Liputan6.com, Jakarta - Saham multibagger adalah saham yang dapat memberikan keuntungan hingga berkali-kali lipat dari harga perolehan. Saham-saham multibagger sangat cocok bagi investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang.
Istilah saham multibagger pertama kali diperkenalkan oleh seorang investor saham kawakan yakni Peter Lynch dengan bukunya yang berjudul One Up on Wall Street. Kata “bags” diambil dari istilah dalam olahraga baseball yang artinya poin yang harus dilampaui oleh pemain agar dapat memenangkan pertandingan.
Baca Juga
Namun, untuk menemukan perusahaan dengan potensi multibagger tidak mudah. Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Yazid Muamar, memberikan tips dan strategi investasi untuk mencari perusahaan dengan potensi multibagger sebagai berikut seperti dikutip dari keterangan tertulis, ditulis Minggu (11/9/2022):
Advertisement
1.Harga saham undervalue atau lebih murah dibandingkan nilai buku atau nilai intrinsiknya
Hal ini untuk memaksimalkan keuntungan yang mungkin dapat diperoleh. Dengan membeli saham dengan harga murah, maka berpotensi mendapatkan keuntungan yang optimal.
Banyak pakar menyarankan untuk membeli saham calon multibagger ketika harganya masih di bawah Rp1.000/lembar. Tentu hal ini bukan kewajiban, namun merupakan saran yang sangat baik agar kesempatan memperoleh keuntungan lebih besar.
2. Perusahaan memiliki fundamental keuangan yang kuat
Jika kita ingin menyimpan suatu saham untuk beberapa tahun ke depan, tentu kita perlu memastikan bahwa perusahaan tersebut mampu bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Fundamental keuangan perusahaan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.
Beban Utang dalam Level yang Wajar
3. Beban utang perusahaan berada pada level yang wajar
Sebaiknya hindari perusahaan yang memiliki utang sangat banyak, bahkan melebihi nilai kas dan aset yang dimiliki. Hal ini terlalu riskan untuk masa depan perusahaan tersebut.
4. Kinerja perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil dalam beberapa tahun terakhir
Kita dapat mempelajari kinerja keuangan perusahaan di masa lalu untuk memprediksi kinerja di masa depan. Perusahaan harus mampu menghasilkan profit yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
5. Prospek bisnis yang cerah di masa depan
Tidak semua industri bisa bertahan dalam puluhan tahun. Ada beberapa lini bisnis yang memasuki masa sunset industry. Perusahaan perlu melakukan adaptasi dan terobosan baru agar mampu bertahan. Lakukan analisismu sendiri apakah prospek bisnis perusahaan tersebut tampak cerah di masa depan atau tidak.
Advertisement
Pembelian Saham
6. Beli ketika PER dan PBV Saham Rendah
Berinvestasi pada saham multibagger investor tidak bisa mengandalkan jangka waktu yang singkat, minimal 1 tahun sampai 5 tahun. Membeli saham saat PER (Price to Earning Ratio) rendah. Saham dengan PER rendah menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi daripada saham dengan PER tinggi, PER boleh rendah asalkan perusahaan tersebut mempunyai potensi pertumbuhan pendapatan.
PER merupakan indikator fundamental untuk membandingkan harga saham dengan keuntungan perusahaan. PER sebuah perusahaan di bawah 10 umumnya dipandang rendah.
Sementara, PBV atau Price to Book Value mencerminkan nilai aset terhadap harga pasar. Saham dengan PBV rendah mampu memberikan pengembalian yang besar dalam jangka panjang.
Akan tetapi, investor tetap perlu memastikan lagi kalau saham dengan PBV rendah ini harus layak beli dengan pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan. Sebab, saham PBV rendah dengan rekam jejak dan pengelolaan beban utang perusahaan yang baik dapat menghadirkan peluang investasi yang besar.
Benjamin Graham, Bapak Value Investing, memiliki formula ajaib dalam hal memilih saham multibagger. Ia menerapkan batas maksimal dari hasil perkalian rasio PER dan PBV, yakni 22,5. 15 kali untuk PER dan 1,5 kali untuk PBV. Bila nilai kedua rasio melebihi dari angka tersebut, maka saham dinilai tidak layak beli meskipun berfundamental bagus.
Selanjutnya
7. Beli saham di bawah Net Current Asset Value (NCAV)
Net Current Asset Value (NCAV) atau nilai aset lancar bersih adalah indikator value investing yang diperkenalkan oleh Benjamin Graham. Investor sebaiknya membeli saham yang harganya di bawah NCAV.
Perhitungan NCAV ini hanya memperhitungkan aset lancar yang terdiri dari uang tunai dan aset lain yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam waktu satu tahun, seperti piutang dan inventory (persediaan).
NCAV menjadi tolok ukur yang baik dalam menilai sebuah perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi likuidasi. Menurut Graham kalau saham dijual di bawah nilai likuidasi, bisa jadi harganya terlalu murah atau perusahaan akan likuidasi.
Advertisement