksudkan untuk operasional perusahaan agar lebih efisien.

"Tahun ini cukup besar untuk peremajaan peralatan-peralatan alat berat maupun transportasi yang dilengkapi dengan digital tracker. Sehingga tahu alat-alatnya ada di mana, berapa lama bekerja, dan sebagainya," kata Santosa.

 

5 dari 5 halaman

Investasi Digital

Perseroan memang sudah merintis digitalisasi sejak 2017. Dimulai dengan fokus pada produksi di tiga tahun pertama, lalu mulai merambah pada perawatan, baik agronomi hingga infrastruktur di pabrik. Berlanjut, Perseroan kini mulai menjajaki digitalisasi back-end dengan bantuan artificial intelligence (AI) dan data analytics.

"Data yang sudah dikumpulkan tiga tahun pertama luar biasa banyaknya. Dengan machine learning, angka-angka di variabel agronomi dan produksi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dihitung untuk memproyeksikan produksi ke depan akan seperti apa," kata Santosa.

Santosa mengatakan, investasi digital ini akan lebih banyak dialokasikan untuk perubahan proses bisnis menuju digital. Diperlukan infrastruktur untuk memfasilitasi perubahan tersebut.

“Cost terbesar lebih pada prosesnya termasuk call out untuk pabrik kita invest alat ukur untuk bisa digitize, timbangan digitize, pengukuran stock tangki pakai sensor. Jadi tidak bersih hanya ada digitalisasi. Tapi sebagai improvement di proses business-nya,” ujar dia.