Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 2023 sekitar Rp 44 triliun. Dividen itu naik 9,1 persen dibandingkan outlook 2022. Analis menilai hal itu membuat emiten-emiten BUMN berpotensi untuk meningkatkan kinerja.
"Dengan perekonomian yang kian membaik dan mobilitas masyarakat perlahan kembali normal, membuat kinerja emiten-emiten BUMN berpotensi untuk mengalami peningkatan kinerja,” kata Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora kepada Liputan6.com, Jumat (19/8/2022).
Baca Juga
Andhika juga mengungkapkan, dengan dongkrak target dividen BUMN menjadi katalis positif karena akan membuat emiten BUMN meningkatkan kinerjanya.
Advertisement
Sedangkan, Andhika prediksi dari sektor perbankan dan telekomunikasi yang akan menyumbang dividen terbesar dari emiten BUMN.
"Sektor perbankan dan telekomunikasi akan tetap menjadi penyumbang dividen terbesar,” kata Andhika.
Kemudian, untuk rekomendasi sahamnya, Andhika memilih saham antara lain BBRI dan TLKM.
"BBRI buy on weakness, support 3.960, target penguatan 5.000 dan TLKM buy on weakness, support 4.350, target penguatan 5.100,” ungkapnya.
Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, DPR baru-baru ini menyetujui Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 73,2 triliun. Terbilang wajar jika pemerintah menaikan target dividen bagi emiten BUMN.
“Sehingga wajar sebagai imbalannya juga ditentukan dividen yang meningkat tersebut untuk negara,” kata Cheryl.
Cheryl menuturkan, secara harga, saham-saham terapresiasi dan tercermin dari indeks IDX BUMN naik 22 persen secara tahunan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Memilih Saham
Sejalan dengan Andhika, Cheryl pun prediksi sektor perbankan akan sumbang dividen terbesar dari emiten BUMN.
“Sektor perbankan secara historical pemberi dividen terbesar, diperkirakan hal ini masih berlanjut hingga tahun depan,” ujar dia.
Untuk saham yang bisa dicermati pelaku pasar, Cheryl memilih saham antara lain, BBRI, BBNI, dan TLKM.
“BBRI, BBNI, TLKM buy target 5-10 persen,” ujarnya.
Tak hanya itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta juga memberikan rekomendasi saham BUMN, yakni BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, PTBA, dan ANTM.
Mengutip nota keuangan dan RAPBN 2023, peningkatan dividen didorong adanya proyeksi peningkatan kinerja keuangan BUMn pada 2022 seiring kondisi ekonomi yang membaik setelah terdampak signifikan pandemi COVID-19.
Dalam rangka pencapaian target dalam RAPBN 2023, kebijakan dividen BUMN tetap diarahkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek.Dividen BUMN pada 2023 diharapkan meningkat seiring dengan peningkatan kinerja BUMN yang didorong oleh perbaikan ekonomi makro dan juga keberhasilan restrukturisasi BUMN.
Selain itu, penentuan besaran dividen BUMN dilakukan dengan tetap mempertimbangkan profitabilitas, kemampuan kas dan likuiditas perusahaan, kebutuhan untuk rencana pengembangan, persepsi investor, regulasi dan covenant, serta pelaksanaan/penyelesaian penugasan Pemerintah kepada BUMN.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Negara Kantongi Dividen BUMN Rp 37,9 Triliun hingga Juli 2022
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, sampai dengan 31 Juli 2022, pemerintah telah membukukan dividen yang berasal dari perusahaan BUMN sebesar Rp 37,9 triliun.
Adapun tiga BUMN penyumbang dividen terbesar yakni PT Bank BRI (Persero) Tbk sebesar Rp 14,05 triliun, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar Rp 8,75 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom sebesar Rp 7,74 triliun.
Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam dan Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu Kurnia Chairi menyampaikan, pertumbuhan penerimaan dividen ini juga sempat merosot tajam akibat pandemi Covid-19.
Penerimaan dividen pada 2020 lalu turun menjadi Rp 44,60 triliun dari sebelumnya Rp 50,63 triliun di 2019. Pendapatan negara pun semakin kecil menjadi Rp 30,50 triliun pada 2021 silam.
Namun, Kurnia optimistis dividen tahun ini bisa tumbuh positif, dimana setelah hingga 7 bulan awal 2022 negara telah mengantongi Rp 37,9 triliun.
"Seiring pertumbuhan ekonomi yang makin membaik, di tahun 2022 penerimaan dividen BUMN diproyeksikan akan tumbuh positif," ujar dia dalam sesi bincang-bincang bersama media, Jumat, 12 Agustus 2022.
Disebutkan Kurnia, realisasi Rp 37,9 triliun tersebut lebih besar dari target Perpres 98/2022, hingga sebesar 102,2 persen. Kontribusinya berasal dari klaster perbankan, telekomunikasi, industri mineral dan batu bara, serta logistik.
PMN
Selain menerima untung, Kurnia mengatakan, pemerintah juga dapat memberikan dukungan kepada perusahaan pelat merah melalui penyertaan modal negara (PMN), penjaminan, ataupun pinjaman.
Pemberian PMN dilakukan dalam rangka memperbaiki struktur permodalan dan kapasitas usaha BUMN untuk meningkatkan perannya. Sehingga mampu mendukung pelaksanaan berbagai program pemerintah.
"Sejak tahun 2005 hingga 2021, pemerintah telah menempatkan investasi sekitar Rp 369,17 triliun ke BUMN sebagai PMN. Alokasi PMN sejak tahun 2015 meningkat secara signifikan, antara lain di bidang infrastruktur dan konektivitas, energi, ketahanan pangan, serta kemandirian ekonomi nasional," bebernya.
Advertisement