Sukses

IATA Kantongi Kontrak Penjualan Batu Bara Rp 1,62 Triliun

PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) teken perjanjian jual beli dengan tiga pihak pembeli.

Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), melalui anak perusahaannya yang bergerak di sektor batu bara, PT Bhakti Coal Resources (BCR), telah menandatangani perjanjian jual beli dengan tiga pihak pembeli, SAII Resources Pte Ltd, Visa Resources Pte Ltd, dan CPTL Pte Ltd.

Selain itu, CPTL Pte Ltd juga akan berinvestasi dalam pembangunan jalan angkut dan konveyor pelabuhan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), salah satu anak perusahaan BCR, untuk mendorong efisiensi produksi dan transportasi, dengan perkiraan investasi senilai USD 10 juta atau Rp 149,90 miliar (asumsi kurs Rp 14.990 per dolar AS).

"Perseroan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar USD 108,42 juta atau Rp 1,62 triliun, 14 dari ketiga kontrak ini dan akan terus mengantisipasi lebih banyak kontrak di masa depan, seiring dengan peningkatan produksi. Kontrak pembelian jangka panjang ini menunjukkan kepercayaan pembeli atas operasional tambang IATA,” kata Head of Investor Relations IATA, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Senin (19/9/2022). 

Sementara itu, acara penandatanganan ini dilaksanakan bertepatan dengan konferensi Coaltrans Asia. Setelah dua tahun hiatus dampak pandemi COVID-19, Coaltrans Asia, konferensi batu bara terbesar di Asia, kembali digelar secara offline di Bali International Convention Centre (BICC) at The Westin Resort Nusa Dua, Bali  pada 18 - 20 September 2022.

Selain berkontribusi langsung sebagai salah satu sponsor Platinum, IATA turut memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali terhubung dengan para pemain kunci dari seluruh rantai pasokan batu bara dan menegosiasikan berbagai kesepakatan bisnis strategis, baik yang berkaitan dengan pengembangan usaha Perseroan maupun untuk kemajuan industri menuju dekarbonisasi.

"Di samping berpartisipasi dalam konferensi, IATA juga menyambut para calon pembeli, serta vendor-vendor potensial untuk mendukung kegiatan operasional seperti kontraktor, perusahaan logistik, surveyor, dan lain-lain,” kata Natassha.

Didukung kinerja dan peningkatan target produksi Perseroan pada 2022, menjadi titik balik IATA untuk semakin aktif memperkenalkan diri sekaligus mengukuhkan posisinya di komunitas dan pasar tambang batu bara.

 

 

2 dari 4 halaman

Harga Batu Bara Kerek Laba IATA pada Semester I 2022

Sebelumnya, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. MNC Energy Investments menyampaikan kinerja semester I 2022 dalam dua metode.

Pertama, menggunakan jumlah aktual IATA per sebelum konsolidasi PT Bhakti Coal Resources (BCR). Kedua, sesuai dengan PSAK 38 DK24 yang mengharuskan laporan keuangan disajikan secara proforma setelah BCR dikonsolidasikan.

Berdasarkan hasil aktual semester I 2022 pendapatan usaha IATA naik 1.734,35 persen menjadi USD 84,50 juta dari USD USD 4,61 juta pada semester I 2021. Demikian pula, EBITDA perseroan tumbuh dari USD 545 ribu pada semester I 2021 menjadi USD 44,72 juta pada semester I 2022, atau sekitar 8.098,60 persen.

Pada periode ini, perseroan berhasil membalikan posisi dengan mencatatkan laba bersih sebesar USD 32,19 juta dibanding semester I 2022 di mana perseroan catatkan rugi hingga USD 1,7 juta

“Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi untuk sumber daya energi seperti batu bara sebagai akibat dari negara-negara yang bergantung pada minyak dan gas berebut untuk mencari alternatif setelah mengalami kesulitan dalam mengamankan pasokan,” ungkap Head of Investor Relations PT MNC Energy Investments Tbk, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (8/9/2022).

Sementara berdasarkan PSAK 38 DK24, dengan memperhitungkan kontribusi dari kinerja BCR, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 254,36 persen. Menjadi sebesar USD 84,5 juta pada semester I 2022 dari USD 23,85 juta pada semester I 2021.

3 dari 4 halaman

Dua Tambang Mulai Beroperasi

Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih semester I 2022. Perseroan berhasil mengantongi laba bersih USD 32,19 juta, meningkat 735,49 persen dibandingkan USD 3,85 juta pada semester I 2021.

Keuntungan yang diperoleh perseroan dari BCR, berasal dari PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC).

Dua entitas itu merupakan anak usaha BCR yang masing-masing ditargetkan dapat memproduksi 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT batu bara untuk tahun ini. Meningkat dari realisasi tahun lalu masing-masing sebesar 2 juta MT dan 590 ribu MT.

Pada tahun ini, dua tambang lain yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) juga mulai beroperasi di atas area seluas 30 juta ha. Masing-masing ditargetkan dapat memproduksi batu bara 1 juta MT dan 500 ribu MT.

“Selain PMC dan BSPC, anak perusahaan BCR lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) telah memulai produksi batu bara pada Juli 2022. Memiliki salah satu area konsesi terbesar seluas 15 ribu hektar, perseroan yakin IBPE pada kuartal depan dan seterusnya akan memberikan kontribusi signifikan,” imbuh Natassha.

4 dari 4 halaman

IATA Genggam 100 Persen Saham Putra Muba Coal

Sebelumnya, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) melalui anak usaha PT Bhakti Coal Resources (BCR) telah menandatangani perjanjian jual beli untuk akuisisi 46,16 persen sisa saham PT Putra Muba Coal (PMC) melalui anak usahanya PT Sumatra Resources (SR).

Usai akuisisi, SR akan memiliki 100 persen PMC dari sebelumnya hanya 53,84 persen. Langkah sejalan ini dengan perseroan untuk memperkuat posisinya di sektor energi, terutama pertambangan batu bara.

PMC memiliki cadangan 54,8 juta MT dari 2.947 hektar (ha) konsesi yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. PMC berencana meningkatkan produksi dari 2 juta MT pada 2021 menjadi 4,5 juta MT pada 2022.

PMC menyumbang 58 persen dari total target produksi BCR 7,8 juta MT pada 2022. "Akuisisi ini tentu akan meningkatkan profitabilitas IATA,” tulis perseroan dalam keterbukaan informasi Sabtu, 9 April 2022.

Kegiatan operasional PMC pada 2021 mencatat pendapatan USD 56,32 juta dan memiliki EBITDA USD 24,01 juta.

Dikaitkan dengan meroketnya harga batu bara akibat meningkatnya permintaan dan masalah rantai pasokan yang timbul dari konflik antara kekuatan global. Manajemen optimistis akuisisi itu akan meningkatkan posisi keuangan PMC dengan perkiraan laba dua kali lipat pada 2022.

PMC juga memiliki pelabuhan yang terletak di Sungai Tungkal dengan jarak sekitar 10 KM dari tambang dan sekitar 161 KM ke area transhipment di pelabuhan Tanjung Buyut.