Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) siapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 5,3 triliun yang dialokasikan untuk pengembangan IT. Hal ini sejalan dengan upaya perseroan untuk tetap bisa menjangkau seluruh segmen nasabah, termasuk generasi muda yang akrab dengan teknologi.
"Tahun ini target capex kita untuk IT, baik capex maupun opex itu kalau digabungkan mendekati Rp 5,3 triliun. itu komitmen BCA untuk inovatif meningkatkan kemampuan kita dalam arena bersaing di digital,” kata Direktur BCA, Vera Eve Lim dalam Public Expose Live 2022, Rabu (20/9/2022).
Baca Juga
Di sisi lain, Vera mengakui hampir semua bank konvensional saat ini juga telah memiliki aplikasi mobile bank. Belum lagi persaingan dari ekosistem digital lain di luar perbankan. Hal-hal itu mendorong BCA untuk juga melakukan penyesuaian.
Advertisement
Meski begitu, perseroan tak serta merta meninggalkan layanan konvensional dan memilih untuk menggabungkan keduanya, atau hybrid. Sehingga BCA memiliki keleluasaan untuk menjangkau seluruh segmen. Mulai dari korporasi, UMKM, hingga perorangan.
"Di BCA kami melayani nasabah dari korporasi, komersil, UMKM, dan masyarakat termasuk milenial yang umumnya dijaring melalui bank digital. Karena dengan ekosistem yang luas, BCA punya fleksibilitas untuk melayani berbagai ekosistem cut across semua supply chain karena kebutuhan bertransaksi setiap nasabah beda-beda,” kata dia.
Untuk itu, perseroan masih mempertahankan layanan konvensional. Menariknya, meski transaksi digital terus menciptakan pertumbuhan, tetapi dari sisi nilai transaksi konvensional juaranya. Sebab, kata Vera, transaksi konvensional umumnya lebih dipilih oleh korporasi besar.
"Di BCA, 99,6 persen transaksi dilayani secara digital. Tapi kalau dari sisi value, 40 persen masih dilayani melalui cabang, dan ini adalah transaksi yang besar-besar,” imbuh Vera.
Hingga paruh pertama tahun ini, dana giro dan tabungan (CASA) naik 17,3 persen yoy, mendorong total dana pihak ketiga (DPK) sentuh milestone Rp 1.000 triliun untuk pertama kalinya. Pencapaian tersebut sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi yang naik 40 persen yoy mencapai 10 miliar transaksi per semester I 2022, yang mayoritas berasal dari mobile banking.
BCA Prediksi Pertumbuhan Kredit hingga 10 Persen
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menargetkan pertumbuhan kredit menjadi 8-10 persen secara tahunan, dari 6-8 persen.
Direktur BCA Haryanto T. Budiman menuturkan, pada awal tahun BCA konservatif, tetapi saat ini menargetkan pertumbuhan kredit 8-10 persen.
"Awal tahun kita konservatif, kami targetkan 8-10 persen pertumbuhan kredit,” kata Haryanto dalam Press Conference BCA Expo 2022, ICE BSD, Hall 9, Tangerang, Jumat (9/9/2022).
Haryanto juga berharap, terjadi peningkatan kredit secara signifikan serta melampaui target.
"Kita tetap optimis, Expo untuk membantu pertumbuhan kredit di semester II. Semester I, kita sangat membantu, kita ingin juga akan membantu hingga akhir tahun. Mudah-mudahan ada peningkatan yang signifikan dan melebihi yang ditargetkan sebelumnya, ini kesempatan yang sangat baik,” ujar dia.
Hingga Juni 2022, BCA telah menyalurkan total kredit BCA naik 13,8 persen secara tahunan menjadi Rp675,36 triliun. Tren kredit konsumer juga terus membaik, dengan total kredit portofolio kredit konsumer naik 7,6 persen secara tahunan menjadi Rp160,51 triliun.
Kemudian untuk KPR BCA hingga Juni 2022, tumbuh 8,5 persen secara tahunan menjadi Rp101,6 triliun. Sedangkan KKB BCA hingga Juni 2022, bertumbuh 4,8 persen secara tahunan menjadi Rp43,2 triliun.
Advertisement
Bakal Revisi RBB
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau disebut BCA mengungkapkan akan merevisi rencana bisnis bank (RBB) dengan mengubah target pertumbuhan kredit pada 2022.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan, BCA akan revisi target pertumbuhan kredit dari 8 persen menjadi 10 persen pada 2022.
"Kalau tadinya sekitar 8 persen sekarang mulai berkisar ke arah 10 persen, supaya kita memang lebih optimis,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers, Rabu (27/7/2022).
Dia menambahkan, rencana untuk meningkatkan kredit itu potensinya memang cukup besar dan pihaknya berharap ini akan terus membantu pemulihan ekonomi Indonesia khususnya yang terkena pandemi COVID-19.
"Meskipun sekarang yang kita hadapi adalah kenaikan-kenaikan harga-harga bahan baku dari hampir semua perusahaan itu meningkat, sehingga kalau mereka tidak bisa menjual atau daya beli masyarakat belum bisa mengabsorb itu maka perusahaan ini untuk sementara mengalami profitabilitinya akan berkurang,” ujar dia.
Tantangan
Jahja menilai dampak COVID-19 sudah mengalami pemulihan. Namun, karena masalah ekonomi global, terdapat tantangan baru yang harus dihadapi.
"Kita tahu harga minyak meningkat, harga minyak goreng sempat menjadi topik yang menarik karena kenaikan-kenaikan harga di luar negri luar biasa, kemudian kita lihat juga misalnya untuk bahan-bahan baku lain, karena apa transportasi dan namanya impor pasti menggunakan logistik-logistik company dengan kapal dan itu meningkat biaya kontainer semua meningkat,” ungkapnya.
Jahja menambahkan, saat ini eksportir menikmati masa keemasan seiring dolar AS yang menguat.
"Menyebabkan fokus terhadap perusahaan-perusahaan, kita tentu setiap perusahaan berbeda mungkin untuk eksportir mungkin ini masa keemasan mereka menikmati dolarnya lebih banyak rupiah yang didapat kemudian industri seperti CPO, pertambangan batu baru dan nikel tembaga alumina itu menikmati kenaikan komoditas buat mereka mendapatkan income lebih besar,” ujar dia.
Advertisement