Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Intiland Development Tbk (DILD) berada di zona merah hingga penutupan perdagangan saham sesi pertama, Jumat (12/8/2022) usai melonjak tajam pada Kamis, 11 Agustus 2022.
Mengutip data RTI, saham DILD melemah 2,05 persen ke posisi Rp 191 per saham. Pada pembukaan perdagangan, saham DILD naik 9 poin ke posisi Rp 204 per saham. Saham DILD berada di level tertinggi Rp 204 dan terendah Rp 182 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.094 kali dengan volume perdagangan 2.969.209 saham. Nilai transaksi saham Rp 53 miliar.
Baca Juga
Koreksi saham DILD terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot. IHSG turun 0,36 persen ke posisi 7.134. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.162,77 dan terendah 7.125,34. Sebanyak 259 saham menguat dan 214 saham melemah. 202 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 806.730 kali dengan volume perdagangan 20,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 6,9 triliun.
Advertisement
Sebelumnya pada perdagangan Kamis, 11 Agustus 2022, saham DILD melambung 30,87 persen ke posisi Rp 195 per saham. Saham DILD berada di level tertinggi Rp 198 dan terendah Rp 148 per saham. Total volume perdagangan 133.479.900 saham. Nilai transaksi Rp 23,4 miliar. Total frekuensi perdagangan 6.656 kali.
Pada periode 8-11 Agustus 2022, saham DILD menguat 31,76 persen ke posisi Rp 195 per saham. Selama hampir sepekan, saham DILD berada di level tertinggi Rp 198 dan terendah Rp 147 per saham. Total volume perdagangan 1.108.761.623 saham dengan nilai transaksi Rp 207,9 miliar. Total frekuensi perdagangan 7.128 kali.
Sepanjang 2022, saham Intiland Development menguat 25 persen ke posisi Rp 195 per saham. Saham DILD berada di level tertinggi Rp 198 dan terendah Rp 138 per saham. Total volume perdagangan 5.392.069.118 saham. Nilai transaksi Rp 961,4 miliar. Total frekuensi perdagangan 33.954 kali.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bikin Perusahaan Patungan
Sebelumnya mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), 8 Agustus 2022, PT Intiland Development Tbk melalui entitas anak PT Sinar Puspa Persada (SPP) dan Mitbana Urban Development Fund III Pte Ltd, entitas anak yang dimiliki Mitbana Urban Development Fund I Pte Ltd atau Mitbana Fund yang merupakan entitas investasi yang didirikan oleh Mitsubishi Corporation dan Surbana Jurong Capital Pte Ltd membentuk perusahaan usaha patungan.
Perusahaan patungan itu bernama PT Inti Mitbana Development (IMD) dengan struktur kepemilikan MUDF III sebesar 70 persen dan SPP sebesar 30 persen.
Perseroan menyatakan, melalui kerja sama ini, IMD akan alokasikan dana investasi Rp 1,1 triliun untuk pengembangan baru kawasan di Talaga Bestari, Tangerang.
"Dengan dibentuknya perusahaan patungan ini maka akan memberikan dampak positif bagi pengembangan perseroan,” ujar dia.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kinerja Kuartal I 2022
PT Intiland Development Tbk (DILD) menyampaikan kinerja sepanjang tiga bulan pertama 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan usaha Rp 562,5 miliar. Naik 2,15 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 550,6 miliar.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan dan beban langsung tercatat naik menjadi Rp 352,3 miliar di kuartal I 2022 dari sebelumnya Rp 293,5 miliar pada kuartal I 2021. Sehingga laba kotor Intiland Development turun menjadi Rp 210,1 miliar dari kuartal I 2021 sebesar Rp 257,1 miliar.
Perseroan menciptakan beban usaha Rp 79,3 miliar. Sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp 130,8 miliar, turun dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 173,3 miliar. Pada periode yang sama, beban lain-lain tercatat sebesar Rp 207,8 miliar. Naik dibanding kuartal I 2021 sebesar Rp 150,8 miliar.
Ekuitas pada rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama tercatat sebesar Rp 2,6 miliar. Berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 yang masih positif Rp 678,6 juta.
Setelah dikurangi pajak, perseroan mencatatkan rugi tahun berjalan Rp 99,7 miliar. Berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 yang catatkan laba Rp 747,3 juta.
Sementara rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 72,7 miliar. Kinerja itu berbanding terbalik dari posisi kuartal I 2021 dengan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,2 miliar.
Aset perseroan sampai dengan April 2022 tercatat sebesar Rp 16,6 triliun, naik tipis dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 16,5 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 6,8 triliun dan aset tidak lancar Rp 9,7 triliun.
Liabilitas sampai dengan Maret 2022 tercatat sebesar Rp 10,6 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 10,5 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 6,7 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 3,9 triliun. Sementara ekuitas hingga Maret 2022 turun menjadi Rp 5,9 triliun dari posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 6 triliun.
Prospek Sektor Saham Properti
Sebelumnya, Pemerintah melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Rumah selama sembilan bulan hingga September 2022. Hal itu menjadi katalis positif untuk sektor properti.
Namun, pada saat bersamaan, terdapat sentimen kenaikan suku bunga. Pengamat Pasar dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menilai, kenaikan suku bunga tersebut bisa menghambat sentimen positif dari perpanjangan PPN DTP Rumah.
"Akan ada dua sentimen yang bertolak belakang pada pergerakan saham-saham properti. Tentunya pelaku pasar akan kembali melihat sejauh mana demand dari masyarakat terhadap properti," kata Reza kepada Liputan6.com, Jumat, 11 Februari 2022.
Untuk rumah tapak dan apartemen, Reza menyebutkan kemungkinan permintaan masih tinggi. Namun, untuk lahan industri hingga high rise building dan perkantoran harus dicek lagi.
"Dari sini nantinya pelaku pasar bisa memilah saham mana yang masih ada potensi untuk bertumbuh," ujar dia.
Senada, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Bageur Stock, Andy Wibowo Gunawan menilai, perpanjangan insentif disertai potensi kenaikan suku bunga akan memberikan katalis beragam untuk sektor properti dalam jangka pendek.
"Strategi sahamnya tergantung kepada karakter masing-masing investor. Apabila investor yang memiliki horison investasi jangka pendek bisa mengambil kesempatan untuk ada posisi di sektor properti ketika ada katalis positif,” kata Andy.
Advertisement