Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street jatuh pada perdagangan bergejolak pada Kamis, 15 September 2022. Hal ini seiring investor mencerna sejumlah laporan ekonomi yang menunjukkan gambaran suran dari ekonomi AS.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 1,43 persen ke posisi 11.552,36. Indeks S&P 500 merosot 1,13 persen ke posisi 3.901,35. Indeks Dow Jones susut 0,56 persen atau 173,27 poin ke posisi 30.961,82. Indeks Dow Jones sentuh posisi terendah sejak 14 Juli.
Baca Juga
Saham Adobe membebani indeks Nasdaq dan S&P 500. Saham Adobe turun lebih dari 16 persen setelah perusahaan umumumkan kesepakatan USD 20 miliar atau sekitar Rp 298,76 triliun (asumsi kurs 14.938 per dolar AS) untuk membeli Figma.
Advertisement
Koreksi saham Adobe menular ke saham teknologi lainnya. Saham Apple turun 1,9 persen dan saham Salesforce tergelincir 3,4 persen.
Saham bank cenderung menguat. Saham Goldman Sachs dan JPMorgan masing-masing naik lebih dari 1 persen. Saham UnitedHealth Group naik 2,6 persen.
Wall street masih berusaha menemukan pijakannya setelah kenaikan mengejutkan dalam laporan indeks harga konsumen Agustus 2022 memicu penurunan lebih dari 1.200 poin untuk indeks Dow Jones. Kenaikan pada perdagangan Rabu, 14 September 2022 terhapus oleh koreksi pada Kamis pekan ini.
Sejumlah laporan ekonomi yang beragam pada perdagangan Kamis pekan ini tidak banyak meningkatkan kepercayaan investor. Klaim pengangguran awal datang lebih baik dari yang diharapkan, tetapi harga impor melihat penurunan lebih kecil dari perkiraan.
Investor Khawatir The Fed Bakal Lebih Agresif
Penjualan ritel mengalahkan harapan, tetapi negatif ketika kecualikan otomotif. Data manufaktur juga menunjukkan ekonomi yang melambat.
Sementara laporan tersebut menunjukkan sektor konsumen AS bertahan untuk saat ini, dan tidak akan berbuat banyak untuk mengurangi kekhawatiran tentang inflasi terus menerus. Investor khawatir the Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi, meningkatkan kemungkinan resesi.
“The Fed perlu ambil pilihan. Apakah terus meningkatkan suku bunga untuk menekan inflasi dengan risiko resesi, dengan risiko meningkatnya pengangguran? Ini benar-benar dilemma, tetapi saya pikir mengingat apa yang telah kami dengar dari the Fed, fokusnya tepat pada inflasi,” ujar Head of Model Portfolio Construction Morgan Stanley Mike Loewengart dikutip dari CNBC, Jumat (16/9/2022).
Untuk imbal hasil obligasi Amerika Serikat melanjutkan kenaikan pada perdagangan Kamis pekan ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 1 tahun berada di posisi 4 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun di 3,86 persen.
Advertisement
Penutupan Wall Street 14 September 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 14 September 2022 di tengah perdagangan yang bergejolak. Hal ini seiring investor mencoba menemukan pijakan setelah sentuh posisi terendah dalam dua tahun.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melonjak 0,74 persen ke posisi 11.719,68. Indeks S&P 500 naik 0,34 persen ke posisi 3.946,01. Indeks Dow Jones bertambah 30,12 poin atau 0,10 persen menjadi 31.135,09 setelah turun lebih dari 200 poin.
Moderna menjadi saham terbaik di Nasdaq melonjak lebih dari 6 persen. Saham Tesla naik 3,6 persen dan Apple bertambah 1 persen. Kenaikan moderat mengikuti aksi jual besar-besaran untuk saham pada Selasa, 13 September 2022. Indeks Dow Jones merosot lebih dari 1.200 poin, atau hampir 4 persen. Indeks S/7P 500 tergelincir 4,3 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 5,2 persen. Koreksi itu terbesar dalam satu hari untuk rata-rata indeks acuan sejak Juni 2022.
Laporan Inflasi
Penurunan dipicu oleh laporan indeks harga konsumen Agustus 2022 yang menunjukkan inflasi inti naik 0,1 persen setiap bulan meski ada koreksi harga gas.
Di sisi lain, laporan inflasi panas meninggalkan pertanyaan apakah saham bisa kembali ke posisi terendah sejak Juni. Hal ini memicu kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi dari 75 basis poin yang diterapkan pasar.
"Aksi jual pada perdagangan Selasa adalah pengingat kalau reli berkelanjutan kemungkinan memerlukan bukti yang jelas inflasi berada dalam tren menurun,” ujar CIO UBS Global Wealth Management, Mark Haefele, dikutip dari CNBC, Kamis (15/9/2022).
Ia menambahkan, dengan ketidakpastian makro ekonomi dan kebijakan yang meningkat, pihaknya memperkirakan pasar akan tetap bergejolak di bulan-bulan mendatang.
Advertisement