Sukses

Tower Bersama Infrastructure Kantongi Laba Rp 826,14 Miliar pada Semester I 2022

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba pada semester I 2022.

 

Liputan6.com, Jakarta - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) meraih pertumbuhan positif kinerja keuangan selama semester I 2022. Hal ini seiring kenaikan laba dan pendapatan selama enam bulan pertama 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan, ditulis Minggu (18/9/2022), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 24,55 persen menjadi Rp 826,14 miliar pada semester I 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan membukukan laba Rp 663,26 miliar.

Pertumbuhan laba tersebut didukung kenaikan pertumbuhan pendapatan sebesar 11,17 persen. Pada semester I 2022, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk meraup pendapatan Rp 3,30 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,97 triliun.

Beban pokok pendapatan naik 26,74 persen menjadi Rp 924,08 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 729,08 miliar.

Dengan demikian laba kotor tercatat Rp 2,37 triliun. Laba kotor tersebut naik 6,11 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,24 triliun. Beban usaha naik menjadi Rp 224,75 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 213,48 miliar.

Dengan melihat kondisi tersebut, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatat laba bersih per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa Rp 37,54 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 30,66.

PT Tower Bersama Infrastructure Tbk mencatat ekuitas Rp 13,15 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 9,78 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 29,52 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 32,08 triliun. Perseroan membukukan aset Rp 42,67 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 41,87 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 718,37 miliar pada semester I 2022.

2 dari 5 halaman

Menara Telekomunikasi

Mengutip laman perseroan, TBIG memiliki 40.291 penyewaan dan 21.376 sites telekomunikasi per 30 Juni 2022. Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 21.265 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 40.180, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,89x.

“Di enam bulan pertama 2022, kami telah menambahkan 1.552 penyewaan ke dalam portofolio kami yang terdiri dari 883 sites telekomunikasi dan 669 kolokasi. Penambahan penyewaan bersih dari Group lebih rendah terutama karena penghentian sewa dari Sampoerna Telecom di awal tahun,” ujar CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong dalam keterangan tertulis.

Per 30 Juni 2022, total pinjaman kotor (gross debt) Perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp25.220 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 2,5 triliun.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp718 miliar, total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp24.502 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp1.784 miliar. Menggunakan EBITDA kuartal kedua 2022 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,2x.

“Per akhir kuartal kedua, 90 persen  dari utang kami adalah obligasi berbunga tetap dalam mata uang lokal dan asing,” ujar CFO Tower Bersama Infrastructure, Helmy Yusman Santoso.

Selain itu, perseroan kembali mengakses pasar obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V kami pada Agustus dan mengumpulkan total Rp2,2 triliun obligasi lokal Rupiah. “Kami telah melihat biaya pembiayaan menyeluruh kami terus menurun menjadi 6,3 persen dari 7,6 persen pada  2021,” kata Helmy.

3 dari 5 halaman

Bersama Digital Infrastructure Asia Selesaikan Tender Offer Saham TBIG

Sebelumnya, Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd (BDIA) telah menyelesaikan penawaran tender sukarela (tender offer) atas 2.484.796.875 saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Jumlah itu setara 10,97 persen dari jumlah seluruh saham yang disetor penuh dalam TBIG.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (bei), Rabu (3/8/2022), transaksi pembelian saham TBIG tersebut dilakukan oleh BDIA pada Rabu, 3 Agustus 2022. BDIA membeli 2,48 miliar saham TBIG  seharga Rp 3.200 per saham.

BDIA menghabiskan dana sekitar Rp 7,95 triliun untuk menyelesaikan penawaran tender sukarela terhadap TBIG. “Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan langsung,” tulis manajemen BDIA, Rabu (3/8/2022).

Mengutip data RTI, transaksi saham TBIG melonjak signifikan di pasar negosiasi pada perdagangan Rabu, 3 Agustus 2022. Transaksi saham TBIG tercatat Rp 8 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak tiga kali dan volume perdagangan 24.847.988 saham.

