Sukses

Terkait Rencana Masuk Metaverse, Bank Permata Sebut Belum Jadi Kebutuhan

Direktur Utama Permata Bank, Meliza M. Rusli mengatakan metaverse belum menjadi kebutuhan krusial nasabah saat ini

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) belum ada rencana untuk melebarkan sayap ke dunia virtual metaverse. Direktur Teknologi dan Operasi PermataBank, Abdy Salimin mengatakan, meski tak mengesampingkan adaptasi teknologi, perseroan lebih fokus untuk menyelesaikan persoalan yang saat ini dihadapi nasabah. Sementara metaverse dinilai belum terlalu mendesak untuk direalisasikan.

“Bagi kami yang paling penting itu bagaimana kita bisa pecahkan masalah nasabah saat melakukan transaksi perbankan. Kalau metaverse use case-nya harus kita cari hati-hati. Use case problem yang harus kita solve harus jelas, kalau teknologinya aja gak terlalu efektif,” kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/9/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Permata, Meliza M. Rusli mengatakan metaverse belum menjadi kebutuhan krusial nasabah saat ini. Namun, bukan berarti perseroan tidak akan bergabung dalam metaverse pada masa mendatang.

“Metaverse belum jadi kebutuhan utama dalam kegiatan perbankan sehari-hari. Nanti kalau suatu hari metaverse memang diperlukan berarti kita sudah harus siap ke arah sana,” imbuh dia.

PermataBank terus berinvestasi dalam teknologi digital yang mendukung pertumbuhan volume dan penjualan yang lebih cepat. Selama tengah tahun pertama 2022 jumlah total transaksi e-channel Bank meningkat 24,2 persen yoy serta jumlah pengguna PermataMobile X meningkat 42 persen yoy.

2 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Bank Permata Tbk (BNLI) kembali mencetak pencapaian kinerja yang solid sepanjang semester I 2022 yang merupakan hasil penerapan strategi bisnis secara pruden, konsisten dan berkesinambungan yang tercermin dari pertumbuhan aset, likuiditas dan laba bersih. 

Di tengah upaya Pemerintah Indonesia menjaga stabilitas ekonomi nasional dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi global serta optimisme dari presidensi G20 di Indonesia, Bank Permata mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,4 triliun atau tumbuh 123,7 persen secara tahunan. 

Pertumbuhan laba bersih ini dikontribusi dari pendapatan operasional sebesar Rp5,6 triliun atau tumbuh sebesar 13,6 persen secara tahunan didukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 6,7 persen secara tahunan.

Pencapaian ini semakin mengukuhkan posisi Bank Permata sebagai universal bank dalam memberikan produk dan layanan pada seluruh segmen lintas generasi serta memperkuat posisi Bank di jajaran 10 bank komersial terbesar di Indonesia.

Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli mengungkapkan, keberhasilan Bank Permata dalam semester pertama ini merupakan usaha bersama pihaknya dalam menerapkan strategi perusahaan untuk terus perkuat inovasi produk dan jasa perbankan digital, memperdalam kemitraan strategis, dan menjadi bagian dari keseharian nasabah dalam melakukan transaksi keuangan. 

“Ke depannya kami akan terus menjaga pertumbuhan dan  profitabilitas berkelanjutan melalui pertumbuhan kredit sehat serta manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian yang baik,” kata Meliza dalam keterangan resminya, Selasa (6/9/2022).

3 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Bank Permata juga mencapai pertumbuhan aset sebesar 7,9 persen secara tahunan menjadi sebesar Rp 230 triliun.  Lebih lanjut, biaya pencadangan kredit menurun sebesar 33,9 persen menjadi Rp 994 miliar dibandingkan Rp1,5 triliun tahun lalu seiring dengan perbaikan kualitas kredit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  

Dampak penurunan biaya pencadangan kredit ini juga terlihat dalam perbaikan rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) menjadi sebesar 74,2 persen atau membaik 11,8 persen dibandingkan rasio BOPO pada semester pertama tahun lalu sebesar 86 persen.   

Bank Permata berkomitmen dalam penyaluran kredit kepada masyarakat yang tumbuh 11,4 persen secara tahunan menjadi sebesar Rp134,7 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi dan KPR masing-masing sebesar 14,2 persen dan 19,5 persen.  

Sejalan dengan hal ini, rasio RIM Bank juga mengalami perbaikan menjadi 78 persen dari sebelumnya 70 persen pada kuartal I tahun 2022. 

Namun demikian, Bank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat ketidakpastian kondisi ekonomi global dan dampak pandemi yang masih terus berlanjut di mana hal ini berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.   

 

4 dari 4 halaman

Kinerja NPL

Rasio NPL gross pada akhir Juni 2022 terjaga pada level 3,1 persen membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2 persen.  Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,5 persen dibandingkan dengan 0,7 persen pada akhir Desember 2021 lalu.  

Rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 230 persen, atau meningkat dibandingkan 218 persen di periode yang sama tahun lalu. Bank terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.  

Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah tumbuh solid sebesar 10,3 persen (secara tahunan) terutama dikontribusi dari pertumbuhan Giro sebesar 37,7 persen dan Tabungan sebesar 11,2 persen sesuai dengan strategi Bank untuk terus memfokuskan pertumbuhan CASA yang merupakan sumber dana murah dan stabil, dalam upaya pengembangan waralaba deposito Bank.