Sukses

Adaro Energy Optimistis Permintaan Batu Bara Masih Tinggi hingga Akhir Tahun

Direktur Pemasaran PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO), Hendri Tan mencermati permintaan batu bara dari Eropa akan meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) optimistis penjualan batu bara pada semester II 2022 masih akan tinggi. Keyakinan itu didukung perkiraan kebutuhan batu bara yang masih tinggi jelang musim dingin.

Pada saat bersamaan, Direktur Pemasaran PT Adaro Indonesia Tbk, Hendri Tan mencermati permintaan batu bara dari Eropa akan meningkat, sehubungan dengan terbatasnya pasokan gas ke Eropa dari Rusia.

"Memasuki musim dingin ini juga jadi perhatian pemerintah di berbagai negara. Dan ini akan meningkatkan permintaan batu bara mendekati musim dingin akhir tahun ini,” kata dia dalam Public Expose Live 2022, Senin (12/9/2022).

Chief Financial Officer PT Adaro Energy Indonesia Tbk, Lie Lukman mengakui, pendapatan perseroan sampai dengan akhir tahun tergantung pada harga batu bara. Meski begitu, perseroan juga berupaya mengoptimalkan dari sisi produksi untuk memaksimalkan pendapatan perseroan hingga akhir tahun. Di mana perseroan berusaha untuk bisa mencapai target produksi yang sudah ditentukan, yaitu 58—60 juta ton untuk tahun ini.

"Kami akan fokus pada apa yang kami bisa kontrol, apa yang bisa kami siapkan di lapangan. Misalnya infrastruktur dan alat produksi yang cukup sehingga target bisa kami capai. Sedangkan untuk harga batu bara sendiri masih cukup kuat. Jadi secara garis besar kami optimis untuk paruh kedua tahun ini,” kata Lukman.

Adaro Energy Indonesiaberhasil meningkatkan produksi sebesar 6 persen yoy pada semester I 2022, menjadi 28 juta ton dari 26,5 juta ton pada semester I 2021. Peningkatan produksi membantu kenaikan penjualan batu bara sebesar 7 persen menjadi 27,5 juta ton pada semester I 2021 dari 25,8 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Sejalan dengan itu, pendapatan perseroan tumbuh 126,61 persen menjadi USD 3,54 miliar atau sekitar Rp 52,69 triliun dari USD 1,56 miliar pada semester I 2021. Alhasil, perseroan berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,21 miliar, naik 613,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 169,96 juta.

 

 

2 dari 4 halaman

Realisasi Belanja Modal Semester I 2022

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD 157 juta atau sekitar Rp 2,33 triliun (kurs Rp 14.847,90 per USD) hingga semester I 2022.

Chief Financial Official Adaro Energy Indonesia (ADRO) Lie Lukman mengatakan, sebagian besar belanja modal dialokasikan untuk peremajaan alat produksi.

“Realisasi sampai semester I 2022 itu USD 157 juta. Di mana rinciannya kebanyakan digunakan untuk peremajaan alat produksi dan penambahan alat produksi yang baru,” kata dia dalam konferensi pers usai Public Expose Live 2022, Senin (12/9/2022).

Dalam perhitungannya, peremajaan dan pengadaan alat baru tidak bisa dilakukan serta merta. Sehingga tahun depan perseroan juga akan mengalokasikan sebagian besar belanja modal untuk kebutuhan tersebut. Sayangnya, Lukman tak menyebutkan berapa total belanja modal yang disiapkan untuk tahun depan.

Sementara untuk tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar USD 300 juta—450 juta. Angka itu naik sekitar dua kali lipat dibandingkan realisasi belanja modal pada 2021 sebesar USD 193 juta. Selain untuk peremajaan alat produksi, belanja modal juga dialokasikan untuk ekspansi ke bisnis energi terbarukan.

“Untuk bertransformasi ke energi terbarukan, di mana kita juga mau masuk ke mineral, tentu kita membutuhkan capex yang cukup besar. Namun kami masih menghitung berapa dana capex yang diperlukan,” ungkap Lukman.

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, Adaro Energy Indonesiaberhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,21 miliar atau sekitar Rp 18,05 triliun (kurs Rp 14.902 per USD).

Raihan laba itu naik 613,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 169,96 juta. Kenaikan laba bersih pada semester I sejalan dengan pendapatan perseroan yang tumbuh 126,61 persen menjadi USD 3,54 miliar atau sekitar Rp 52,69 triliun dari USD 1,56 miliar pada semester I 2021.

Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan tercatat sebesar USD 1,52 miliar, naik dibanding semester I 2021 sebesar USD 1,06 miliar. Meski begitu, laba bruto perseroan mengalami kenaikan signifikan dari USD 499,22 juta pada semester I 2021 menjadi USD 2,03 miliar pada semester I 2022.

Perseroan mencatatkan pendapatan lain-lain senilai USD 9,19 juta dan beban usaha USD 143,1 juta. Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan biaya keuangan sebesar USD 38,72 juta, penghasilan keuangan USD 11,56 juta, bagian atas keuntungan ventura bersama sebesar USD 177,25 juta, dan lainnya USD 150,09 juta.

Dari rincian tersebut, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar USD 1,35 miliar atau naik 610,74 persen dibanding semester I 2021 sebesar USD 189,3 juta.

4 dari 4 halaman

Aset Perseroan

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar USD 8,79 miliar, naik dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 7,59 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai USD 3,6 miliar dan aset tidak lancar USD 5,19 miliar.

Liabilitas sampai dengan 30 Juni 2022 naik tipis menjadi USD 3,28 dari posisi akhir tahun lalu senilai USD 3,13 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 1,58 miliar dan liabilitas jangka panjang USD 1,7 miliar. Sementara akuitas hingga akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD 5,51 miliar, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 4,46 miliar.

Pada perdagangan Selasa, 30 Agustus 2022 pukul 10.21 WIB, saham ADRO melonjak 4,05 persen ke posisi Rp 3.600.

Saham ADRO dibuka naik 200 poin ke posisi Rp 3.660 per saham. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 3.700 dan terendah Rp 3.590 per saham. Total frekuensi perdagangan 13.249 kali dengan volume perdagangan 953.042 saham. Nilai transaksi Rp 347,1 miliar.