Liputan6.com, Jakarta - PT Indosat Tbk (ISAT) melanjutkan perjalanan baru setelah penggabungan usaha. Sepanjang paruh pertama tahun ini, Indosat mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 50,3 persen menjadi Rp 22,53 triliun dari Rp 14,98 triliun pada semester I 2021.
Rinciannya, dari bisnis selular andil sebesar Rp 19,54 triliun atau naik 57,5 persen dibanding semester I 2021. Kemudian pendapatan dari multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) naik 14 persen menjadi Rp 2,62 triliun. Sisanya sekitar Rp 371,52 miliar berasal dari telekomunikasi tetap yang juga naik 31 persen dibanding semester I 2021.
Baca Juga
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, dari sisi beban juga mengalami kenaikan signifikan hingga 107,7 persen menjadi Rp 16,43 triliun dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 7,91 triliun. Bengkaknya beban pengeluaran ini rupanya berimbas pada laba perseroan yang menurun.
Advertisement
"Peningkatan ini utamanya diakibatkan oleh peningkatan di seluruh beban akibat penggabungan dua perusahaan,” jelas manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (18/8/2022).
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41,8 persen menjadi Rp 3,26 triliun pada semester I 2022 dari Rp 5,6 triliun pada semester I 2021. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 406,57 dari sebelumnya Rp 1.030.
"Hal itu utamanya disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial, sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan, yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan,” tulis manajemen.
EBITDA tercatat sebesar Rp 9,18 triliun atau naik 35,4 persen, imbas dari penggabungan usaha. EBITDA margin tercatat sebesar 40,7 persen pada semester I 2022. Dari sisi aset sampai dengan Juni 2022 naik menjadi Rp 104,43 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 63,4 triliun.
Terdiri dari aset lancar Rp 16,6 triliun dan aset tidak lancar Rp 87,34 triliun, Kemudian dari sisi liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 74,16 triliun, naik dibanding posisi akhir Desember 2922 sebesar Ro 53,09 triliun.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek Ro 38,36 triliun, dan liabilitas jangka panjang Rp 58,38 miliar. Sementara ekuitas naik menjadi Rp 3,37 triliun dari Rp 63,4 triliun pada akhir Desember 2021.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Basis Pelanggan
Setelah penggabungan usaha perseroan, pelanggan naik 59,7 persen menjadi 96,2 juta pelanggan pada semester I 2022.
Peningkatan pelanggan ini sedikit berimbas pada penurunan average revenue per user (ARPU) menjadi Rp 33,5 ribu pada semester I 2022, dari sebelumnya Rp 34 ribu pada semester I 2021.
Perluasan basis pelanggan menghasilkan pertumbuhan trafik data yang kuat sebesar 98,2 persen YoY pada semester I 2022. Selain itu, cakupan jaringan Perusahaan juga meningkat seiring peningkatan jumlah BTS 4G yang mencapai 55 ribu, sehingga mampu menangani peningkatan trafik yang tinggi.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (18/8/2022), saham ISAT stagnan Rp 7.325 per saham. Saham ISAT berada di level tertinggi Rp 7.425 dan terendah Rp 7.200 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.458 kali dengan volume perdagangan 57.684 lot saham. Nilai transaksi Rp 42,2 miliar.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kembangkan Data Center di Indonesia
Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), gandeng BDX Asia Data Center Holdings Pte Ltd untuk mengembangkan bisnis data center di Indonesia.
Sekretaris perusahaan PT Indosat Tbk, Billy Nikolas Simanjuntak mengungkapkan, perseroan berencana membentuk usaha patungan (joint venture) senilai Rp 3,3 triliun.
"Pada 12 Mei 2022, Perseroan, PT Aplikanusa Lintasarta, PT Starone Mitra Telekomunikasi (SMT) dan BDX Asia Data Center Holdings Pte. Ltd telah menandatangani suatu perjanjian jual beli saham bersyarat dan perjanjian usaha patungan," beber Billy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (13/5/2022).
Nantinya, perjanjian akan dilengkapi dengan serangkaian perjanjian komersial dan operasional. Hal itu memungkinkan para pihak untuk berkolaborasi dalam mengembangkan SMT sebagai perusahaan data center terkemuka di Indonesia.
"Estimasi nilai rencana transaksi adalah Rp 3,3 triliun. Ketika rencana transaksi diselesaikan, setelah memenuhi syarat pendahuluan, transaksi tersebut akan diungkapkan kepada OJK sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik untuk transaksi afiliasi maupun material," imbuh Billy.
Selain dampak transaksi, hingga dikeluarkan pemberitahuan tersebut, Billy menjelaskan tidak ada dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha Perseroan.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 12 Mei 2022, saham ISAT melemah 4,17 persen ke posisi Rp 5.750 per saham. Saham ISAT berada di level tertinggi Rp 6.050 dan terendah Rp 5.725 per saham. Total volume perdagangan 4.942.713 saham. Nilai transaksi Rp 28,8 miliar. Total frekuensi perdagangan 2.482 kali.
Sepanjang 2022, saham ISAT melemah 7,26 persen ke posisi Rp 7.400 dan terendah Rp 5.000 per saham. Total volume perdagangan 2.240.072.374 saham. Nilai transaksi Rp 14,3 triliun. Total frekuensi perdagangan 265.895 kali.