Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik jatuh pada Jumat (16/9/2022), seiring investor mencerna data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan menantikan rilis produksi industri China serta penjualan ritel untuk Agustus 2022.
Yuan Tiongkok melemah melewati 7 terhadap dolar semalam, dan terakhir berada di 7,0163. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,17 persen pada awal perdagangan, dan indeks Topix tergelincir 0,74 persen.
Baca Juga
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,38 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,63 persen dan Kosdaq kehilangan 0,46 persen.Indeks Hang Seng tergelincir 0,8 persen. Indeks Shanghai di bursa saham China turun 0,38 persen. Indeks Shenzhen susut 0,28 persen.
Advertisement
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,75 persen. Semalam di AS, Nasdaq Composite turun 1,43 persen menjadi 11.552,36. S&P 500 turun 1,13 persen menjadi 3.901,35 dan Dow Jones Industrial Average turun 173,27 poin, atau 0,56 persen, menjadi 30.961,82, penutupan terendah sejak 14 Juli.
"Ekuitas dan pasar sensitif risiko lainnya (akan) berjuang karena menjadi jelas bahwa tekanan inflasi A.S. tertanam dengan baik dan bahwa risiko terhadap suku bunga dana fed berada di sisi atas," tulis analis ANZ Research dalam catatan Jumat, dikutip dari CNBC, Jumat (16/9/2022).
Output industri China diperkirakan akan mencapai 3,8 persen untuk Agustus, menurut survei Reuters. Itu laju pertumbuhan yang sama dengan Juli.
Penjualan ritel diperkirakan meningkat 3,5 persen bulan lalu, dibandingkan dengan 2,7 persen yang dilaporkan pada Juli.
Yuan Tiongkok melemah melewati 7 terhadap dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juli 2020 semalam. Dalam perdagangan pagi Asia, yuan diperdagangkan datar di 7,0131 melawan greenback.
Yuan lebih dekat ke level 7, tetapi belum melewatinya tahun ini. Sedangkan, Yen Jepang telah jatuh tajam terhadap dolar AS tahun ini dan sekarang berada di dekat posisi terendah dalam 24 tahun.
Penutupan Bursa Saham Asia 15 September 2022
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 15 September 2022 setelah alami koreksi pada perdagangan Rabu pekan ini. Sementara itu, indeks saham Shenzhen dan Shanghai turun tajam.
Indeks Shenzhen anjlok 2,10 persen ke posisi 11.526,96, yang didorong sektor saham energi. Indeks Shanghai susut 1,16 persen ke posisi 3.199,92. Indeks Hang Seng di Hong Kong bertambah 0,44 persen ke posisi 18.30,38.
Indeks Nikkei di Jepang menguat 0,21 persen ke posisi 27.875,91. Indeks Topix naik 0,15 persen ke posisi 1.950,43. Yen Jepang ditransaksikan di posisi 143,69. Indeks Korea Selatan Kospi melemah 0,4 persen ke posisi 2.401,83. Indeks Australia ASX 200 bertambah 0,21 persen ke posisi 6.842,90.
Advertisement
Penutupan Wall Street 15 September 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street jatuh pada perdagangan bergejolak pada Kamis, 15 September 2022. Hal ini seiring investor mencerna sejumlah laporan ekonomi yang menunjukkan gambaran suran dari ekonomi AS.6
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 1,43 persen ke posisi 11.552,36. Indeks S&P 500 merosot 1,13 persen ke posisi 3.901,35. Indeks Dow Jones susut 0,56 persen atau 173,27 poin ke posisi 30.961,82. Indeks Dow Jones sentuh posisi terendah sejak 14 Juli.
Saham Adobe membebani indeks Nasdaq dan S&P 500. Saham Adobe turun lebih dari 16 persen setelah perusahaan umumumkan kesepakatan USD 20 miliar atau sekitar Rp 298,76 triliun (asumsi kurs 14.938 per dolar AS) untuk membeli Figma.
Koreksi saham Adobe menular ke saham teknologi lainnya. Saham Apple turun 1,9 persen dan saham Salesforce tergelincir 3,4 persen.
Saham bank cenderung menguat. Saham Goldman Sachs dan JPMorgan masing-masing naik lebih dari 1 persen. Saham UnitedHealth Group naik 2,6 persen.
Wall Street masih berusaha menemukan pijakannya setelah kenaikan mengejutkan dalam laporan indeks harga konsumen Agustus 2022 memicu penurunan lebih dari 1.200 poin untuk indeks Dow Jones. Kenaikan pada perdagangan Rabu, 14 September 2022 terhapus oleh koreksi pada Kamis pekan ini.
Selanjutnya
Sejumlah laporan ekonomi yang beragam pada perdagangan Kamis pekan ini tidak banyak meningkatkan kepercayaan investor.
Klaim pengangguran awal datang lebih baik dari yang diharapkan, tetapi harga impor melihat penurunan lebih kecil dari perkiraan. Penjualan ritel mengalahkan harapan, tetapi negatif ketika kecualikan otomotif. Data manufaktur juga menunjukkan ekonomi yang melambat.
Sementara laporan tersebut menunjukkan sektor konsumen AS bertahan untuk saat ini, dan tidak akan berbuat banyak untuk mengurangi kekhawatiran tentang inflasi terus menerus. Investor khawatir the Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi, meningkatkan kemungkinan resesi.
“The Fed perlu ambil pilihan. Apakah terus meningkatkan suku bunga untuk menekan inflasi dengan risiko resesi, dengan risiko meningkatnya pengangguran? Ini benar-benar dilemma, tetapi saya pikir mengingat apa yang telah kami dengar dari the Fed, fokusnya tepat pada inflasi,” ujar Head of Model Portfolio Construction Morgan Stanley Mike Loewengart dikutip dari CNBC.
Untuk imbal hasil obligasi Amerika Serikat melanjutkan kenaikan pada perdagangan Kamis pekan ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 1 tahun berada di posisi 4 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor dua tahun di 3,86 persen.
Advertisement