Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI melempar sinyal rencana aksi korporasi berupa akuisisi bank syariah lain.
Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho mengatakan, aksi itu termasuk dalam rencana pertumbuhan anorganik perseroan.
Baca Juga
“Iya itu benar (ada rencana akuisisi bank syariah lain),” kata Ade dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).
Advertisement
Hal ini bak menyambung rencana Kementerian BUMN untuk melakukan integrasi antara BSI dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). Rencana itu dimaksudkan untuk memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air, juga sebagai amanat Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.
Ade menekankan, BSI memang memiliki dua core plan dalam menjalankan strategi utama perseroan. Yakni secara organik dengan memastikan pertumbuhan perusahaan agar memiliki daya saing sebanding dengan jajaran bank terbaik tanah air. Kedua, yakni BSI juga menempuh strategi anorganik, termasuk melakukan akuisisi dan merger.
“Yang kedua, memang kita berpikir mengenai bagaimana bank bisa melakukan strategi anorganik. Tentu bukan hanya melalui proses akuisisi tapi juga perluasan layanan syariah financial syariah yang lengkap di Indonesia,” imbuh dia.
Ade menyampaikan, salah satu aksi korporasi yang diselesaikan perseroan yakni pembalian beberapa portofolio milik Bank Mandiri Taspen (Mantap) Aceh. BSI bekerja sama dengan Bank Mantap untuk melakukan konversi atau pengalihan pembiayaan pensiunan Nasabah Bank Mantap di Aceh dalam rangka mendukung Perda Qanun Aceh Nomor 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah. Sebagai hasilnya, BSI terima pengalihan 3.600 nasabah Bank Mantap Aceh.
“Ke depan, yang paling penting BSI saat ini sudah memiliki kompetensi melakukan akuisisi dan merger. Saya rasa jadi bekal yang sangat kuat bagi BSI untuk melakukan pembelian, baik pembelian aset maupun akuisisi portofolio dari bank syariah lain yang align dengan strategi kita,” kata Ade.
Rights Issue BSI Bakal Genjot Likuiditas Saham BRIS
Sebelumnya, rencana rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI dinilai mampu meningkatkan likuiditas saham perusahaan.
Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham baru. Perseroan akan meminta restu pemegang saham terkait aksi tersebut lewat RUPSLB yang akan digelar pada 23 September 2023. Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mencermati BRIS sebagai bank dengan kapitalisasi besar. Dengan demikian, perusahaan memiliki tantangan karena harganya tidak memiliki sifat volatilitas.
"Untuk itu agar mendorong volatilitas lebih tinggi, rights issue itu menjadi salah satu jalan keluar, karena dengan adanya saham baru, berarti memiliki ruang, menawarkan ruang investor baru untuk memiliki saham, sehingga menambah jumlah saham beredar,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).
Dia berharap, penerbitan saham baru oleh BSI dapat dilakukan pada tahun ini. Dia menilai, sebagai bank yang diharapkan menjadi penyumbang bobot transaksi di Bursa Efek Indonesia, upaya menambah saham beredar sangat diperlukan. Sebagai informasi, saat ini pemegang saham publik di BSI hanya 7,08 persen atau masih di bawah ketentuan.
Sebanyak 92,93 persen sisanya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Advertisement
Kabar Akuisisi
Adapun kapitalisasi pasar BSI saat ini adalah Rp 62,11 triliun. Sementara itu, harga saham BSI dalam satu tahun terakhir bergerak pada rentang Rp1.205–Rp2.370. "Posisi saat ini BSI belum kembali ke level tertinggi sebelumnya,” kata dia.
Padahal dari sisi kinerja, pada kuartal II 2022 BSI membukukan laba bersih Rp 2,13 triliun atau naik 41,31 persen secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini disokong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 191,29 triliun, naik 18,55 persen yoy. Lucky melanjutkan, hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam rights issue BSI adalah penggunaan dana yang berhasil dihimpun.
"Kalau dia belanja BTN (Syariah) itu yang tepat. Menurut saya BSI memerlukan tambahan aset produktif yang lebih agresif," ujar dia.
BSI dikabarkan bakal mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Pada awal tahun ini, Menteri BUMN Erick Thohir berharap bergabungnya BTN Syariah akan memperkuat posisi dan meningkatkan kapasitas pasar bank-bank syariah BUMN yang kini tergabung dalam BRIS. Adapun per Maret 2022, BTN Syariah memiliki aset Rp37,35 triliun, naik 11,08 persen yoy. Total portofolio pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp 28,24 triliun atau tumbuh 10,87 persen secara tahunan.
Dengan asumsi penggunaan dana rights issue yang tepat sasaran, Lucky memperkirakan saham BRIS akan terkerek ke level Rp 1.795 pada tahun ini.
"Angka itu jadi rasional karena telah teruji oleh BSI sendiri pada Maret 2022,” tutur Lucky.
Aksi Rights Issue
Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho sebelumnya menuturkan rights issue diharapkan mampu meningkatkan ekuitas perseroan, sehingga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dapat mencapai di atas 20 persen hingga akhir 2025.
“Saat ini, CAR BSI berada di kisaran 17 persen. Hal tersebut juga sesuai dengan average CAR Top 10 National Bank dan menjaga level of comfort market,” ujar dia.
Cahyo mengatakan suntikan modal ini nantinya akan mendukung ekspansi pertumbuhan BSI, baik secara organik maupun anorganik. Hingga 2025, BSI memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) berada di atas 15 persen.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rights issue BRIS bertujuan memenuhi aturan free float atau saham publik dan ekspansi bisnis perseroan. Kartika atau akrab disapa Tiko menyatakan rights issue BRIS akan mencapai Rp 5 triliun atau lebih.
Advertisement