Sukses

Vale Siapkan Rp 26,89 Triliun Garap Pengolahan Bijih Nikel Limonit di Sorowako

Pabrik pengolahan bijih nikel limonit ini akan beroperasi di bawah entitas perusahana patungan (joint venture/JV) antara PT Vale Indonesia Tbk dan Huayou.

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berencana pembangunan pabrik pengolah bijih nikel limonit di Sorowako. Nilai investasi pada proyek ini mencapai USD 1,8 miliar atau Rp 26,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.944 per dolar AS) yang akan dialokasikan utamanya untuk infrastruktur.

"Investasinya sekitar USD 1,8 miliar. Itu untuk pabriknya saja dan fasilitas penunjang. Tidak termasuk tambang," ujar CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (13/9/2022).

Pabrik pengolahan bijih nikel limonit ini akan beroperasi di bawah entitas perusahana patungan (joint venture/JV) antara PT Vale Indonesia Tbk dan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou).

Keduanya telah menandatangani The Heads of Agreement pada hari ini, Selasa 13 September 2022 untuk mengembangkan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako. Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Nantinya, perseroan berencana untuk genggam 30 persen kepemilikan dari perusahaan patungan itu. Sementara sisanya akan dimiliki oleh Huayou atau entitas lain yang mungkin akan bergabung di kemudian hari.

"Nanti kita akan bentuk JV atau  perusahaan patungan antara Huayou dengan kita. Mungkin ada partner lain, tapi kami belum tahu sekarang,” kata Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto dalam kesempatan yang sama.

Pabrik HPAL baru ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP. MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik.

2 dari 3 halaman

Vale Gandeng Huayou Garap Pabrik HPAL untuk Olah Bijih Nikel Limonit di Sorowako

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kembali menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk mengembangkan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako. Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kerja sama kedua pihak telah dimulai awal 2022.

Huayou juga telah melakukan studi kelayakan dengan hasil positif. Sehingga kedua pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama dengan menandatangani The Heads of Agreement pada Selasa, 13 September 2022.

"Kerja sama proyek pengembangan ini adalah salah satu bentuk realisasi komitmen pertambangan berkelanjutan dan strategi PT Vale dalam menunjang program Pemerintah untuk membuat ekosistem mobil listrik di Indonesia,” kata CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (13/9/2022).

Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Vale Base Metals, Deshnee Naidoo, mengatakan, perjanjian kemitraan ini merupakan katalis lain untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan dari sumber daya nikel kelas dunia Indonesia.

"Bersama dengan kemajuan terbaru pada fasilitas HPAL Pomalaa dan Proyek Blok Bahodopi, ini menunjukkan bahwa kami berkomitmen untuk melaksanakan proyek pertumbuhan berkelanjutan generasi berikutnya dengan dampak lingkungan yang minimal untuk kepentingan pemangku kepentingan lokal dan nasional,” kata dia.

Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP. MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Salah satu poin terpenting dari kerjasama ini adalah komitmen para pihak untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 dan kesepakatan untuk bekerja sama dalam meminimalkan emisi karbon. Huayou akan berdiskusi lebih lanjut dengan PT Vale untuk mempelajari alternatif energi rendah karbon.

Perwakilan Huayou, Chen Xuehua menilai kerja sama ini adalah kombinasi sempurna dari keunggulan sumber daya mineral Vale dan keunggulan teknologi High Pressure Acid Leaching Huayou Cobalt, untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral rendah karbon, hijau, dan berkelanjutan.

"Kerja sama kami juga dapat memenangkan peluang pertumbuhan bagi kedua belah pihak, menambah kekuatan dan nilai bagi industri, serta memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia,” kata dia.