Sukses

Wall Street Lesu Usai Libur, Investor Menimbang Data Ekonomi AS

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 173,14 poin atau 0,55 persen ke posisi 31.145,30.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 6 September 2022 di tengah sesi perdagangan yang bergejolak. Hal ini seiring investor menimbang data ekonomi yang kuat dan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang lebih ketat.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 173,14 poin atau 0,55 persen ke posisi 31.145,30. Hal itu didorong saham defensif antara lain Johnson&Johnson dan Coca Cola.

Indeks S&P 500 tergelincir 0,41 persen ke posisi 3.908,19. Indeks Nasdaq susut 0,74 persen ke posisi 11.544,91. Indeks Nasdaq membukukan koreksi dalam tujuh hari, terpanjang sejak 2016.

Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi melonjak sehingga menambah beban di saham. Imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 0,16 persen ke posisi 3,353 persen. Imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harga.

Selain itu, pergerakan wall street terjadi setelah data ISM pada Agustus 2022 lebih kuat dari yang diharapkan ke posisi 56,9 dari harapan 55,5. Laporan tersebut mengikuti rilis pekerjaan pada Jumat, 2 September 2022 yang mengalahkan harapan wall street menunjukkan ekonomi AS yang lebih solid daripada yang diantisipasi.

Kedua laporan tersebut muncul menjelang pertemuan the Federal Reserve pada September 2022. The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga lagi. Data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dapat berarti bank sentral terus bertindak agresif dalam menaikkan suku bunga.

 

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Pada Jumat, 2 September 2022, rata-rata utama menutup pekan melemah dalam tiga minggu berturut-turut. Indeks Nasdaq membukukan koreksi dalam enam hari dan susut 1,3 persen. Indeks Dow Jones melemah 1,1 persen.  Indeks S&P 500 susut 1,1 persen, level terendah sejak Juli 2022.

“Berharap berbalik arah menguat, dan rekam jejak kinerja selama September yang buruk. Koreksi sedikit lebih jarang selama tiga dekade terakhir, tetapi volatilitas lebih tinggi,” ujar Direktur Pelaksana E-Trade dari Morgan Stanley seperti dikutip dari CNBC, Rabu (7/9/2022).

Pada pekan ini, investor menantikan pidato dari Presiden the Federal Reserve (the Fed) dan keputusan kenaikan suku bunga dari bank sentral Eropa yang akan dirilis akhir pekan ini.

Adapun sejumlah saham yang menjadi penggerak di wall street antara lain saham Bed Bath and Beyond turun 16,7 persen pada Selasa pekan ini.

Saham FedEx susut 2,5 persen setelah Citi downgrade FedEx menjadi netral dari beli. Saham Alibaba turun 3,65 persen setelah China mengumumkan pembatasan imbas COVID-19 di Shenzhen yang mulai Senin, 5 September 2022.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 2 September 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 2 September 2022. Wall street tertekan setelah laporan pekerjaan AS pada Agustus 2022 yang solid gagal meredakan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga secara agresif untuk melawan inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 337,98 poin atau 1,1 persen ke posisi 31.318,44. Indeks S&P 500 melemah 1,1 persen ke posisi 3.924,26, terendah sejak Juli 2022. Indeks Nasdaq melemah 1,3 persen ke posisi 11.630,86, dan mencatat penurunan beruntun dalam enam hari sejak 2019.

Semua indeks acuan rata-rata melemah dalam sepekan sehingga menjadikannya minggu negatif dalam tiga minggu berturut-turut setelah merosot pada akhir Agustus 2022. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 3 persen dan 3,3 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 4,2 persen.

“Masih ada banyak kegelisahan tentang apa yang akan kita lihat selama beberapa bulan ke depan,” ujar Analis Investasi AS di eToro, Callie Cox dikutip dari CNBC, Sabtu (3/9/2022).

Ia mengatakan, inflasi dan pasar kerja kembali seimbang tetapi beberapa biayanya menjadi pertanyaan. “Pasar masih mencari tahu itu. Lebih buruk lagi, S&P 500 terjebak di zona bahaya, di bawah tiga rata-rata pergerakan besarnya,” kata dia.

Wall street tertekan selama sepekan ini oleh komentar hawkish dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) yang menunjukkan kenaikan suku bunga tidak akan hilang dalam waktu dekat.

4 dari 4 halaman

Pelaku Pasar Waspada

Itu membuat pelaku pasar waspada untuk menguji posisi terendah pada Juni 2022, terutama mengetahui September secara historis merupakan bulan yang buruk bagi pasar. Sejumlah pihak menyarankan jika S&P 500 gagal mempertahankan level 3.900, posisi terendah pada musim panas dapat kembali masuk.

Beberapa investor secara singkat terhibur dengan laporan pekerjaan AS. Data laporan pekerjaan menunjukkan ada tambahan 315.000 pekerjaan pada bulan ini, tepat di bawah perkiraan Dow Jones sebesar 318.000.

Tingkat pengangguran naik menjadi 3,7 persen. Laporan Agustus sangat penting karena ini salah satu laporan ekonomi utama terakhir yang akan dipertimbangkan the Fed sebelum menaikkan suku bunga pada pertemuan September. Titik data ini bisa membantu bank sentral menentukan apakah kenaikan suku bunga 75 basis poin.

Laporan ekonomi utama terakhir yang dicatat adalah inflasi Agustus pada 13 September 2022, dan lebih mungkin menentukan seberapa agresif the Fed dalam waktu dekat.

Perdagangan saham pada Jumat sore waktu setempat mungkin memberikan déjà vu kepada pelaku pasar veterean karena secara historis September mungkin bulan terburuk untuk saham.