Liputan6.com, Jakarta - Emiten rumah sakit, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatatkan penurunan pendapatan dan laba pada semester I 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (29/8/2022), PT Siloam International Hospitals Tbk mengalami penurunan pendapatan 4,93 persen menjadi Rp 4,40 triliun pada semester I 2022, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya pendapatan mencapai Rp 4,63 triliun.
Baca Juga
Pendapatan tersebut berasal dari spesialis yang meningkat 18,22 persen menjadi Rp 977,92 miliar dari Rp 827,18 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu, pendapatan dari non-spesialis mengalami penurunan 9,95 persen menjadi Rp 3,42 triliun, sebelumnya Rp 3,81 triliun.
Advertisement
Beban pokok pendapatan meningkat 2,03 persen dari Rp 2,85 triliun pada semester I 2021 menjadi Rp 2,90 triliun pada semester I 2022. Laba bruto tercatat Rp 1,50 triliun pada 2022, laba bruto itu menurun 16,03 persen dibandingkan 2021 sebesar Rp 1,78 triliun.
Perseroan mencatat beban usaha Rp 1,11 triliun pada semester I 2022. Beban usaha itu turun 3,4 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,15 triliun. Beban lain-lain turun dari Rp 142,26 miliar pada semester I 2021 menjadi Rp 64,11 miliar pada semester I 2022. PT Siloam International Hospitals Tbk mencatat laba usaha turun 34,19 persen menjadi Rp 325,19 miliar pada 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 494,15 miliar.
PT Siloam International Hospitals Tbk pun mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 210,30 miliar pada semester I 2022. Laba itu turun 30,5 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, Rp 302,69 miliar.
Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat laba per saham dilusi Rp 16,23 pada semester I 2022 dari periode semester I 2021 sebesar Rp 23,39.
Total liabilitas perseroan mencapai Rp 2,62 triliun pada semester I 2022. Total liabilitas itu turun dari periode Desember 2021 sebesar Rp 2,78 triliun. Total ekuitas naik menjadi Rp 6,54 triliun pada semester I 2022 dari periode Desember 2021 Rp 6,52 triliun.
Total aset turun dari Rp 9,30 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp 9,17 triliun pada semester I 2022. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 1,27 triliun pada 2022
MySiloam
Sebelumnya, Lippo Group terus mengembangkan bauran layanan di rumah sakit secara digital, mendorong kinerja SILO kian moncer dan demi memajukan industri kesehatan di Indonesia.
Layanan digital telehealth PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) yakni MySiloam salah satunya yang kini menunjukkan perkembangan kinerja.
Dalam riset yang diterbitkan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan keberadaan MySiloam akan menjadi penopang kinerja rumah sakit di bawah Lippo Group itu. Buktinya, terjadi peningkatan signifikan layanan berbasis digital MySiloam.
Pada 2021, pemeriksaan pasien melalui MySiloam melesat 546 persen YoY (year on year), dan sejak awal tahun 2022 akses pasien di MySiloam terus bertumbuh.
Dengan kekuatan jaringan rumah sakit plus penguatan digital, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi SILO akan mampu membukukan pendapatan Rp 8,128 triliun dan laba bersih Rp511 miliar pada tahun ini.
Sejauh ini, SILO menjadi pionir layanan digital kesehatan atau telehelath yang langsung digawangi rumah sakit.
Advertisement
Strategi Digitalisasi
Melalui MySiloam memungkinkan pasien SILO untuk membuat janji dengan dokternya, baik itu konsultasi offline atau online melalui aplikasi.
Dengan memanfaatkan gawai, para pasien dan dokter juga dapat mengakses catatan rekam medis sehingga proses penanganan dapat berkesinambungan.
MySiloam merupakan jembatan antara pasien dengan layanan rumah sakit, sekaligus memenuhi kebutuhan kesehatan jarak jauh yang terhubung dengan 1.000 dokter.
Keberadaan MySiloam ini merupakan wujud nyata strategi yang diterapkan Lippo Group dalam merambah dunia digital, khususnya di bawah Direktur Eksektutif Lippo Group John Riady.
Sosok ini pun dikenal sebagai pionir usaha ventura yang mengembangkan dan berhasil membesarkan berbagai usaha rintisan digital.
John mengungkapkan strategi digitalisasi yang dijalani SILO selalu mengacu garis besar pengembangan Lippo Group.
Meski terlihat sangat pro digitalisasi, dia menyimpulkan gerak masif teknologi informasi tidak seharusnya meninggalkan model bisnis konvensional.
Kolaborasi
John menilai apa yang dirintis SILO melalui MySiloam merupakan kolaborasi layanan kesehatan konvensional dengan teknologi digital.
"Sejak awal saya meyakini bahwa tidak ada serba digital yang vis a vis dengan layanan konvensional, keduanya harus dikolaborasikan. Istilah kerennya omnichannel,” kata John.
Dia menjelaskan strategi omnichannel ini tidak saja terdapat pada SILO, melainkan pula di berbagai lini bisnis Lippo Group. Selain SILO, jelas John, MPPA (Matahari Putra Prima) juga telah berkolaborasi dengan Tokopedia.
John meyakini bahwa perkembangan digital harus saling memperkuat dengan layanan konvensional, terlebih lagi untuk karakter masyarakat Indonesia.
"Kalau di sini untuk segmen ritel, belanja daring itu masih 10 persen, sedangkan 60 persen masih pasar tradisional, sisanya ritel modern. Jadi memang harus omnichannel,” tegasnya.
Advertisement