Sukses

Suku Bunga The Fed Naik Picu Indeks Hang Seng Sentuh Level Terendah dalam 11 Tahun

Koreksi indeks acuan utama lainnya di Asia juga terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Hong Kong mencapai level terendah lebih dari satu dekade pada perdagangan Kamis, 22 September 2022. Koreksi indeks acuan utama lainnya di Asia juga terjadi setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin dan memperkirakan lebih banyak kenaikan lagi. Hal itu memicu kekhawatiran resesi.

Pada penutupan perdagangan Kamis, (22/9/2022), indeks Hang Seng turun 2,6 persen ke posisi di bawah 18.000. Pada pukul 03.30 WT, indeks Hang Seng susut 2 persen ke posisi 18.079, level terendah sejak Desember 2011. Indeks ASX 200 melemah 1,6 persen. Sementara itu, indeks Jepang Nikkei 225 dan Kospi Korea Selatan melemah 0,6 persen. Indeks Shanghai tergelincir 0,3 persen.

Penurunan terjadi di bursa saham Asia setelah the Fed menyetujui kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin untuk tiga kali berturut-turut. Langkah tersebut dinilai agresif untuk mengatasi inflasi panas yang telah ganggu ekonomi AS. Demikian mengutip laman CNN, Kamis pekan ini.

Kenaikan suku bunga besar itu tidak terduga oleh pasar beberapa bulan lalu sehingga membawa suku bunga pinjaman acuan the Fed ke kisaran target baru 3 persen-3,25 persen. Itu tertinggi sejak krisis keuangan global pada 2008.

“Jika Anda membandingkan siklus kenaikan suku bunga ini dengan siklus kenaikan suku bunga sebelumnya pada 1983, the Fed tidak pernah menaikkan suku bunga sebanyak ini dalam periode singkat,” ujar Global Market Strategist Asia Pasifik kecuali Jepang di Invesco, David Chao.

2 dari 4 halaman

Sentimen Lainnya

Ia menambahkan, semakin sulit bagi AS untuk hindari resesi mengingat kenaikan suku bunga the Fed yang kuat dan cepat.

Bank sentral Hong Kong juga menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin pada Kamis pekan ini. Bank sentral Jepang atau Bank of Japan pertahankan suku bunga jangka pendek minus 0,1 persen, dan mempertahankan kebijakannya untuk mencoba merangsang ekonomi.

Yen Jepang jatuh ke 145 terhadap dolar AS setelah keputusan tersebut, dan sentuh level terendah baru dalam 24 tahun.

Sentimen investor di kawasan ini dipicu sejumlah faktor lain termasuk meningkatnya ketegangan AS-China atas Taiwan. “Latar belakang geopolitik, kisah perlambatan China, potensi penjatahan energi di Eropa, dolar AS yang kuat, dan pasar saham serta perumahan domestik AS tampak rapuh menunjukkan risiko resesi yang jelas,” kata Analis ING.

Analis ING menambahkan, profil kenaikan suku bunga the Fed yang lebih agresif dan kondisi moneter lebih ketat hanya akan menambah ancaman.

3 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia Anjlok pada 22 September 2022

Bursa saham Asia juga anjlok pada perdagangan Kamis, 22 September 2022 setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan. Ditambah the Fed beri sinyal dongkrak suku bunga lebih agresif sehingga berdampak ke bursa saham AS yang turun tajam.

Di sisi lain, yen Jepang menguat terhadap dolar AS ke posisi 140 setelah pengumuman intervensi terhadap mata uang. Bank sentral Jepang juga pertahankan suku bunga acuan sesuai dengan harapan.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng turun 1,61 persen ke posisi 18.147,95. Indeks Hang Seng teknologi melemah 1,7 persen. Indeks Shanghai susut 0,27 persen ke posisi 3.108,91. Indeks Shenzhen melemah 0,83 persen ke posisi 11.114,43.

Sementara itu, di Jepang, indeks Nikkei melemah 0,58 persen ke posisi 27.153,83. Indeks Topix susut 0,24 persen ke posisi 1.916,12. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,63 persen ke posisi 2.332,31. Indeks Kosdaq tergelincir 0,46 persen ke posisi 751,41. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 1,39 persen. Sedangkan bursa saham Australia libur.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 21 September 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Rabu, 21 September 2022 di tengah perdagangan yang bergejolak. Wall street merosot setelah the Federal Reserve menaikkan suku bunga 75 basis poin dan memperkirakan kenaikan suku bunga yang lebih besar ke depan dalam perjuangannya untuk meredam inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 522,45 poin atau 1,7 persen ke posisi 30.183,78. Indeks S&P 500 tergelincir 1,71 persen ke posisi 3.789,93. Indeks Nasdaq merosot 1,79 persen ke posisi 11.220,19.

Dengan indeks S&P 500 yang melemah pada penutupan perdagangan Rabu pekan ini sehingga membuat indeks acuan itu turun lebih dari 10 persen dalam sebulan terakhir. Selain itu, indeks itu turun 21 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu. Bahkan sebelum keputusan suku bunga, harga saham di tengah kebijakan agresif the Federal Reserve yang dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.

Saham bergejolak seiring pelaku pasar menguraikan keputusan suku bunga dan komentar terbaru dari pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell. Pada level tertingginya, indeks Dow Jones naik lebih dari 314 poin.

Adapun the Fed menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin yang diperkirakan lebih luas. The Fed juga perkirakan apa yang disebut terminal rate mencapai 4,6 persen untuk melawan inflasi AS yang terus tinggi. Itulah tingkat suku bunga ketika bank sentral akan akhiri pengetatannya..

Bank sentral AS juga mengindikasikan rencana tetap agresif dengan menaikkan suku bunga menjadi 4,4 persen pada 2023.

“Pada akhirnya ada saatnya Anda harus berusaha keras dan dengan kenaikan suku bunga 75 basis poin berturut-turut dalam tiga kali selama empat bulan terakhir, pelaku pasar harus melihat untuk  berlindung dari badai yang akan datang,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley dikutip dari CNBC, Kamis (22/9/2022).

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun mencapai level tertinggi dalam sejak 2007 ke posisi 4,1 persen. Imbal hasil tenor 10 tahun melonjak menjadi 3,6 persen pada Rabu waktu setempat.

Semua sektor utama indeks S&P 500 berada di wilayah negatif. Koreksi sektor saham dipimpin oleh konsumsi, layanan komunikasi, material dan saham pertumbuhan. Saham perjalanan dan hiburan juga terpukul bersama dengan saham teknologi antara lain Apple, Amazon dan Meta.