Di pasar negosiasi, saham TBIG melemah 2,13 persen ke posisi Rp 3.034 per saham. Saham TBIG berada di level tertinggi Rp 3.200 dan terendah Rp 3.034 per saham.

Di pasar regular, saham TBIG stagnan di posisi Rp 3.100 per saham. Saham TBIG berada di level tertinggi Rp 3.190 dan terendah Rp 3.090 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.503 kali. Total volume perdagangan 25.069.400. Nilai transaksi Rp 8 triliun.

4 dari 5 halaman

Tender Offer Saham TBIG

Sebelumnya. Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd (BDIA) akan melakukan penawaran tender sukarela (tender offer) atas 2.484.796.875 saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Jumlah itu setara 10,97 persen dari jumlah seluruh saham yang disetor penuh dalam TBIG.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (21/7/2022), harga penawaran yakni sebesar Rp 3.200 per saham atau total mencapai Rp 7,95 triliun.

Sebelum penawaran tender sukarela, pengendali akhir dari TBIG adalah Edwin Soeryadjaya dan Winato Kartono melalui BDIA. 

BDIA memiliki 62,38 persen saham TBIG. Edwin Soeryadjaya dan Winato Kartono sendiri secara tidak langsung bersama-sama mengendalikan 67,04 persen saham dalam BDIA. Selanjutnya, tidak ada perubahan ultimate beneficial owner dari TBOG setelah penawaran tender sukarela.

Setelah diselesaikannya penawaran tender sukarela, jumlah saham TBIG yang dimiliki BDIA menjadi sebanyak-banyaknya sebesar 16.617.514.923 lembar atau 73,34 persen dari seluruh saham yang disetor dan ditempatkan dalam TBIG.

BDIA berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan kegiatan usaha Tower Bersama Infrastructure pada masa mendatang. Sera meyakini bahwa BDIA dapat membantu TBIG untuk mencapai pertumbuhan yang diharapkan dengan berbagai kepakaran, jaringan, dan pengalaman dari BDIA.

5 dari 5 halaman

Tower Bersama Infrastructure Buyback 679,70 Juta Saham TBIG

Sebelumnya,  PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berencana melakukan pembelian kembali saham atau buyback.

Dalam aksi tersebut, perseroan akan membeli kembali sebanyak-banyaknya 679.709.900 lembar saham atau setara 3 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Nilai nominal dari saham-saham yang akan dibeli yakni Rp 20 per lembar. Sehingga nilai nominal saham yang akan dibeli kembali sebanyak-banyaknya sebesar Rp 13, 6 miliar.

Perkiraan biaya yang akan dikeluarkan untuk aksi ini adalah sebanyak-banyaknya 0,15 persen dari nilai saham yang akan dibeli kembali. Buyback saham perseroan akan dilaksanakan selama periode tiga bulan. Terhitung sejak 25 Juli-24 Oktober 2022.

Pembelian kembali saham perseroan akan dilakukan dengan harga yang dianggap baik dan wajar oleh pasar. Pada perdagangan Jumat, 22 Juli 2022, saham TBIG ditutup naik 30 poin atau 0,96 persen ke posisi 3.150 per saham. Secara year to date (ytd), saham TBIG telah naik 100 poin atau 3,28 persen.

"Pada saat ini harga saham perseroan tidak mencerminkan kondisi fundamental dan prospek perseroan. Pembelian kembali saham ini diharapkan dapat menjaga stabilitas harga saham di masa yang akan datang,” tulis manajemen, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (23/7/2022).

Tower Bersama Infrastructure yakin pelaksanaan rencana pembelian kembali saham tidak berpengaruh terhadap pendapatan perseroan. Mengingat perseroan memiliki sumber pendanaan yang cukup untuk melakukan pembelian kembali saham, bersamaan dengan menjalankan kegiatan usaha perseroan. Termasuk kebutuhan belanja modal.