Liputan6.com, Jakarta - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) melakukan inisiatif bisnis internasional dengan memperluas jaringan pasar ekspor ke sejumlah negara. Hal tersebut dilakukan SIDO dalam rangka meningkatkan kinerja Perseroan.
Direktur Keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido MunculLeonard menuturkan, salah satu strategi utama perseroan dalam meningkatkan laba yakni dengan ekspor ke pasar global antara lain Ghana, China, dan Kenya.
Baca Juga
“Kami sedang progres memasuki tujuan ekspor baru Ghana, Cameroon,China, Kenya, Vietnam,” kata Leonard dalam Public Expose Live secara virtual, Jumat (16/9/2022).
Advertisement
Di sisi lain, Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul juga ingin menggaet generasi muda sebagai fokus target utama. Upaya SIDO dalam mencapai hal tersebut, dilakukan melalui sejumlah platform digital dengan memberikan edukasi produk Sidomuncul, salah satunya berkolaborasi dengan para influencer.
Sementara itu, Leonard juga menjelaskan terkait strategi utama yang dilakukan SIDO dalam meningkatkan kinerja Perseroan.
“Mendorong ketersediaan barang kami di pasar, juga menambah wholesaler, mendorong pertumbuhan online channel profitabilitas lebih bagus, kita ekspor market ke Ghana, China, Kenya dan fokus distribusi di Nigeria dan Malaysia, kita new product launch, digital marketing,” kata dia.
Dengan demikian, perseroan berharap pendapatan hingga akhir tahun ini bisa lebih baik dari sebelumnya.
“Pendapatan Juni kemarin agak turun, tapi sampai akhir tahun berharap bisa lebih baik dari semester I, tidak bisa janji berapa karena dampak BBM dan juga inflasi. Semester II akan lebih baik, secara umum semester II selalu lebih baik, apalagi saat musim hujan, laba akan lebih baik,” ujar dia.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.
Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.
Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin, 1 Agustus 2022, turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.
Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.
Saat penjualan turun, beban pokok penjualan justru naik 4,54 persen menjadi Rp 757,61 miliar. Sehingga laba bruto turun 8,13 persen menjadi RP 845,49 miliar. Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp 195,25 miliar, beban umum dan administrasi Rp 119,87 miliar, dan beban lain-lain Rp 11 juta, dan pendapatan lain-lain Rp 19,25 miliar.
Advertisement
Aset Perseroan
Pada saat bersamaan, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 14,76 miliar dan biaya keuangan Rp 474 juta.
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mampu mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 445,6 miliar. Turun 11,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 502 miliar.
Dari sisi aset Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul sampai dengan paruh pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 3,57 triliun, turun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 4,07 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 1,77 triliun dan aset tidak lancar Rp 1,81 triliun.
Liabilitas juga mengalami penurunan menjadi Rp 337,18 miliar dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 597,79 miliar. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 284,34 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp 52,85 miliar. Sementara ekuitas hingga Juni 2022 juga turun menjadi Rp 3,24 triliun dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 3,47 triliun.
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat Beli 1,27 Juta Saham SIDO
Sebelumnya, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), Irwan Hidayat membeli saham SIDO pada 3 Agustus 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Hidayat beli 1.279.400 saham SIDO atau setara 0,004 persen dengan harga pembelian saham Rp 780 per saham. Total nilai pembelian saham Rp 997,93 juta.
“Tujuan transaksi penambahan kepemilikan saham dengan kepemilikan saham langsung,”
Setelah transaksi pembelian saham, Irwan genggam 1.279.400 saham SIDO .
Pada penutupan perdagangan Senin, 8 Agustus 2022, saham SIDO turun 1,32 persen ke posisi Rp 750 per saham. Saham SIDO dibuka naik 15 poin ke posisi Rp 775 per saham. Saham SIDO berada di level tertinggi Rp 775 dan terendah Rp 730 per saham. Total frekuensi perdagangan 19.636 kali dengan volume perdagangan 715.656 saham. Nilai transaksi Rp 54,3 miliar.
Sebelumnya, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau disebut Sidomuncul mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I 2022.
Pada periode tersebut, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 11,23 persen menjadi Rp 445,6 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 502 miliar.
Raihan itu sejalan dengan penjualan Sidomuncul yang turun 2,58 persen menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2022, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,65 triliun.
Mengutip laporan keuangan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Senin, 1 Agustus 2022, turunnya pendapatan utamanya disebabkan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen yang turun signifikan menjadi Rp 988,73 miliar pada semester I 2022, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,06 triliun.
Sementara dua segmen lainnya tercatat mengalami kenaikan. Seperti segmen makanan dan minuman yang naik menjadi Rp 544,82 miliar dibanding semester I 2021 sebesar Rp 526,24 miliar. Serta segmen farmasi yang masih tumbuh menjadi Rp 78,55 miliar dibanding sebelumnya Rp 67 miliar.
Advertisement